Oleh: Amy Yee, penulis dan wartawan Amerika Serikat di India
Di Bangladesh, tanah lebih banyak yang menjadi asin dan tidak layak untuk ditanami tanaman. Ini bisa menjadi masalah mendesak di negara padat penduduk ini, karena mayoritas penduduknya hidup dari pertanian.
Namun faktanya, di tanah bergaram pun di negara ini, penduduk desa bisa memanen hasil pertaniannya dengan jumlah yang melimpah.
Para petani ternyata menyiasati kehidupan bertaninya dengan membuat “kebun vertikal” menggunakan tanah yang memerah oleh hujan.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Di desa Chandipur, barat daya Bangladesh, tanaman merambat seperti labu tumbuh subur, bahkan tanaman itu menutupi atap seng rumah kecil para petani di desa itu.
Kecambah tumbuh dari tanah-tanah yang dimasukkan ke dalam karung plastik besar atau wadah jenis lainnya.
Bermula dari Banjir 2009
Kebun milik Shobitha Debna (35 tahun) hanya menempati sudut halaman rumahnya yang kotor, tapi ibu di Chandipur ini memanen ratusan kilogram sayuran setiap musim panen tiba.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Daftar sayuran Debna di antaranya beberapa jenis labu, kacang hijau, terong, bayam merah, bawang, wortel, kembang kol, terong, kubis dan banyak lagi.
Sayuran ini memberi Debna penghasilan beberapa dolar per hari.
Beberapa tahun yang lalu, ini tidak mungkin terjadi di Chandipur, sebab di desa-desa seperti ini di seluruh Bangladesh, lahan pertanian telah menjadi lebih asin.
Badai Topan Aila pada 2009 lalu telah merusak tanggul sungai dan banjir melanda Chandipur dan desa-desa lainnya. Setelah itu, semua jenis tanaman sayuran gagal panen.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Inovasi Kebun Vertikal Atasi Tanah Asin
Tapi selama tiga tahun terakhir, ratusan warga telah membangun “kebun vertikal”. Mereka memasukkan tanah-tanah merah yang tidak asin ke dalam wadah karung plastik, bambu, dan wadah lainnya. Di wadah itulah berbagai jenis sayuran ditanam dan hasilnya, sayuran-sayuran itu tumbuh dengan subur.
Sebagian besar wilayah Bangladesh ketinggiannya berada di bawah permukaan laut, sehingga negara ini sangat rentan terhadap perubahan iklim. Badai di daerah pantai menambah masalah meningkatnya salinitas (kadar garam).
Lebih dari setengah wilayah pesisir dipengaruhi oleh salinitas, membuat lahan menjadi kurang produktif.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Hal ini menjadi perhatian mendesak bagi Bangladesh yang padat penduduk, memiliki 156 juta jiwa.
Kebun vertikal adalah salah satu cara sederhana yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dan tumbuhan makanan.
Peran Besar WorldFish Center
WorldFish Center, sebuah organisasi nirlaba internasional, memperkenalkan taman vertikal di Bangladesh.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Dr Craig Meisner, Direktur WorldFish Center untuk Asia Selatan yang berbasis di Dhaka, mengatakan, jika adaptasi perubahan iklim di Bangladesh gagal, tentu akan gagal di banyak negara lain. Namun jika berhasil di sini, memberikan harapan bagi masa depan dunia.
Kebun vertikal bekerja karena hujan deras Bangladesh mencairkan garam dalam tanah.
Sekitar Juli sampai Oktober, musim hujan dapat menyingkirkan kadar garam dari tanah sedalam 1,5 meter. Pada akhir musim hujan, penduduk desa mengumpulkan tanah yang memerah dalam wadah besar dan kemudian menanam sayuran.
WorldFish Center telah melatih sekitar 200 penduduk desa di barat daya Bangladesh untuk membuat kebun vertikal. Selama dua tahun ke depan, sekitar 5.000 orang akan dilatih. WorldFish Center menyediakan benih dan beberapa bahan untuk warga desa pada tahun pertama.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Ada banyak orang yang tidak ikut dalam program, tapi membuat kebun vertikal mereka sendiri setelah melihat desain tetangganya.
Pejabat di WorldFish Center, Nurun Nabi mengatakan, tahun lalu dua petani menghentikannya di jalan desa.
“Mereka datang dan meminta menjadi anggota kelompok peserta kami sehingga kami menunjukkan. Mereka sangat tertarik dan perasaan mereka tentang sistem ini sangat positif,” kata Nabi.
Membuat kebun vertikal sederhana. Penduduk desa mengisi karung daur ulang dengan tanah yang baik, juga dengan pupuk alami dan pupuk kandang.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Mereka menaikkan karung ke atas batu bata dan memberi sirkulasi air dan drainase.
Sayuran berakar pendek seperti bayam bisa tumbuh dan sayuran berakar panjang seperti labu tumbuh ke atas. Satu karung dapat menghasilkan hingga delapan kilogram sayuran dalam satu musim.
Sayuran berpotensi dapat tumbuh dalam wadah apa pun. Seorang warga, Shakuri Rani Debnath, bahkan bereksperimen dengan menanam terong di tas ransel putrinya yang sudah dibuang.
Sementara itu, menara vertikal dan karung di kebun Debnath menghasilkan sekitar 200 kilogram sayuran pada musim panas lalu dengan berbagai jenis sayuran.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Debnath mengatakan, sebelumnya dia tidak menanam sayuran, tapi dia belajar bagaimana membuat kebun vertikal. (T/P001/R02)
Sumber: Voa News
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu