Ketegasan Khalifah Umar  

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Untuk pertama kalinya sejak mendapat amanah sebagai , Khalifah bin Khaththab berkhutbah di hadapan manusia seraya mengatakan, “Aku mendapatkan kabar bahwa manusia takut terhadap ketegasanku dan takut terhadap kekerasanku.”

Mereka mengatakan, ‘Umar bersikap keras kepada kita ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam  masih berada di tengah-tengah kita. Kemudian dia bersikap keras kepada kita ketika Abu Bakar menjadi pemimpin kita; lalu bagaimana halnya jika dia menjadi pemimpin?’

“Siapa yang mengatakan demikian, maka ia berkata benar. Sesungguhnya aku bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam  sebagai hamba dan pelayannya, dan beliau adalah orang yang sifatnya tidak melampaui dari kelunakan dan kasih sayang.

Allah telah memberinya nama demikian, dan memberikan kepadanya dua nama dari nama-nama-Nya: Ra’uf Rahim (yang belas kasih dan penyayang). Sedangkan aku adalah pedang yang terhunus, hingga beliau menyarungkan aku atau membiarkanku. Aku terus seperti itu hingga Rasulullah wafat dalam keadaan beliau ridha kepadaku, alhamdulillah.

Dan aku sangat berbahagia dengan hal itu. Kemudian Abu Bakar memimpin urusan kaum muslimin, dan dia adalah orang yang tidak kalian pungkiri kemurahan dan kelembutannya. Aku sebagai pembantunya dan pembelanya, aku campurkan kekerasanku pada kelembutan-nya.

Aku adalah pedang yang terhunus hingga dia menyarungkanku atau membiarkanku, dan aku terus seperti itu. Aku tetap demikian bersamanya hingga dia wafat dalam keadaan ridha kepadaku, dan aku sangat bahagia dengan hal itu.

Kemudian aku memimpin urusan kalian, wahai manusia, dan ketahuilah bahwa kekerasan ini semakin bertambah berlipatlipat, tetapi itu ha-nyalah berlaku atas kezhaliman dan melampui batas terhadap kaum muslimin.

Adapun ahli keselamatan, agama dan keutamaan (yakni, kaum yang taat beragama), maka aku lebih lunak kepada mereka daripada sebagian mereka atas sebagian yang lain. Aku tidak membiarkan seseorang menzalimi selainnya atau melampui batas terhadapnya, hingga aku meletakkan pipinya di atas tanah dan aku meletakkan telapak kakiku di atas pipinya yang lain hingga ia tunduk kepada kebenaran.

Kalian mempunyai hak terhadapku, wahai manusia, beberapa perkara yang akan aku sebutkan kepada kalian, maka ambillah hal itu dariku: Kalian punya hak terhadapku agar aku tidak menyembunyikan sedikit pun dari pajak kalian, yaitu harta rampasan (tanpa melalui peperangan, fai’) kecuali karena wajahNya.

Tetapi aku berhak, jika harta itu aku peroleh, untuk tidak dikeluarkan kecuali dengan haknya. Kalian punya hak terhadapku agar aku tidak mencampakkan kalian dalam kebinasaan. Jika kalian ingin bepergian, maka aku adalah bapak keluarga yang ditinggalkan hingga kalian kembali kepada mereka.

Aku cukupkan perkataanku ini, dan aku memo-hon ampun kepada Allah untukku dan untuk ka-lian.” (Umar ibn Al-Khaththab Al-Watsiqah Al-Khalidah li ad-Din Al-Khalid, Abdul Karim Al-Kha-thib). Adakah pemimpin yang setegas Umar bin Khattab hari ini?(R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)