Kekurangan Bahan Bakar, Warga Gaza Gunakan Tembikar untuk Memanggang Roti

Warga Gaza sedang membuat oven dari tembikar untuk memanggang roti. (Foto: Palinfo)

Gaza, MINA – Di salah satu gang kamp pengungsi Deir al-Balah di tengah, Muhammad Al-Hamidi disibukkan dengan menyiapkan tempat oven tembikar tradisional untuk membuat roti.

Al-Hamidi mengatakan kepada koresponden PIC, dia telah melakukan pekerjaan ini sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza karena kelangkaan gas untuk memasak dan listrik serta penghancuran dan penutupan toko roti.

Tempat pembakaran tembikar tradisional telah menjadi salah satu alat dan simbol ketabahan serta ketahanan warga Palestina dalam menghadapi kenyataan sulit akibat agresi Israel di Gaza yang telah berlangsung selama tiga bulan.

Alternatif yang paling layak

Menurut Al-Hamidi, pembuatan oven gerabah dilakukan dalam dua tahap. Pertama pembuatan pelat beton dan kedua pembuatan kiln atau oven dari tanah liat yang kualitasnya harus bagus.

Ia menunjukkan, ukuran tempat pembakaran gerabah berbeda-beda, ada yang kecil, sedang, dan besar.

Tempat pembakaran tembikar telah menjadi metode pembuatan kue yang paling layak mengingat agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung, karena masyarakat tidak punya pilihan lain. Semua orang terpaksa menggunakan bahan-bahan tersebut di tengah kelangkaan gas untuk memasak, listrik serta kehancuran dan penutupan toko roti.

Menurut Al-Hamidi, harga satu tempat pembakaran tembikar berkisar antara 70 hingga 170 shekel, tergantung ukurannya.

Sebuah proses yang kompleks

Sami Ali mengatakan kepada koresponden PIC dia harus membangun tempat pembakaran tembikar di atap rumahnya agar dapat membuat roti di rumah mengingat kehancuran besar-besaran yang disebabkan oleh agresi keji Israel di Jalur Gaza.

Dia menambahkan hampir tidak menemukan kayu dan kertas yang dapat digunakan untuk menyalakan api di dalam oven tanah liat karena semua orang telah menggunakan metode lama ini, sehingga memperburuk masalah dan mengubahnya menjadi proses yang rumit.

Ia meminta anak-anaknya mencari kayu, kertas, dan karton yang bisa digunakan dalam proses pembuatan api untuk memanggang roti.

Ali mengatakan penggunaan tempat pembakaran tembikar dalam pembuatan roti merupakan sebuah tantangan terhadap kondisi kehidupan yang keras di tengah agresi Israel. Hal ini telah menjadi alat yang meningkatkan ketabahan rakyat Palestina dalam menghadapi perang Israel yang dilancarkan terhadap masyarakat di Jalur Gaza yang diblokade selama lebih dari tiga bulan.

Ali menunjukkan bahwa penggunaan tempat pembakaran tembikar juga telah menciptakan solidaritas di antara keluarga-keluarga Gaza karena mereka bekerja bahu-membahu membantu satu sama lain dalam menyiapkan roti, ketika para perempuan berkumpul di satu tempat untuk membuat roti dan memanggangnya bersama.

Ia menjelaskan beberapa keluarga tidak memiliki tempat pembakaran tembikar di dalam rumahnya, sehingga mereka mengunjungi tetangga yang memiliki oven tersebut untuk membuatkan roti mereka.

Agresi brutal Israel telah memaksa warga di Jalur Gaza yang terkepung untuk kembali ke warisan nenek moyang mereka agar bisa bertahan dan menahan genosida Israel.

Sejak tanggal 7 Oktober, Israel melancarkan perang dahsyat di Jalur Gaza, yang menyebabkan lebih dari 90.000 orang mati syahid, hilang dan terluka, dengan 70% di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, serta kehancuran ratusan ribu unit rumah dan rumah juga pemindahan paksa sekitar dua juta orang. (T/R7/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.