Bandung, 15 Muharram 1436/28 Oktober 2015 (MINA) – Dalam upaya mewujudkan salah satu amanat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika yang diadakan April lalu, Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengundang 60 akademisi kelas dunia guna memperluas jejaring di Ibukota Asia-Afrika.
“Pemerintah Asia-Afrika melihat para akademisi sebagai mitra strategis untuk penyusunan perumusan kebijakan yang terukur & efektif.” Demikian dicetuskan Acting Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kemlu RI Dubes Salman Al Farisi di Seminar Internasional Rethinking Emerging Forces: “Enhancing The Role Of Scholars In Promoting People-Driven Asian- African Partnership” di Gedung Merdeka Bandung, Rabu (28/10).
Forum tersebut merupakan alah satu butir dalam Declaration on Reinvigorating the New Asian African Strategic Partnership menyebutkan mengenai pembentukan Forum Akademik Asia-Afrika untuk mewujudkan kemitraan Asia-Afrika yang lebih solid melalui hubungan intensif antar masyarakat, termasuk akademisi. Demikian rilis resmi dari Kementrian Luar Negeri Indonesia yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dubes Salman menambahkan bahwa forum itu juga merupakan upaya awal untuk mendorong pengembangan jejaring Asian-African Think Tanks. Networking merupakan bagian yang sangat vital dari pengembangan suatu think-tank.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Wakil Dekan FISIP Unpad Mudiyati Rahmatunissa dalam sambutan pembukaannya, khususnya terkait Pusat Kajian Asia-Afrika di Universitas Padjajaran.
Seminar internasional ini dihadiri oleh sekitar 200 orang peserta, termasuk di antaranya 60 orang akademisi internasional dari berbagai latar belakang kepakaran, akademisi Indonesia, media, mahasiswa dan kelompok sosial masyarakat dari Sahabat Museum KAA.
Narasumber – narasumber yang hadir diterbangkan dari seluruh dunia, termasuk Dr. Darwis Khudori dari Universite Le Havre – Perancis, Professor Fatima Harrak dari Council for the Development of Social Science Research in Africa – Maroko, Professor Manoranjan Mohanty dari Council for Social Development – India, Dr. Makram Khouri-Machool dari University of Cambridge – Inggris, dan Teuku Rezasyah Ph.D. dari Universitas Padjadjaran.
Produk final seminar ini adalah sebuah deklarasi yang merupakan refleksi dari pandangan para akademisi. Deklarasi ini akan berisi rekomendasi kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah negara-negara Asia Afrika, termasuk Indonesia.(T/P008/R02)
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)