ADAB merupakan bagian penting dalam ajaran Islam yang mencerminkan akhlak dan karakter seseorang. Dalam Al-Qur’an dan Hadis, adab memiliki kedudukan tinggi, bahkan mendahului ilmu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Namun, di era modern, adab generasi muda mulai mengalami degradasi akibat berbagai faktor yang menggerus nilai-nilai Islam.
Globalisasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan, termasuk dalam pola pikir dan perilaku generasi muda. Media sosial, budaya populer, dan pengaruh asing sering kali lebih dominan dibandingkan dengan ajaran Islam. Akibatnya, banyak anak muda lebih mengidolakan tokoh-tokoh dunia hiburan daripada ulama dan cendekiawan Islam yang seharusnya menjadi panutan.
Salah satu tanda melemahnya adab adalah menurunnya rasa hormat kepada orang tua dan guru. Padahal, dalam Islam, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban utama setelah ibadah kepada Allah. Allah berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (Qs. Al-Ahqaf: 15). Namun, di zaman ini, banyak anak berbicara kasar, membantah, bahkan mengabaikan nasihat orang tua dan guru.
Baca Juga: 7 Jalan Menggapai Derajat Taqwa Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Masyarakat modern semakin menekankan kebebasan individu, tetapi sering kali melupakan konsep kebersamaan dan tanggung jawab sosial.
Dalam Islam, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) sangat ditekankan, sebagaimana dalam hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, banyak anak muda yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kebersamaan.
Banyak generasi muda terjebak dalam gaya hidup hedonis, yang mengejar kesenangan duniawi tanpa mempertimbangkan aspek spiritual dan moral. Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah hati yang merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, budaya konsumtif semakin marak, membuat anak muda lebih fokus pada penampilan dan status sosial daripada karakter dan akhlak.
Islam mengajarkan pentingnya menjaga lisan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, dengan maraknya media sosial, banyak anak muda yang terbiasa berbicara kasar, menyebarkan fitnah, dan mencaci maki tanpa berpikir panjang.
Baca Juga: Strategi Nabawiyah untuk Pembebasan Baitul Maqdis Dimulai dari Misi Dumatul Jandal
Generasi muda yang kehilangan adab sering kali kurang memiliki rasa tanggung jawab dan etos kerja yang baik. Islam menekankan pentingnya bekerja keras dan berusaha, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Qs. Ar-Ra’d: 11). Namun, banyak anak muda yang mudah menyerah, tidak disiplin, dan kurang memiliki semangat dalam belajar serta bekerja.
Rasa malu adalah bagian dari iman, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Malu itu sebagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, saat ini, banyak generasi muda yang tidak lagi memiliki rasa malu dalam berbuat maksiat, seperti berpakaian tidak sopan, berbicara vulgar, atau mengumbar keburukan diri di media sosial.
Konten digital yang berisi kekerasan, pornografi, dan budaya permisif semakin mudah diakses oleh anak muda. Jika tidak ada bimbingan dan filterisasi, mereka akan tumbuh dalam lingkungan yang mengikis nilai-nilai moral Islam. Islam mengajarkan agar kita selektif dalam memilih tontonan dan bacaan, sebagaimana firman Allah, “Maka hendaklah manusia memperhatikan apa yang dimakannya.” (Qs. Abasa: 24), yang dapat diartikan juga dalam konteks asupan ilmu dan informasi.
Islam mengajarkan kepedulian sosial, sebagaimana dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, banyak anak muda yang lebih fokus pada dunia maya daripada kehidupan nyata, sehingga empati dan kepedulian terhadap sesama semakin menurun.
Baca Juga: Hikmah dari Bencana Banjir Jabodetabek
Generasi muda membutuhkan teladan yang baik dalam membentuk adab dan akhlak. Sayangnya, banyak orang tua yang kurang memberikan contoh yang baik, baik dalam hal komunikasi, adab, maupun ibadah. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang mendukung nilai-nilai Islam cenderung meniru perilaku negatif yang mereka lihat di sekitar mereka.
Untuk mengembalikan adab generasi muda, pendidikan Islam harus diperkuat. Sekolah dan pesantren yang mengajarkan akhlak dan nilai-nilai Islam harus menjadi prioritas. Sebagaimana firman Allah, “Dan orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka.” (Qs. At-Tur: 21), yang menunjukkan pentingnya pendidikan agama dalam keluarga.
Dakwah dan tarbiyah (pembinaan) harus terus dilakukan untuk mengingatkan generasi muda akan pentingnya adab dan akhlak Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat telah memberikan contoh bagaimana membangun peradaban melalui dakwah yang hikmah. Jika dakwah dilakukan dengan cara yang baik, anak muda akan lebih mudah menerima dan mengamalkan nilai-nilai Islam.
Media sosial dan teknologi harus dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Konten edukatif, ceramah, dan kisah inspiratif dapat menjadi alternatif bagi anak muda agar mereka tetap mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana firman Allah, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (Qs. An-Nahl: 125).
Baca Juga: Taat kepada Allah dan Rasul: Ujian Kepatuhan Sejati
Untuk mengembalikan adab generasi muda yang mulai tergerus zaman, tidak ada cara lain selain kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Orang tua, guru, dan masyarakat harus bersama-sama berperan dalam membimbing anak-anak agar tetap berada dalam jalan Islam. Hanya dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni, generasi muda dapat menjadi pribadi yang beradab, berakhlak mulia, dan menjadi kebanggaan umat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)