Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KETIKA BENTENG TERKUAT YAHUDI ITU RUNTUH

Rendi Setiawan - Jumat, 20 November 2015 - 07:35 WIB

Jumat, 20 November 2015 - 07:35 WIB

813 Views

Lokasi <a href=

benteng Khaibar. (Foto: google image)" width="250" height="202" /> Lokasi benteng Khaibar. (Foto: google image)

Oleh: Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Salah satu benteng orang-orang Yahudi yang terkuat adalah benteng Khaibar. Letaknya tidak begitu jauh dari pusat Kota Madinah. Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa salah satu keistimewaan benteng Khaibar adalah kuatnya pertahanan benteng ini karena memiliki sistem pertahanan berlapis-lapis yang sangat baik.

Hal itu terbukti, sebelum Islam datang meruntuhkannya, pasukan Romawi dengan jumlah besar dan peralatan perang lebih kompleks, tidak berdaya menghadapi kokohnya benteng Khaibar.

Di sinilah keistimewaan Ukhuwah Islamiyyah. Betapapun orang-orang kafir mempertahankan diri mereka, Islam jauh memiliki segalanya untuk mengalahkan kejahatan. Pada perang Khaibar inilah, kebersamaan dan persatuan umat Islam membuktikan diri mampu meluluhlantakkan benteng terkuat di zaman dahulu itu.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Namun, hal yang pertama kali yang harus kita perhatikan dari peperangan ini ialah perbedaan antara tabiat peperangan ini dengan peperangan sebelum-sebelumnya. Peperangan-peperangan sebelumnya berlangsung karena faktor-faktor defensif yang menuntut kaum Muslimin, agar melakukan peperangan guna mempertahankan eksistensi dan membalas serangan-serangan biadab para musuh.

Sedangkan peperangan kali ini, peperangan yang terjadi setelah terjadinya perjanjian damai Hudaibiyah, umat Islam sebagai pihak yang memulai melancarkan serangan secara mendadak kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di Khaibar, setelah adanya pengkhianatan pihak Yahudi terhadap perjanjian damai.

Salah satu motivasi utama dari peperangan ini ialah berdakwah mengajak orang-orang Yahudi untuk memeluk Islam. Mereka diperangi karena keengganannya menerima kebenaran. Dan kebencian mereka yang membara di dada meskipun telah lama diseru secara damai dengan berbagai argumentasi.

Karena itulah, pada malam pertama kedatangannya ke Khaibar, Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam tinggal secara diam-diam tanpa diketahui oleh mereka. Setelah tiba waktu shubuh, tidak terdengar suara adzan sama sekali di Khaibar sebagai syiar Islam. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak akan menyerang suatu kaum sebelum menunggu waktu shubuh. Apa faedahnya? Apabila terdengar suara adzan di tempat itu maka Rasulullah akan membatalkan penyerangannya dan apabila tidak terdengar suara adzan maka segera dilakukan serangan.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Khaibar, Perkampungan Yahudi

Khaibar adalah daerah yang ditempati oleh kaum Yahudi setelah diusir Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Madinah tatkala mereka melanggar perjanjian damai. Di sana mereka menyusun makar untuk melampiaskan dendamnya terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Islam, dan kaum Muslimin.

Dendam Yahudi memang telah menumpuk; mulai terusirnya Bani Qainuqa, Bani Nadhir, terbunuhnya dua tokoh mereka, hingga pembantaian terhadap Bani Quraidhah dan sejumlah tokoh mereka yang dibunuh oleh kaum Muslimin.

Sebelumnya, orang-orang Yahudi adalah penggerak pasukan Ahzab pada Perang Khandaq. Ini berarti kali yang keempat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerangi orang-orang Yahudi agar kita mengetahui bagaimana sejarah hitam umat Yahudi dan dendam mereka yang sangat mendalam terhadap Islam.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Persiapan Penyerangan

Pada bulan Muharram tahun ke 7 Hijriah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama 1400 sahabat yang ikut di Hudaibiyah berangkat menuju Khaibar. Telah kita ketahui bahwa sepulang dari Hudaibiyah, Allah menurunkan ayat sebagai janji kemenangan dari-Nya dan perintah untuk memerangi Yahudi di Khaibar dalam firman-Nya:

وَعَدَكُمُ ٱللَّهُ مَغَانِمَ ڪَثِيرَةً۬ تَأۡخُذُونَہَا فَعَجَّلَ لَكُمۡ هَـٰذِهِۦ وَكَفَّ أَيۡدِىَ ٱلنَّاسِ عَنكُمۡ وَلِتَكُونَ ءَايَةً۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَيَهۡدِيَكُمۡ صِرَٲطً۬ا مُّسۡتَقِيمً۬ا (٢٠)

Artinya: “Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)-mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Fath [48]: 20)

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Para ahli mufassirin mengatakan, Allah menjanjikan harta rampasan (ghanimah) yang banyak kepada kaum Muslimin, sebagai pendahuluannya adalah harta rampasan yang diperoleh pada perang Khaibar itu. Adapun orang-orang Badui atau munafik tatkala mereka mengetahui para sahabat akan menang dan mendapat rampasan perang, maka mereka untuk ikut dalam peperangan tersebut supaya mendapat bagian dari ghanimah maka Allah berfirman,

سَيَقُولُ ٱلۡمُخَلَّفُونَ إِذَا ٱنطَلَقۡتُمۡ إِلَىٰ مَغَانِمَ لِتَأۡخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعۡكُمۡ‌ۖ يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُواْ كَلَـٰمَ ٱللَّهِ‌ۚ قُل لَّن تَتَّبِعُونَا ڪَذَٲلِكُمۡ قَالَ ٱللَّهُ مِن قَبۡلُ‌ۖ فَسَيَقُولُونَ بَلۡ تَحۡسُدُونَنَا‌ۚ بَلۡ كَانُواْ لَا يَفۡقَهُونَ إِلَّا قَلِيلاً۬ (١٥)

Artinya: “Orang-orang Badui yang tinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, “Biarkan kami, niscaya kami mengikuti kamu.’ Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, ‘Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Allah telah menetapkan sebelumnya.’ Mereka mengatakan, ‘Sebenarnya kamu dengki kepada kami.’ Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.” (QS. Al-Fath [48]: 15)

Demikian itu karena Allah telah mengkhususkan rampasan perang Khaibar sebagai balasan jihad, kesabaran, dan keikhlasan para sahabat yang ikut di Hudaibiyah saja.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Para sahabat berangkat dengan penuh keyakinan dan besar hati terhadap janji Allah, sekalipun mereka mengetahui bahwa Khaibar merupakan perkampungan Yahudi yang paling kokoh dan kuat dengan benteng berlapis dan persenjataan serta kesiapan perang yang mapan.

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa tatkala kaum Muslimin berjalan sambil bertakbir dan bertahlil dengan mengangkat suara tinggi hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang mereka dan memerintahkan agar merendahkan suara sebab Allah Maha Dekat, bersama kalian, tidak tuli, dan tidak jauh.

Sebelum shubuh mereka tiba di halaman Khaibar, sedang Yahudi tidak mengetahuinya. Tiba-tiba ketika berangkat ke tempat kerja, orang-orang Yahudi dikejutkan dengan keberadaan tentara; maka mereka berkata, “Ini Muhammad bersama pasukan perang.” Orang-orang Yahudi kembali masuk ke dalam benteng dalam keadaan takut.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allahu Akbar, runtuhlah benteng Khaibar. Sesungguhnya jika kami datang di tempat musuh, maka hancurlah kaum tersebut.” (Hr. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Runtuhnya Benteng Khaibar

Salah satu pintu masuk <a href=

benteng Khaibar. (Foto: Hikmatia)" width="300" height="225" /> Salah satu pintu masuk benteng Khaibar. (Foto: Hikmatia)

Tanda-tanda runtuhnya benteng Khaibar sudah terlihat ketika kaum Muslimin menyerang dan mengepung benteng-benteng Yahudi, meskipun sebagian sahabat pembawa bendera perang tidak berhasil menguasai dan mengalahkan mereka hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Besok akan kuserahkan bendera perang kepada seseorang yang Allah dan Rasul-Nya mencintai dan dia pun mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan memenangkan kaum muslimin lewat tangannya.”

Maka para sahabat bergembira dengan kabar ini dan semua berharap agar bendera tersebut akan diserahkan kepadanya, hingga Umar Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Aku tidak pernah menginginkan kebesaran, kecuali pada Perang Khaibar.”

Pada pagi hari itu para sahabat bergegas untuk berkumpul di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Masing-masing berharap akan diserahi bendera komando. Akan tetapi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Dimanakah Ali?” Meraka menjawab, “Dia sedang sakit mata, sekarang berada di perkemahannya.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Panggillah dia.”

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Maka mereka memanggilnya. Ali Radhiallahu ‘Anhu datang dalam keadaan sakit mata, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meludahi matanya dan sembuh seketika, seakan-akan tidak pernah merasakan sakit. Beliau menyerahkan bendera perang dan berwasiat kepadanya, “Ajaklah mereka kepada Islam sebelum engkau memerangi mereka. Sebab, Demi Allah, seandainya Allah memberi hidayah seorang di antara mereka lewat tanganmu, maka sungguh itu lebih baik bagimu dari pada onta merah.” (Hr. Muslim)

Kebiasaan bangsa Arab sebelum bertempur kedua pasukan, mereka akan melakukan perang tanding satu melawan satu. Pahlawan andalan Yahudi bernama Marhab menantang dan mengajak sahabat untuk perang tanding. Amir bin Akwa Radhiallahu ‘Anhu melawannya dan beliau terbunuh mati syahid. Lalu Ali Radhiallahu ‘Anhu melawannya hingga membunuhnya dan menyebabkan runtuhnya mental kaum Yahudi dan sebagai sebab kekalahan mereka.

Benteng Khaibar terdiri dari tiga lapis, dan masing-masing terdiri atas tiga benteng. Kaum Muslimin memerangi dan menguasai benteng demi benteng. Setiap kali Yahudi kalah dari pertahanan pada satu benteng, mereka berlindung dan berperang dalam benteng lainnya hingga kemenangan mutlak berada di tangan kaum Muslimin.

Dalam peperangan ini terbunuh puluhan orang dari kaum Yahudi, sedang wanita dan anak-anak ditawan. Termasuk dalam tawanan adalah Shofiyah binti Huyai yang jatuh di tangan Dihyah al-Kalbi lalu dibeli oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam darinya. Beliau mengajaknya masuk Islam, lalu menikahinya dengan mahar memerdekakannya. Adapun yang mati syahid dari kaum muslimin sebanyak belasan orang.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Kisah Daging Berbicara

Pada pertempuran Khaibar inilah, Allah membuka tabir sifat asli orang-orang Yahudi. Mereka tidak akan pernah dan tidak akan berhenti dari membuat makar buruk terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Islam, karena tabiat mereka, sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:

 … كَانُواْ يَكۡفُرُونَ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ وَيَقۡتُلُونَ ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقٍّ۬‌ۚ…

Artinya: “Mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak.” (QS. Ali Imron [3]: 112)

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Tatkala mereka kalah dari Perang Khaibar dan beberapa kali upaya untuk membunuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam gagal, maka mereka bermaksud untuk membunuh beliau dengan siasat baru.

Adalah Zainab binti Harits, seorang wanita Yahudi yang berperan besar dalam makar buruk ini, yaitu memberi hadiah berupa menyuguhkan hidangan daging kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan menyisipkan racun di bagian paha kambing sebab Rasulullah sangat menyukai paha kambing.

Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memakannya, daging tersebut mengabari Rasulullah bahwa ia beracun. Maka beliau memuntahkannya. Ini merupakan mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Adapun Bisri bin Baru Radhiallahu ‘Anhu, yang ikut makan bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, meninggal dunia karena racun tersebut. Sebab itulah kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membunuh wanita itu sebagai qishosh.

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Perdamaian

Setelah orang-orang Yahudi kalah telak, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bermaksud untuk mengusir mereka dari Khaibar. Akan tetapi mereka memohon kepada beliau agar membiarkan mereka mengurusi pertanian dengan perjanjian bagi hasil, maka Rasulullah menerima permohonan itu dengan syarat kapan saja beliau menghendaki maka beliau berhak untuk mengusir mereka. Hingga akhirnya mereka diusir oleh Umar bin Khaththab di zaman kekhalifahannya setelah beberapa kali mereka berbuat kejahatan terhadap kaum Muslimin. (T/P011/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Palestina
Palestina
Palestina