Jakarta, 9 Safar 1438/9 November 2016 (MINA) – Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah terintegrasi ke dalam hampir semua aspek kehidupan modern, sehingga bisa dimanfaatkan keberadaannya, termasuk untuk mengembangkan pendidikan.
Hal tersebut disampaikan oleh Ari Santoso, Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat acara Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat #28 dengan tema “Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Belajar dan Mengajar” yang diselenggarakan di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu (9/11).
“TIK mengubah bagaimana orang bekerja, bersosialisasi dan berkomunikasi, termasuk mempengaruhi praktik pembelajaran di kelas,” kata Ari.
Menurut dia, TIK pada bidang pendidikan berpotensi mendukung proses mengajar dan belajar. Ia kemudian mencontohkan, jejaring sosial dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
“Misalnya beberapa guru menggunakan Facebook untuk menghidupkan tokoh-tokoh yang ada dalam novel dan puisi, guru lain bahkan ‘memutarbalikkan kelas’ yaitu dengan menyampaikan pelajaran lewat internet atau siaran televisi pada sore hari agar dapat meluangkan waktu di siang hari untuk mengerjakan tugas sekolah bersama anak-anak,” ujar dia.
Mengajar dengan menggunakan TIK, kata dia, juga bisa untuk memastikan bahwa murid memiliki pengetahuan dan keterampilan digital yang mereka butuhkan pada abad ke-21.
“Keterampilan komputer adalah yang paling utama dicari oleh perusahaan Indonesia, namun kurang dimiliki oleh lulusan. Menurut Economist Intelligence Unit pada 2014, guna mencapai rencana revitalisasi industri TIK di tanah air, Indonesia perlu mencetak lulusan yang memiliki keterampilan computer,” papar dia.
Namun demikian, ia menggarisbawahi bahwa TIK juga berpotensi mengurangi ketimpangan yang diakibatkan oleh tingkat ekonomi dan posisi geografis. “Sekolah kerap menjadi akses bagi anak-anak yang kurang mampu, yang tidak menggunakan TIK di rumah,” katanya.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Selain itu, sumber daya pendidikan yang terbuka dan platform jaringan online terbukti mampu meningkatkan akses ke bahan belajar dan membantu pengembangan guru pada setiap jenjang pendidikan.
“Universitas Terbuka (UT) dan Kursus Online Terbuka Besar-besaran/Massive Open Online Courses juga terbukti membantu memperluas cakupan pendidikan tinggi,” kata Ari mencontohkan.
Meski demikian, Ari mengungkapkan bahwa ada berbagai tantangan untuk memadukan TIK dalam bidang pendidikan. Terlepas dari potensinya, guru-guru dan murid-murid di seluruh dunia dilaporkan sangat kurang menggunakan TIK selama pelajaran dibandingkan di luar sekolah.
“Bahkan guru-guru umumnya lebih banyak menggunakan TIK untuk hal-hal yang bersifat administratif dibandingkan untuk pelajaran,” tuturnya.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Menurut Ari, selain kendala universal, Indonesia juga menghadapi tantangan unik dalam memasukkan TIK ke dalam kelas, antara lain karena letak geografis yang rumit, demografi yang beragam dan meningkatnya kebutuhan akan tenaga listrik. (L/P011/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)