Bogor, MINA – Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama menggelar Agritechnopreneur Boothcamp guna mencetak calon-calon technopreneur handal.
Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan IPB Erika B. Laconi dan Kepala Puspiptek Sri Setiawati. Kegiatan ini merupakan bagian dari seleksi Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2018.
Ada setidaknya 212 mahasiswa dari 72 kelompok usaha yang mengikuti acara Agritechnopreneur Boothcamp ini. Kelompok usaha yang digeluti peserta di antaranya bidang pertanian (8 kelompok), perikanan (4 kelompok), peternakan (6 kelompok), kuliner (28 kelompok), serta jasa dan inovasi (28 kelompok).
“Mereka yang lolos seleksi selanjutnya mengikuti Rangkaian Program Mahasiswa Wirausaha 2018 selama dua hari 9-10 Juli 2018 di Auditorium Sumardi Sastrakusumah, Kampus IPB Dramaga,” kata Ketua Panitia yang juga Direktur Inovasi dan Kewirausahaan IPB Syarifah Iis Aisyah.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Sementara Kepala Puspiptek- Kemenristekdikti, Sri Setiawati dalam sambutannya menyampaikan, menjadi seorang technopreneur harus kreatif. Pada zaman sekarang tidak bisa lagi diam, duduk menunggu, tapi harus mencari peluang dan bekerja secara teamwork, serta menguasai kemampuan multidisiplin.
“Suatu saat kalian berusaha, maka yang berjualan ada orang marketing, membuat desain sesuai standar orang desain, tidak lagi ada sekat-sekat ilmu. Jika masih ada sekat maka tidak akan pernah maju. Di ASEAN, kita lihat negara Thailand dengan kuliner tom yam-nya. Bagaimana mereka mengembangkan produk, sehingga diterima di dunia internasional. Bagaimana mereka mensertifikasi 1 produknya menjadi berkelas internasional. Di Indonesia, ada banyak kesempatan, bagaimana menciptakan nilai tambah menjadi produk-produk bernilai ekonomi tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sri memberi contoh, dalam satu jenis bahan baku saja misalnya kelapa sawit ada lebih dari seratus turunan produk.
Dikatakannya juga, kesempatan wirausaha harus terus diciptakan. Di Indonesia dalam bidang ekonomi banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkembang. Hal ini yang menyebabkan Indonesia kuat, ketika krisis ekonomi karena di bawahnya kuat.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Untuk itu, siapakah yang dapat membantu usaha-usaha kecil menengah tersebut? Mahasiswalah yang bisa membantu dengan inovasi dan teknologinya, sehingga mereka bisa berkompetisi. Salah satunya bisa melalui Program Kuliah Kerja Nyata (KKN),” tuturnya.
Sri mencontohkan negara Jepang yang sudah memasuki Industri 5.0, karena menggunakan artificial technology. Mereka kekurangan anak muda, sehingga segalanya sudah diganti dengan mesin dan robot.
“Di Indonesia, jumlah anak muda 60% yang merupakan bonus demografi, sehingga mahasiswalah yang akan menentukan arah masa depan bangsa ke arah mana,” pungkasnya. (R/R09/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September