Jakarta, MINA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang menyiapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bagi mahasiswa, diutamakan untuk prodi studi yang membutuhkan kompetensi teknis atau hardskill.
“Pembelajaran tatap muka, kita utamakan untuk prodi yang membutuhkan kompetensi hardskill yang sulit didapatkan melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ),” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Senin (21/6).
Pembelajaran Tatap Muka ditargetkan dimulai pada Juli 2021, pimpinan perguruan tinggi dapat mengizinkan perkuliahan tatap muka sesuai protokol kesehatan sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri.
Kebijakan yang dimaksud tertuang pada Surat Edaran (SE) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Akademik 2020/2021.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Nizam menegaskan jangan sampai PJJ yang diakibatkan pandemi COVID-19 membuat kompetensi lulusan perguruan tinggi menjadi berkurang.
Dari survei yang dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi, baik mahasiswa dan orang tua berharap bisa kembali ke kampus.
Menurutnya, sebagian besar mahasiswa yang melakukan PJJ di rumah, tapi pada kenyataannya tidak melakukan pembelajaran di rumah.
“Banyak mahasiswa yang justru belajar dari kafe dan tempat lainnya, sehingga tidak mencapai tujuan awal dari PJJ tersebut. Akan lebih produktif dan jika penularan COVID-19 lebih terkendali, mahasiswa kembali ke kampus. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat,” tegasnya.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Nizam meyakini dengan disiplin terhadap protokol kesehatan, penyebaran COVID-19 dapat ditekan.
“PTM di kampus dengan protokol kesehatan yang ketat lebih baik dibandingkan PJJ yang dilakukan dari kafe,” katanya.
Nizam juga menjelaskan, vaksinasi Covid-19 untuk dosen dan tenaga kependidikan, akan memprioritaskan yang berusia di atas 40 tahun, karena yang berusia di bawah 40 tahun memiliki ketahanan tubuh yang baik.
Sementara itu, untuk vaksinasi mahasiswa juga dilakukan terutama di daerah yang memiliki kasus COVID-19 tinggi, seperti di Jakarta, Bali dan provinsi lainnya. (R/R5/P1)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Mi’raj News Agency (MINA)