Gaza, MINA – Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Salama Marouf pada Ahad (29/10) mendesak Mesir membuka kembali penyebrangan darat Rafah untuk darurat mendatangkan bantuan kemanusiaan dan medis ditengah jumlah korban luka dan pengungsi yang semakin meningkat.
“Saudara-saudara Republik Arab Mesir segera membuka penyeberangan darat Rafah seperti biasa untuk mendatangkan bantuan medis, delegasi medis, bahan bakar dan segera menangani mereka yang terluka dan sakit. Bertambahnya jumlah ribuan orang mengungsi dan pasien di rumah sakit memberikan tekanan pada sistem kesehatan, serta dikawatirkan bencana kesehatan yang mengerikan bagi mereka yang terluka dan sakit karena sistem imunnya lemah,” kata Marouf dalam pernyataan persnya, Qudspress melaporkan.
Dia menjelaskan bahwa serangan pengeboman udara dan darat yang dilakukan Pendudukan Israel terhadap sistem kesehatan menyebabkan matinya 116 petugas kesehatan dan hancurnya 25 ambulans.
“Pendudukan Israel dengan sengaja menargetkan 57 institusi kesehatan dan membuat 12 rumah sakit dan 32 pusat perawatan primer tidak berfungsi akibat penargetan Pendudukan untuk menggagalkan kedatangan bahan bakar. Mereka juga sengaja memutus komunikasi dan Internet karena laporan para korban yang dikeluarkan Kemenkes telah merugikan pemerintah pendudukan Israel,” ungkapnya.
Baca Juga: Tolak Wajib Militer, Yahudi Ultra-Ortodoks Bentrok dengan Polisi Israel
Ia juga menyerukan semua pihak memikul tanggung jawab dalam melakukan intervensi mendesak untuk membantu sistem kesehatan dengan obat-obatan, karena habisnya bahan medis dan bahan bakar agar dapat memulihkan fungsinya dalam menyelamatkan nyawa orang yang terluka dan kritis akibat serangan bom pasukan pendudukan.
“Badan-badan internasional segera menghentikan pelanggaran dan ancaman dari pendudukan Israel terhadap rumah sakit, tim medis, ambulans, dan pengungsi, menekankan kurangnya bantuan obat-obatan yang sesuai kebutuhan korban,” kata Marouf.
Menurutnya, tim medis Gaza telah memantau kesehatan masyarakat bahwa diperkirakan timbul ribuan kasus penyakit kulit dan menular, influenza, cacar air, dan diare, yang merupakan akar dari percepatan penyebaran epidemi di kalangan pengungsi karena kelangkaan air dan kurangnya kebersihan pribadi dan lingkungan. Selain itu, tenaga medis mulai kelelahan karena banyaknya korban dan selalu bertambah setiap waktu.
“Tenaga medis di rumah sakit tidak meninggalkan posisinya selama 23 hari dan kekuatan mereka telah terkuras habis oleh banyaknya korban luka sepanjang waktu,” jelasnya.
Baca Juga: Menolak Wajib Militer Yahudi Ultra-Ortodok Blokir Jalan di Israel Tengah
Marouf mengimbau semua mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi kedokteran dan keperawatan, serta pensiunan dokter dan perawat, bergabung bekerja di rumah sakit.
Ia juga menyerukan kepada masyarakat yang sehat untuk segera mendonorkan darahnya di semua rumah sakit dan cabang bank darah di Jalur Gaza.
Ia meminta Komite Internasional Palang Merah berupaya menyediakan unit darah dalam jumlah besar dari luar Jalur Gaza untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Jumlah korban dihari ke-23 pengeboman Israel di Jalur Gaza sejak dimulai 7 Oktober meningkat menjadi 8.005 syahid, termasuk 3.324 anak-anak, 2.062 wanita, dan 460 orang lanjut usia, serta 20.242 warga terluka.(T/R5/P1)
Baca Juga: Israel Lancarkan Operasi Penculikan Warga Palestina di Bethlehem
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Israel Targetkan Rumah Sakit dan Gereja di Lebanon