Kemampuan Jejaring Kepala Sekolah Diperlukan untuk Penguatan Pendidikan Karakter

Makassar, 11 Shafar 1438/11 November 2016 (MINA) – Layaknya seorang manager, kepala sekolah harus memiliki kemampuan mumpuni untuk menjaring dan mengelola partisipasi guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Sehingga, kolaborasi partisipasi tersebut dapat memperkuat bagi peserta didik.

“Sumber belajar bagi siswa itu beragam melalui dukungan masyarakat, seperti orang tua, pegiat seni, komite sekolah, dan lembaga pemerintah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu memanfaatkan sebaik-baiknya semua sumber belajar tersebut,” ujar Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SAM) Bidang Pembangunan Karakter, Arie Budhiman, usai membuka Sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, kepala sekolah dapat membangun jejaring pihak-pihak ini secara holistik dan terintegrasi. Harapannya, peserta didik bukan hanya belajar Pendidikan Karakter di dalam kelas tapi juga di luar kelas.

Terdapat lima nilai yang menjadi referensi utama dari Sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter yang diangkat, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Nantinya, lima nilai utama ini akan diturunkan ke dalam nilai-nilai pendidikan karakter yang diperlukan siswa di tiap-tiap sekolah.

Ia menjelaskan, dalam keterangan pers yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jum’ar (11/11), kelima nilai itu merupakan kristalisasi dari karakter-karakter yang mengakar bagi bangsa Indonesia. Pada nilai religius, kita melihat pada aspek Negara Indonesia sebagai negara berkeTuhanan Yang Maha Esa, tentu karakter religius harus ada.

Kemudian, nilai itu akan diturunkan menjadi saling menghargai, toleransi antar umat beragama, berakhlak dan moral yang tinggi. Kedua, nilai nasionalisme mengacu pada corak keberagaman yang dimiliki, sehingga nasionalisme sangat penting.

“Nanti, turunannya itu adalah bangga dan cinta dengan bangsanya, giat membela negara, mencintai dan memahami keberagaman itu di dalam bingkai kesatuan,” jelasnya.

Ketiga, nilai kemandirian mengacu kepada kesadaran pentingnya menjadi mandiri untuk generasi penerus bangsa, yaitu bagaimana menjadi tangguh, dan memiliki daya juang tinggi. Keempat, nilai gotong royong yang mengaju kepada saling tolong menolong sebagai bangsa Indonesia. Terakhir, dan yang kelima, nilai integritas yang menitikberatkan kepada kejujuran. (T/ima/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.