Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika Muhyiddin Hamidy Selamatkan Nyawa Ketua PBNU

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 22 Juni 2017 - 13:25 WIB

Kamis, 22 Juni 2017 - 13:25 WIB

4208 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ada fakta sejarah yang terlewatkan tentang salah satu tokoh pers Nasional, Muhyiddin Hamidy. Ketika pada era tahun 1965 ia pernah menyelamatkan nyawa Ketua I PB Nahdhatul Ulama saat itu KHM Dachlan dari upaya pembunuhan oleh komunis.

Saat itu KHM Dachlan dan para kyai hendak mengikuti ajakan acara di puncak, yang itu dibuat oleh gerakan komunis. Namun kemudian, oleh Muhyiddin Hamidy yang saat itu menjabat salah satu pimpinan Kantor Berita ANTARA, dicegah dengan berbagai pendapat, pertimbangan dan informasi yang ada, bahwa jika para kyai ke puncak akan dibunuh oleh orang-orang komunis.

KHM Dachlan kemudian percaya dan yakin pada kebenaran informasi pemberontakan PKI yang sedang terjadi, dan ia kemudian menelepon Pimpinan Nahdhatul Ulama lainnya untuk bersembunyi, dan lebih baik berkumpul saja di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

“Pengalaman itu beberapa tahun kemudian ditulis dan diterbitkan di dalam bulletin ANTARA. Kyai-kyai Pimpinan NU akan dibunuh, syukur dapat dicegah,” demikian antara lain cuplikan isi buku Biografi Muhyiddin Hamidy Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang dibahas pada I’tikaf Ramadhan di Masjid Baitul Muttaqin Bekasi, Jawa Barat, Rabu malam (21 Juni 2017 atau malam 27 Ramadhan 1438).

Penulis, sebagai pembahas pada Kajian I’tikaf tersebut berusaha mengurai sejarah yang pernah ditulis oleh Muhyiddin Hamidy dalam artikel berjudul “Pimpinan ANTARA Diutus Menemui Chaerul Saleh” (Sumber : Catatan Politik, Pengalaman Wartawan-Wartawan ANTARA. Editor Ismet Rauf dan Saleh Dani Adam, PENANTARA tahun 2001).

Catatan sejarah itu, dituangkan kembali di dalam buku biografi Muhyiddin Hamidy, Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah). (Penerbit MINA Foundation, Mei 2017).

Muhyiddin Hamidy yang berlatar belakang, pers saat itu bersama Pimpinan ANTARA Letkol M. Noor Nasution, keduanya perwira TNI ditugaskan oleh pemerintah untuk mengamankan dan membersihkan kantor berita itu dari unsur-unsur PKI pasca pemberontakan G30S PKI 1965.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

M.Hamidy saat itu juga ikut membantu Brigjen Harsono Reno Utomo, Dirjen Pembinaan dan Perbekalan Pers, bersama Menteri Muda Penerangan F.Rumambi. Adapun  Menteri Peneranganya adalah Achmadi.

Maka, dalam rangka penerbitan pers, dari Gedung Jalan Kebon Sirih itulah kemudian diatur bagaimana mengendalikan media massa yang dikuasai PKI.

LKBN ANTARA saat itu ditempatkan di bawah penguasaan Kodam V Jaya selaku PEPERDA (Penguasa Perang Daerah)  Jakarta Raya, di bawah Panglima Mayjen Umar Wirahadikusumah.

Begitulah satu satu sisi perjuangan Muhyiddin Hamidy sebagai tokoh pers, yang pernah menjabat sebagai Asisten Bidang Non-Redaksi, Direktur Pemasaran, hingga Sekretaris Lembaga ANTARA, selama kurang lebih 28 tahun.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

M.Hamidy juga mengungkapkan bagaimana pengabdiannya di LKBN ANTARA bukan sekadar menjalankan misi pers seperti pada umumnya.

“Namun memiliki misi tambahan adalam misi pengabdian kepada bangsa dan negara,” kutipan pernyataan M.Hamidy dalam buku biografinya (2017, halaman 161).

Ia dalam tulisannya “Pers Perjuangan” (Dikutip dari buku Setengah Abad Pergulatan Etika Pers. Dewan Kehormatan PWI, R.H. Siregar,SH, tahun 2005), mengatakan bahwa walaupun nanti memang pers akan menuju pada pers indutri. Namun harus tetap mengedepankan nilai-nilai kejuangan wartawan itu sendiri yang telah ikut serta mendirikan Republik Indonesia.

Itulah salah satu jasa Muhyiddin Hamidy, yang kemudian menjadi Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tahun 1976 sampai wafatnya 2014. Walaupun tentu pada hakikatnya semua, hidup dan mati, ada di tangan Allah. Hanya tentu ada perantaraannya,

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

“Jangan Sekali-Kali Meningalkan Sejarah” (Jasmerah) begitu dipopulerkan oleh Presiden RI Pertama Soekarno, hendaknya kita hayati betapa perjuangan pembangunan bangsa Indonesia saat ini, di Negara Kesatuan Republik Indonesai, sebagai sesama anak bangsa, jangan sampai melupakan akar sejarah para pemimpin negeri ini. Insya-Allah. (RS2/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Rekomendasi untuk Anda

Imam Besar Masjid Nabawi Syeikh Ahmad bin ali Al-Hudzaifi bertemu dengan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Rabu (9/10/2024).(Foto: NUonline)
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia