Bekasi, 13 Rabiul Awwal 1438/13 Desember 2016 (MINA) – Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam menggelar Lomba Penulisan Cerita Remaja Islami (Ceris) dan Karya Ilmiah Remaja (KIR) Pendidikan Agama Islam. Event tahunan diikuti para siswa SMA/SMK yang digelar di Bekasi, 12 -14 Desember 2016.
Menurut laman Kemenag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), setelah melalui proses seleksi tulisan pada tahap awal, Ceris diikuti 393 pengirim naskah, sedangkan KIR diikuti oleh 317 pengirim naskah.
Direktur Pendidikan Agama Islam, Imam Safei mengatakan, jumlah peserta tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 204 untuk Ceris dan 107 untuk KIR.
Ia menjelaskan, proses seleksi diadakan terbuka untuk para siswa SMA/SMK. Mereka diminta untuk mengirimkan naskah ke Direktorat Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag. Naskah yang masuk tahap final ini akan dinilai oleh tim dewan juri yang terdiri dari para pakar pendidikan dan praktisi.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Dewan juru Ceris adalah Yudistira ANM Massardi, Abdul Rachim, dan Antho M Massardi. Sedangkan dewan juri KIR adalah Prof. Dr. Imam Tholkah, MA, Prof. Dr. H. Qawaid, MA, dan Sumarni, M.Si.
“Total hadiah Ceris dan KIR sebesar Rp150 juta, yang akan ditentukan setelah presentasi. Hadiah akan dikirim melalui transfer Bank,” ujar Imam Safei, Selasa (13/12).
Ceris 2016 mengangkat tema Indahnya Keberagaman. Adapun tema KIR adalah Generasi Islam yang Ramah.
Menurut Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin, tema ini sangat relevan dengan konteks Indonesia saat ini. “Ceris dan KIR strategis dalam rangka mendorong para siswa SMA /SMK untuk dapat menginternalisasi nilai-nilai luhur Islam yang rahmatan lil ‘alamin, melalui penokohan dalam cerita atau judul penelitian yang ditulis,” tuturnya.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Negara kita yang sangat multikultur, multifaith, dan sangat bhineka, dapat menjadi acuan bagi banyak negara lain,” jelasnya.
“Kita tidak perlu belajar kepada negeri lain, Barat misalnya, tentang bagaimana hidup dalam keberagaman. Sebab, kita sudah terbukti mampu menghandle keberaman ini secara lebih baik daripada mereka,” tambahnya.
Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini mengapresiasi naskah peserta yang lolos seleksi dan masuk tahap final. Tulisan yang dibuat sesuai tema diharapkan akan menambah narasi tentang sukses Indonesia dalam menjaga kehidupan beragama yang rukun dan damai di tengah keberagamaan yang sangat tinggi. (T/P006/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September