Oleh: Rendi Setiawan, Jurnalis MINA
Hubungan Indonesia dan Palestina sudah lama terjalin. Bahkan, tokoh-tokoh Palestina menjadi pendukung kuat perjuangan kemerdekaan Indonesia tempo dulu.
Dukungan Palestina terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak bertepuk sebelah tangan. Sebab, Indonesia menyambutnya lewat dukungan konsisten sejak dulu hingga sekarang untuk kemerdekaan Palestina.
Semasa masih hidup, Presiden Soekarno sering memberikan pesan menohok bagi pembela Israel. Presiden pertama Indonesia ini tak jarang terlibat ‘konflik’ dengan Israel meski akan cukup merugikan bagi Indonesia.
Baca Juga: [POPULER MINA] Ramadhan di Palestina dan Trump Usir Zelenskyy
Soekarno menolak segala bentuk hubungan dengan Israel. Ini wujud penghormatan kepada Palestina, sebab sejak lama Indonesia akrab dengan Palestina, bahkan sejak sebelum kemerdekaan Indonesia.
Pesan-pesan menohok Soekarno seolah ditujukan kepada pendukung Israel di Indonesia. Siapa sangka, sejak lama, Soekarno paham betul soal watak orang-orang Israel.
Pesan dukungan Soekarno terhadap Palestina dicurahkan sepanjang hayat. Hal ini dibuktikan dengan penolakan Israel oleh Soekarno yang digaungkan sejak awal hingga akhir masa jabatannya sebagai orang nomor satu Indonesia.
Namanya bukan Zionis kalau tidak mencari akal bulus. Israel beberapa kali mencoba menjalin kontak dengan Indonesia. Salah satu cara yang Israel lakukan adalah mengucapkan selamat atas kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Warga Palestina Sahur Bersama di Awal Ramadhan
Kisahnya terjadi pada Januari 1950, Menteri Luar Negeri Israel Moshe Sharett mengirimkan pesan kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta mengenai pengakuan penuh kedaulatan Indonesia oleh Israel.
Soekarno terlalu cerdik untuk dikibuli Zionis. Soekarno pun hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih tanpa menawarkan hubungan diplomatik. Israel harus gigit jari.
Dukungan terhadap Palestina berlanjut dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang dinisiasi Soekarno pada 1955. Saat itu Soekarno tidak mengundang maupun menyebut Israel dalam KAA.
Penyelenggaraan pertamanya dilaksanakan di Indonesia dengan mengundang berbagai negara di Asia dan Afrika.
Baca Juga: Masjid Darussalam Tiang Tunggal Banyumas yang Menyatu dengan Waktu
Beberapa negara seperti Burma (Myanmar), India, dan Srilanka berpendapat agar Israel juga diikutsertakan. Soekarno bergeming. Sang Proklamator dengan tegas menolak saran itu.
Setelah penyelenggaraan KAA, Aksi Bung Karno menolak eksistensi Israel terhadap Palestina tetap dilakukan melalui jalur diplomasi. Kali ini melalui olahraga, saat Indonesia berpeluang besar lolos Piala Dunia 1958.
Pada penyisihan zona Asia tahun 1957 seolah seperti durian runtuh bagi Israel. Sebab, di ajang internasional itu, negeri Zionis berhadapan dengan Indonesia. Lagi-lagi, negeri penuh teror ini tak memperoleh hasil apa pun.
Soekarno menolak berangkatkan tim melawan Israel. Bagi Soekarno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos Piala Dunia.
Baca Juga: Hamas Serukan Warga Palestina Intensifkan Kunjungan ke Masjid Al-Aqsa selama Ramadan
Saat itu, Tim nasional Indonesia sebenarnya sudah lolos pertandingan tingkat Asia dan hanya perlu bertanding lawan Israel untuk bisa lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia.
Namun tim nasional menolak berangkat dan melepaskan kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia, demi mendukung Palestina dan menentang penjajahan Israel.
Maulwi Saelan, kiper Timnas Indonesia yang juga ajudan Soekarno, mengatakan, mundurnya Timnas Indonesia karena perintah Soekarno.
Indonesia, yang saat itu bergabung di penyisihan wilayah Asia Timur, telah menundukkan China. Indonesia hanya tinggal memainkan pertandingan penentuan melawan Israel sebagai juara wilayah Asia Barat.
Baca Juga: Israel Hancurkan Rumah-Rumah Kamp Nour Shams di Hari Pertama Ramadhan
“Itu sama saja mengakui Israel,” ujar Maulwi menirukan omongan Soekarno, seperti dikutip dari Historia. “Ya, kita nurut, gak jadi berangkat.”
Tak cukup sampai di situ. Pendirian Soekarno tetap tak berubah. Penolakan Israel oleh Soekarno juga terlihat ketika Indonesia jadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962. Soekarno tidak memberikan visa untuk atlet kontingen Israel.
Keputusan tidak memberikan visa pada atlet Israel ini jelas membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) berang, Soekarno memerintahkan Indonesia keluar dari Komite Olimpiade Internasional.
Soekarno teguh pendirian menolak Israel hingga akhir kekuasaanya.
Baca Juga: Pasukan Zionis Israel Hancurkan Rumah Warga Palestina di Gaza Selatan
Dalam pidato ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-21, Soekarno mengungkap bagaimana Indonesia harus bangga sebagai bangsa yang konsekuen, berjiwa kemerdekaan, antiimperialisme. Indonesia kata Soekarno juga serta secara aktif tidak mengakui Israel.
Pada tahun 1962, Soekarno dengan lantang bersuara; “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”. (A/R2/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Imam di Palestina Ajak Warga Ramaikan Masjid Al-Aqsa Selama Ramadhan
Baca Juga: Lazzarini: Langkah Israel Bubarkan UNRWA Dapat Perburuk Krisis Pengungsi