Bekasi, 1 Sya’ban 1438/28 April 2017 (MINA) – Kementerian Agama (Kemenag) menyambut dan mendukung wacana pemberlakuan full day school oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Keberadaan full day school dinilai akan menghidupkan madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT).
“Jika dilakukan sinergi dengan baik, bisa saja guru PAI (GPAI) di sekolah menjadi kepala MDT. Dengan sinergi seperti ini, GPAI yang kekurangan jam mengajar agama di sekolah dapat terpenuhi,” kata Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Imam Safei dalam paparannya di depan para Kepala Seksi pengelola MDT dari seluruh Provinsi di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/4).
Imam menyebutkan, dalam laman Kemenag yang dikutip MINA, keberadaan MDT yang sejarahnya sudah sangat tua harus bisa membangun brand image baru sehingga mampu mengimbangi image lembaga-lembaga baru, seperti SDIT dan SMPIT.
“Tantangan ke depan, MDT yang sudah sejak lama eksis harus membangun branding sehingga tidak kalah dengan lembaga baru seperti SDIT dan SMPIT yang berhasil mengambil hati masyarakat,” papar Imam.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Imam yang juga Direktur PAI berharap MDT terus saling melengkapi dengan pendidikan agama di sekolah. Karena, lanjutnya, tidak mungkin bisa lahir ahli agama tanpa didukung MDT.
Saat ini di sekolah terjadi kekurangan guru agama sebanyak 21 ribu. Imam berharap, kebijakan moratorium pengangkatan guru agama bisa segera dicabut. “Kekurangan jumlah guru agama ini berarti keberadan MDT sangat diperlukan dalam rangka mencerdaskan keagamaan di sekolah,” kata Imam.
Ia juga menegaskan, warna keberagamaan Indonesia ditentukan juga di sekolah umum. Sebab, 80% siswa di Indonesia belajar di sekolah umum.
Dalam rangka meningkatkan kualitas MDT, Imam juga berharap program MDT unggulan dapat dirumuskan dengan baik. Perlu dirumuskan seperti apa keunggulan diniyah sehingga menjadi trade mark seperti halnya keunggulan pada beberapa pesantren. Kemenag harus merumuskan keunggulan MDT sehingga mendapat kesan di masyarakat.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Apa itu keunggulan, gampang ukurannya. Jika peserta didik dengan mudah dapat menyebutkan apa yang paling dibanggakan, maka itulah keunggulannya. Tapi jika susah bahkan tidak bisa menyebutkan apa yang ia banggakan, berarti tidak ada unggulannya,” ujarnya.
Imam mewanti-wanti agar rencana launching diniyah takmiliyah unggulan dirumuskan betul-betul. Untuk itu, perlu dipilih satu atau dua lokasi yang memang memiliki dukungan anggaran yang cukup.(T/R09/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September