Oleh: Dudin Shobaruddin,MA., Ketua Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud Online (SQABM), Biro MINA di Kuala Lumpur
Ramadhan yang di dalamnya difardhukan berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, merurpakan ibadah tahunan umat Islam sejak tahun ke-dua hijrah dahulu.
Kewajiban yang secara fisik amat berat dirasakan ini tidak menjadi penghalang untuk menjalankan aktivitas yang lain. Bahkan justru umat Islam semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah lainnya.
Shalat berjamaah semakin aktif, masjid-masjid dipenuhi oleh para jamaah setiap waktunya, ceramah keagamaan semakin banyak dan pendengarnya pun semakin membludak. Ini membuktikan lapar dan dahaga seorang umat Islam terhadap nuansa keagamaan, semakain bertambah dan bahkan berganda.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Nabi Dawud ‘Alaihis Shalatu Wassalam senantiasa berpuasa selang sehari, dengan idzin Allah bisa melunakkan besi untuk dijadikan baju dan apa saja keperluan. Sehingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat menyukai puasanya, puasa Dawud, sehari puasa sehari buka sepanjang tahun.
Banyak para pejuang sukses dalam segala usahanya karena mereka sering berpuasa. Selain yang wajib seperti puasa Ramadhan ini, juga mereka rajin puasa Senin Kamis, puasa Daud, dan puasa lainnya.
Dengan puasa semangat juang justru semakin tinggi, hubungan dengan Sang Pencipta pun dirasakan semakin dekat. Ini karena puasa itu mendidik jiwa raganya merasa diawasi oleh yang Maha Kuasa.
Sebab itu, walaupun dalam keadaan menyendiri orang yang berpuasa tidak berani menyentuh makanan dan minuman apapun yang mengakibatkan puasanya batal. Ini jelas merupakan tarbiyyah dan ajaran yang sangat berkesan bagi umat manusia. Hal ini menjadi satu kesimpulan dalam kaidah istilah Ihsan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Ihsan yaitu kita memperibadati Allah seperti melihat-Nya, jika pun tidak terlihat, karena ghaib, maka perhatikan bahwa Dia melihat kita.
Maka, dengan Ihsan ini hubungan kita dengan pencipta semakin dekat. Karena itu. Dalam rentetan ayat surat Al-Baqarah yang menerangkan tentang rentetan puasa betapa Allah menyebutkan kedekatan kepada hamba-Nya.
Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: “Apabila hamba-Ku memohon kepada–Ku, sesunguhnya Aku sangat dekat, Aku mengabulkan segala doa apabila berdoa, maka ikutilah Aku dan berimanlah kepada-Ku, niscaya mereka memperoleh kebenaran”. (QS Al-Baqarah: 186).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Dengan semangat Ramadhan disertai doa setiap perjuangan yang ikhlas dengan idzin Allah mendapat kemenangan.
Begitu banyak peristiwa yang telah berlaku pada bulan Ramadhan diakhri dengan kegemilangan. Di antaranya;
- Perang Badar Kubra.
Ini merupakan perang pertama umat Islam, terjadi pada bulan Ramadhan. Dengan jumlah 300 orang dapat mengalahkan yang jauh lebih besar, pihak kuffar Quaisy yang jumlahnya lebih dari seribu orang. Bagaimanpaun dengan idzin Allah mendapat kegemilangan.
Perang Badar Kubra terjadi pada tanggal 17 Ramadhan pada tahun kedua hijrah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Allah mengabadikan kejadian itu dalam Al-Qur’an:
وَلَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدۡرٍ۬ وَأَنتُمۡ أَذِلَّةٌ۬ۖ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah, karena itu bertaqwalah kamu kepada Allah, agar kamu bersyukur”. (QS Ali Imran : 123).
- Fathu Makkah
Terbukanya kota Makkah pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 hijrah. Kejadian dilatarbelakangi pelanggaran perjanjian Hudaebiyyah. Rasulullah membawa pasukan kaum Muslimin sekira 10 ribuan orang. Maka pihak kufar Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan gemetar ketakutan dan menyerah.
Akhirnya Rasulullah memasuki kota Makkah dengan aman tanpa ada peperangan dan dihancurkanlah berhala-berhala di sekitar Ka’bah yang jumlahnya ada sekitar 360 berhala.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Allah menyebutnya di dalam ayat:
إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحً۬ا مُّبِينً۬ا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan yang nyata”. (QS Al-Fath : 1).
- Ma’rakah Qadisiyah
Peristiwa ini terjadi pada zaman Umar bin Khattab, saat kaum Muslimin membebaskan Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Umat Islam di lapangan tempur dipimpin oleh panglima Sa’ad bin Abi Waqqas atas perintah Khalifah Umar bin Khattab, pada bulan Ramadhan tahun ke-15 H. Peristiwa ini dicatat dalam sejarah untuk dijadikan pelajaran bagaimana membuka kota Baitul Maqdis.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Itulah sebagian contoh untuk menjadi catatan betapa Ramadhan itu dekat dengan peristiwa kegemilangan. Ini semua karna umat Islam kokoh, bersemangat baja, dan ikhlas, walaupun sambil berpuasa.
Wallahu’alam. (K02/RS2-P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat