Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemenpora Dorong Santri Menjadi Pengusaha

Rendi Setiawan - Rabu, 25 Juli 2018 - 14:59 WIB

Rabu, 25 Juli 2018 - 14:59 WIB

5 Views

Ketua KPAI, Asrorun Niam Sholeh

Kudus, Jawa Tengah – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mendorong santri menjadi pengusaha. Sejarah pesantren di Indonesia diwarnai dengan kemandirian ekonomi sehingga mampu melawan penjajahan yang diboncengi dengan kekuatan kapitalisme.

“Kemandirian ekonomi membuat seseorang terhormat dan itu yang menyebabkan para kiai di daerah-daerah di Indonesia sangat dihormati,” kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora Asrorun Ni’am Sholeh saat menghadiri Lokakarya Dukungan Program Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Pesantren/Pesantrenpreneur yang berlangsung di Kudus, Jawa Tengah, pada Selasa (24/7).

Ni’am yang juga menjabat sebagai Katib Syur’iyah PBNU mencontohkan sejarah Nahdhatul Ulama (NU) adalah sejarah enterpreneurship. Dikatakannya, sebelum NU dibentuk, organisasi yang didirikan adalah Nahdhatut Tujjar.

“Nahdhatut Tujjar didirikan oleh Abdul Wahab Hasbullah pada 1912 yang saat itu berprofesi sebagai pedagang gula di Tambak Beras, Jombang,” katanya.

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

Bekas Ketua KPAI ini menjelaskan penghambaan yang benar adalah penghambaan kepada zat yang Maha Memberi, yakni Allah SWT. Dengan mandiri secara ekonomi, maka seseorang akan jauh dari penghambaan selain Allah SWT.

“Kita lihat sejarahnya, organisasi Islam terbesar di Indonesia adalah NU. Khittah kelahiran NU bukan dari perkumpulan keilmuan, tetapi perkumpulan pedagang. Muhammadiyah pun demikian, Kiai Ahmad Dahlan adalah pedagang batik yang memiliki komitmen keislaman tinggi,” katanya.

Ni’am mengungkapkan alasan pesantren bertahan sejak dulu, karena faktor kemandirian dari intervensi ekonomi. Menurutnya, pesantren tidak menggantungkan keberadaannya dari suplai logistik dari Pemerintah.

“Sampai saat ini, cukup banyak pesantren di daerah yang menolak bantuan Pemerintah, karena khawatir adanya driving dan mempengaruhi independensi pesantren,” jelasnya.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

Dengan sejarah NU yang demikian, kata Ni’am, maka Kemenpora ingin mendorong para santri mengembangkan relijiupreuner yang intinya adalah enterpreneur berbasis pada ilmu yang dimiliki oleh kaum santri itu sendiri, yakni ilmu agama.

“Mendesain satu kelompok keagamaan yang secara profesional dicari oleh masyarakat perkotaan dengan di dalamnya ada konsep-konsep ekonomi. Sekarang istilah nya bukan lagi guru ngaji, tapi konsultan keagamaan,” katanya sambil tersenyum. (T/R06/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

Rekomendasi untuk Anda

MINA Millenia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia