KEPEMIMPINAN ITU AMANAH !

Amanah

AmanahOleh Bahron Ansori*

Manusia itu unik. Ambisinya untuk menjadi terkadang mengalahkan keilmuan yang dimilikinya. Hari ini, demi meraih posisi pemimpin, banyak orang menghalalkan segala cara: injak bawah, sikut kanan sikut kiri, sogok atas tusuk bawah. Cara-cara tak fair kadang harus dilakukan demi menjadi pemimpin, apalagi pemimpin sebuah negara.

Negeri ini, beberapa  bulan ke depan akan menentukan siapa pemimpin bangsa. Hiruk-pikuk menuju hari-hari yang dinanti itupun semakin kentara. Calon-calon bermunculan. Rakyat tak perlu banyak tahu siapa sang calon pemimpin itu. Yang penting tahunya siapa pun yang terpilih kelak, rakyat tak lagi kelaparan, sekolah tak mahal dan biaya kesehatan gratis.  Yah, itulah  karakter rakyat di negara ini; serba mau enak.

Manusia secara fitrah selalu berambisi ingin menjadi pemimpin. Hal ini 14 abad silam telah disampaikan oleh Nabi SAW dalam sabdanya, ”Sesungguhnya kalian akan senantiasa berambisi melestarikan kepemimpinan dan kelak kepemimpinan itu akan jadi penyesalan pada hari kiamat.”(HR. Bukhari dan Nasai). Namun demikian, pemimpin yang berlaku adil sangat agung posisinya di sisi Allah SWT. Kalau saja para pemimpin memiliki keinginan yang kuat dan ikhlas, di tangan mereka pelaksanaan hukum, dan di bawah kekuasaan mereka usaha pemberantasan para koruptor, tidak ada campur tangan dari pihak-pihak lain.

Dalam Al-Qur’an terdapat 527 kali ungkapan qala yang menunjukkan pentingnya dialog dalam melaksanakan kepemimpinan. Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya akan dibuka buat kalian bumi bagian barat dan timur, dan pelakunya masuk ke neraka kecuali yang bertakwa kepada Allah dan melaksanakan .”(HR. Imam Ahmad).

Abu Hatim mengatakan, seseorang tak pantas menjadi pemimpin, sehingga ia memiliki tiga hal yaitu, akal, ilmu, dan retorika. Kemudian, ia bersih dari enam hal yaitu kekerasan, ketergesa-gesaan, iri dengki, hawa nafsu, dusta, dan meninggalkan musyawarah. Pemimpin juga harus konsisten dalam kepemimpinannya dengan tiga hal, yaitu lemah lembut, sabar, banyak menahan bicara atau berbicara seperlunya.

Di kalangan Bani Israil ada tradisi seorang pemimpin harus keturunan raja, keturunan Nabi, bahkan kekayaan menjadi syarat utama. Dalam sebuah kisah diceritakan ada pemuka Bani Israil yang mendatangi Shamwil — Nabi dan hakim di kalangan mereka — yang memintanya menentukan seorang raja. Shamwil memutuskan Thalut menjadi raja dan panglima perang. Namun, putusan ini mendapat perlawanan dan penolakan dari pemuka Bani Israil. Alasan mereka, Thalut bukan keturunan raja dan Nabi.

Lagi pula ia orang miskin yang tak memiliki harta kekayaan melimpah. Shamwil berusaha meyakinkan dengan menjelaskan kapasitas dan kepribadian Thalut. Akan tetapi, Bani Israil tetap menolaknya. Kemudian Allah SWT menjelaskan dalam Qs. Al-Baqarah: 247-251 tentang perdebatan pemuka Bani Israil dan Nabi Shamwil. Dari kisah di atas, salah satu perilaku dan pengajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah, yang ini merupakan perbendaharaan agama Islam, kekayaan yang sangat mendasar dan bahkan agama itu merupakan amanah.

Ada tiga kata sepadan yang semuanya dibentuk dari huruf alif, mim dan nun, ketiganya memiliki hubungan yang erat, yaitu aman, amanah dan iman dan makna ketiganya hampir serupa yaitu menunjukkan kepada ketenangan atau tuma’ninah. Amanah menunjukkan pada kepercayaan, dan kepercayaan adalah ketenangan, sedang aman adalah hilangnya rasa takut dan ini juga berarti ketenangan, kemudian iman bermakna pembenaran dan ketetapan (iqrar) serta amal perbuatan, yang didalamnya terdapat pula ketenangan.

Wartawan: Bahron Ansori

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0