Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga Sandera Israel Sebut Netanyahu Lanjutkan Perang Demi Kepentingan Politik

sri astuti Editor : Ali Farkhan Tsani - 20 detik yang lalu

20 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi saat warga Israel di Tel Aviv berkumpul untuk menggelar protes menuntut gencatan senjata dan pengunduran diri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gaza pada 11 Januari 2025. (Photo: Mostafa Alkharouf - Anadolu Agency)

Tel Aviv, MINA – Ayah seorang tentara Israel yang ditahan di Gaza Pada Ahad (20/4) menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menelantarkan para sandera untuk memperpanjang perang demi kepentingan politiknya.

“Kami mendengarkan kata-kata Netanyahu dari Lapangan Sandera [di Tel Aviv], dan kami sangat kecewa,” Hagai Angrest, ayah dari tentara Matan, mengatakan kepada harian Maariv, demikian dikutip dari Anadolu.

“Di seluruh dunia, semua orang mengatakan bahwa gencatan senjata dan pemulangan para sandera harus menjadi prioritas utama. Namun, kami melihat seorang perdana menteri menelantarkan para tentara dan mengirim lebih banyak tentara ke medan perang,” ujarnya.

“Kami diberi tahu bahwa perang ini tidak akan berakhir tanpa mereka. Namun, sekarang tampaknya Netanyahu lebih memilih kelangsungan hidup politiknya daripada nyawa mereka yang ditawan,” katanya. “Seluruh negara mendukung pemulangan para sandera.”

Baca Juga: Brigade Al-Qassam Rilis Vidio Tawanan Israel Elkana Bohbot

Pada Sabtu malam, Netanyahu mengklaim dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa “tidak ada pilihan” selain melanjutkan perang di Gaza, dengan menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas akan “merusak keuntungan perang.”

Ia menuduh Hamas menolak usulan yang mencakup pembebasan setengah dari tawanan Israel yang masih hidup dan banyak dari mereka yang tewas, sebagai imbalan untuk mengakhiri perang, suatu kondisi yang oleh Netanyahu disebut “tidak dapat diterima.”

Pada hari Kamis, pemimpin Hamas di Gaza Khalil Al-Hayya menekankan bahwa kelompoknya bersedia untuk terlibat dalam negosiasi komprehensif yang akan menjamin pembebasan semua sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata penuh, penarikan pasukan Israel dari Gaza, upaya rekonstruksi, dan pencabutan pengepungan.

Seorang juru bicara perdana menteri Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa membebaskan semua tawanan Israel dalam satu kesepakatan adalah “mustahil.” Perkiraan Israel menunjukkan bahwa 59 tawanan masih berada di Gaza, dengan 24 orang diyakini masih hidup.

Baca Juga: Pasukan Israel Halangi Umat Kristen Rayakan Pekan Suci di Yerusalem

Sebaliknya, lebih dari 9.500 warga Palestina masih dipenjara di Israel dalam kondisi yang buruk, termasuk laporan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, menurut organisasi hak asasi Palestina dan Israel.

Lebih dari 51.200 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. []

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Gugurnya Fatima Hassouna Menambah Daftar Jurnalis yang Menjadi Korban Kekejaman Israel

Rekomendasi untuk Anda