Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency/MINA
Ada beberapa kelompok di dunia ini yang mengaku Islam, tetapi sepak terjangnya tidak mencerminkan cinta damai seperti yang diajarkan agama ini. Mereka bertindak sangat radikal dengan melakukan teror dan membunuh siapa saja yang dianggap tidak sejalan.
Aksi-aksi terorisme dan radikalisme yang ada saat ini bukan menggambarkan Islam dan hanya berkedok atas nama Islam, karena nilai-nilai Islam tidak tergambar dalam aksi-aksi tersebut. Mereka menghalalkan segala macam cara yang biadab yaitu membunuh, menyakiti, dan merampas hak-hak orang lain.
Diantara kelompok-kelompok radikal itu adalah: Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS). Didirikan oleh Abu Bakr al-Baghdadi, (ISIS) menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah di bawah kendalinya. Dikenal juga sebagai Negara Islam di Suriah dan Levant (ISIL), Negara Islam (IS), atau Daesh.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
ISIS telah melakukan kekejaman dan melembagakan interpretasi brutal terhadap hukum Islam di daerah itu, termasuk puluhan kota yang tersebar di Irak dan Suriah. Strategi brutalnya – pembunuhan massal dan penculikan anggota kelompok keagamaan dan suku, pemenggalan tentara dan wartawan – memicu kekhawatiran dan kemarahan di dunia dan campur tangan militer Amerika Serikat.
Kelompok ini berkeinginan mendirikan sebuah “khilafah”, negara yang dikuasai satu pemimpin keagamaan dan politik menurut hukum Islam atau syariah. Meskipun saat ini terbatas di Irak dan Suriah, ISIS bertekad akan “menerobos perbatasan” Yordania dan Lebanon dan “memerdekakan” Palestina.
Setelah menjadi pemimpin di tahun 2010, Baghdadi membangun kembali ISI. Mereka bergabung dalam pemberontakan menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad, mendirikan Front al-Nusra. April 2013, Baghdadi mengumumkan penggabungan pasukannya di Irak dan Suriah dan diciptakannya Negara Islam di Irak dan Levant (ISIS).
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Mereka menguasai lapangan minyak, bendungan, jalan utama dan perlintasan perbatasan. Delapan juta orang diperkirakan berada di bawah kekuasaan sepenuhnya atau sebagian ISIS.
Pejabat AS memperkirakan ada sekitar 15.000 milisi aktif. Pengamat Irak, Hisham al-Hashimi menyebutkan, pada permulaan Agustus terdapat sekitar 30.000-50.000 orang.
Milisi memiliki akses dan mampu menggunakan berbagai jenis senapan kecil dan senjata berat, termasuk senapan mesin di truk, peluncur roket, senjata antipesawat dan sistem peluru kendali darat ke udara. Mereka juga merampas tank dan kendaraan lapis baja militer Suriah dan Irak.
ISIS dilaporkan memiliki 2 miliar dollar AS dalam bentuk uang kontan dan aset. Mulanya dukungan keuangan didapat dari sejumlah orang di negara Teluk Arab. Sekarang ISIS adalah organisasi yang membiayai diri sendiri, dengan pemasukan jutaan dolar per bulan dari ladang minyak dan gas, di samping pajak, jalan tol, penyelundupan, pemerasan dan penculikan.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Kelompok besar teroris lainnya, Al-Qaeda dibentuk tahun 1988 oleh Osama bin Laden, yang tewas pada 2011 dalam sebuah operasi oleh US Navy Seals. Kelompok ini diburu setelah melakukan serangan 11 September 2001, tetapi telah dikalahkan dalam satu tahun terakhir oleh ISIS.
Sejak kematian Osama, jaringan ini dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri dari Mesir. Meskipun tampaknya telah kehilangan ‘kilaunya’ akhir-akhir ini, banyak kelompok dalam daftar ini berafiliasi dengan Al-Qaeda. ISIS sendiri awalnya bagian dari jaringan, sebelum secara resmi dikeluarkan dari Al-Qaeda awal tahun lalu karena terlalu brutal.
Asisten Perencanaan Kepala Kepolisian RI (waktu itu) Tito Karnavian mengatakan, hampir semua organisasi Islam memiliki kesamaan dengan ISIS, yakni ingin mendirikan negara Islam. Namun, yang membedakan adalah caranya. “Kalau ISIS menghalalkan kekerasan, bahkan terhadap sesama muslim sendiri.”
Al-Qaeda, juga ingin mendirikan negara Islam, namun mengharamkan membunuh sesama orang Islam, anak-anak, dan perempuan. Al-Qaeda didirikan oleh Osama bin Laden dengan ideologi Manhaj Salafi. “Kalau ISIS boleh membunuh, bahkan orang tua pun boleh dibunuh kalau menentang.”
Sementara itu Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dibentuk tahun 2006 oleh penggabungan sayap Yaman dan Saudi al-Qaeda. AQAP juga dikenal sebagai al-Qaeda di Yaman dan dipandang sebagai salah satu cabang paling berbahaya dari al-Qaeda.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Teroris Al-Qaeda mendapatkan keuntungan finansial besar sebagai akibat dari perang di Yaman, dengan menjalankan negara mini sendiri dan mengantongi $ 100 juta dalam deposito bank yang dijarah dan pendapatan dari menjalankan pelabuhan terbesar di Mukalla, Yaman, seperti diungkapkan Reuters.
Pemerintah Yaman dan pedagang lokal memperkirakan bahwa kelompok teroris Al-Qaeda mendapatkan keuntungan hingga AS $ 2 juta setiap hari dari pajak barang dan bahan bakar yang masuk ke pelabuhan. Selain itu, diyakini kelompok ini telah berhasil memeras $ 1.400.000 dari perusahaan minyak nasional.
AQAP telah berhasil memperluas wilayahnya dengan menggunakan banyak taktik yang digunakan oleh Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS / ISIL). Menurut seorang pejabat senior pemerintah Yaman, ekspansi AQAP adalah karena dukungan koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman, dan juga dukungan AS.
Taliban
Taliban Afghanistan didirikan pada 1994 di bawah kepemimpinan Mullah Mohammed Omar, sebagai komandan dan pemimpin spiritual. Tujuan utama organisasi adalah membentuk negara Islam di Afghanistan. Kelompok ini memerintah Afghanistan pada 1996-2001 dan memberlakukan hukum syariah yang ketat.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Kelompok ini sempat digulingkan lewat aksi militer AS setelah serangan 11 September 2001. Dalam beberapa tahun terakhir Taliban kembali muncul di Afghanistan dan tumbuh lebih kuat di Pakistan, yang menurut para pengamat merupakan jaringan lepas antara berbagai faksi Taliban dan kelompok militan.
Dikarenakan AS menarik pasukannya dari Afghnistan, Taliban Afghanistan telah membuat kemajuan di negara ini lagi. Dewan Keamanan PBB mengecam tindakan kelompok ini karena kejahatannya terhadap warga negara Iran dan Afghanistan.
Taliban mengajarkan Islam Sunni versi garis keras. Pakistan berulangkali membantah menjadi arsitek kerajaan Taliban. Namun tidak diragukan bahwa banyak warga Afghanistan yang pertama bergabung dalam gerakan ini mendapat pendidikan di madrasah Pakistan.
Desember lalu, Taliban Pakistan, yang juga disebut Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), menyerbu Army Public School di utara-barat kota Peshawar Pakistan, membantai 148 orang – termasuk 132 anak-anak – dalam serangan teror paling mematikan di negara itu.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Kelompok ini juga berada di balik penembakan pemenang Nobel Perdamaian Malala Yousafzai. Beroperasi dari zona suku semi-otonomi di utara-barat Pakistan dekat perbatasan Afghanistan. Pemimpinnya saat ini adalah Maulana Fazlullah.
Al-Nusra Front atau Front Pembela Rakyat Suriah kadang-kadang dikenal sebagai al-Qaeda di Suriah. Kelompok ini mengumumkan keberadaannya dengan video yang diposting secara online pada tahun 2012, dan bertujuan mengganti rezim Presiden Bashar al-Assad dengan negara Islam.
Kelompok ini aktif terlibat dalam mendukung pemberontak Suriah, dan menyerang target yang berafiliasi dengan pemerintah Suriah serta ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh negara-negara Barat, Arab Saudi, Turki dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Kelompok militan Jabhat al-Nusra, atau lebih dikenal dengan nama Front Nusra, merupakan salah satu faksi yang memberontak dari pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah. Berbaiat setia kepada pemimpin Al-Qaidah, Ayman al-Zawahri, Front Nusra masuk dalam daftar organisasi teroris yang ditetapkan oleh PBB dan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Rusia.
Kelompok ini merupakan salah satu grup yang pertama kali menggunakan teknik penyerangan lewat bom bunuh diri atau bom mobil di daerah perkotaan, dengan menargetkan pasukan militer Assad. Namun, Front Nusra cenderung lebih toleran dalam berurusan dengan warga sipil, dibanding ISIS yang juga berakar dari al-Qaidah.
Data yang dihimpun oleh Reuters hingga Januari 2014 memperkirakan pasukan Front al-Nusra berjumlah sekitar 7.000 hingga 8.000 anggota, terdiri dari warga Suriah dan gerilyawan asing.
Setelah ISIS mendeklarasikan, banyak anggota Front Nusra yang menyebrang ke ISIS.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Sejak awal tahun 2015, terdapat laporan bahwa banyak anggota Front Nusra tengah mempertimbangakan untuk meninggalkan al-Qaidah, menanggalkan nama Front Nusra dan bergabung dengan kelompok pemberontak lainnya yang lebih kecil, seperti Jaish al-Muhajirin wal-Ansar.
Boko Haram bertujuan memaksakan bentuk yang keras, dari hukum Islam di Nigeria. Namanya berarti “pendidikan Barat adalah dosa”, dan kelompok melarang Muslim terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat Barat. Januari 2015, mereka mulai melakukan pembantaian mematikan di Baga dan menurut Amesty International 2.000 orang tewas.
Tahun lalu, Boko Haram menculik ratusan mahasiswa, termasuk lebih dari 200 anak sekolah hilang sampai sekarang. Kelompok ini dilaporkan telah menggunakan perempuan dan gadis-gadis muda sebagai ‘bom manusia’ dalam serangan. Boko Haram menguasai sekitar 20.000 mil persegi wilayah di utara-timur Nigeria, The Telegraph melaporkan Januari lalu.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Gombe mulanya adalah sebuah kota yang indah dan tentram, dihuni orang-orang muslim dari suku Fulani yang ramah, cerdas, dan baik. Kini, Gombe merupakan area utama markas dan tempat pengoperasian rencana kelompok militan Boko Haram di mana demi mendirikan sebuah Negara Islam “murni”, ajaran dan budaya Barat diberantas secara kejam.
Menurut catatan Human Rights Watch, sejak tahun 2009, sebanyak 6.000 penduduk sipil tewas akibat kekejaman Boko Haram, 2.500 orang diantaranya tewas di tahun 2014 lalu.
Tahun 1893, seorang Islam fanatik bernama Rabih Fadi Allah, menguasai wilayah Darfur di sebelah barat Sudan. Rabih pengagum Muhammad Ahmad, seorang reformis Islam yang menganggap dirinya Mahdi, si pemandu kebenaran. Rabih terkenal karena kekejamannya, membantai orang dari atas kuda dan memotong kepalanya.
Kini pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau, meneladani Rabih, namun dengan kekejaman yang sangat ekstrim, mengulangi sejarah yang sempat terjadi 125 tahun silam.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Jemaah Islamiyah (JI) dan kelompok sempalan
Jemaah Islamiyah (JI) adalah cabang Al-Qaeda di Asia Tenggara, dan bertanggung jawab atas pemboman Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang. Berpusat di Indonesia dan dibentuk pada awal 1990-an dengan tujuan mendirikan kekhalifahan di wilayah tersebut.
Banyak tokoh utamanya, termasuk pemimpin spiritual Abu Bakar Bashir, pembuat bom Bali Umar Patek dan pimpinan di Singapura, Mas Selamat Kastari yang telah ditangkap.
Jaringan ini hancur sejak tahun 2002, namun masih ada beberapa serangan dikaitkan dengan mereka tahun lalu.
JI telah berubah menjadi kelompok-kelompok sempalan seperti Jemaah Ansharut Tauhid (JAT). Tahun lalu, otoritas keamanan Malaysia mengidentifikasi empat kelompok teror baru, dikenal dengan akronim mereka BKAW, BAJ, Dimzia dan ADI. Sebagian besar mereka telah berjanji setia kepada ISIS.
JI adalah sebuah kelompok Islam yang beroperasi secara rahasia – merupakan organisasi militan Islam di Asia Tenggara yang berupaya mendirikan sebuah negara Islam raksasa di wilayah negara-negara Indonesia, Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Pemerintah AS menganggap JI organisasi teroris. Di Indonesia, JI dinyatakan sebagai “korporasi terlarang”.
JI dicurigai melakukan aksi pengeboman Bali 2002 pada 12 Oktober 2002, di mana pelaku bom bunuh diri dari JI disebut-sebut menewaskan 202 orang dan melukai beberapa lainya di sebuah nightclub. Setelah serangan ini, Deplu AS menyatakan JI sebagai pelakunya dan menyatakannya sebagai Organisasi Teroris Asing.
JI juga dicurigai melakukan pengeboman Zamboanga, Metro Manila, dan kedutaan Australia 2004 di Jakarta. Bahkan dinyatakan bahwa JI pertama kali melibatkan dirinya sebagai kelompok sel teror yang menyediakan dukungan keuangan dan logistik bagi operasi Al-Qaida di Asteng.
Abu Sayyaf, sebuah geng kriminal yang beroperasi di Sulu, Pilipina Selatan, sering melakukan penculikan untuk uang tebusan di sepanjang pantai Sabah dan perairan sekitarnya. Didirikan tahun 1990-an dengan uang dari al-Qaeda, kelompok yang berbasis di pulau Basilan dan Sulu ini, dipersalahkan atas serangan teror terburuk dalam sejarah Filipina.
Kelompok ini telah lama memiliki hubungan dengan al-Qaeda dan baru-baru ini berjanji setia kepada ISIS. Kasus penyanderaan 10 ABK WNI yang terjadi baru-baru ini membuat nama kelompok Abu Sayyaf kembali menjadi sorotan. Kelompok garis keras ini kerap tercatat melakukan aksi teror dan kekerasan di Filipina dan wilayah sekitarnya.
Abu Sayyaf merupakan kelompok separatis pecahan organisasi Moro National Liberation Front (MNLF). Kelompok “Abu” yang berarti “ayah” dan Sayyaf “pembuat pedang” itu didirikan oleh Abdurajik Abubakar Janjalani tahun 1991. Selepas kematian Abubakar, Abu Sayyaf dipimpin oleh sang adik, Khadaffy Janjalani, yang kemudian tewas terbunuh pada 2007.
Pada 23 Juli 2014, Abu Sayyaf, di bawah kepemimpinan Isnilon Totoni Hapilon menyatakan sumpah setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, sang pemimpin ISIS. Sejak saat itu kelompok ini mulai melakukan penculikan atas warga Filipina, juga orang asing untuk memperoleh tebusan.
Abu Sayyaf menarik perhatian dunia pada 27 Februari 2004 saat meledakkan sebuah kapal “Superferry 14” hingga menewaskan 116 penumpangnya di Filipina. Dengan 4 kg bahan peledak yang dimasukkan ke dalam perangkat televisi, Abu Sayyaf meledakkan feri yang baru angkat jangkar 90 menit dari Manila itu. Membunuh seperti ini, jelas bukan tabiat orang Islam. (R01/ P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)