Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika Setia Dianggap Kuno dan Selingkuh Dianggap Wajar

Bahron Ansori Editor : Ali Farkhan Tsani - 21 detik yang lalu

21 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DI TENGAH derasnya arus digitalisasi, nilai-nilai kesetiaan mulai memudar dari relung kehidupan sebagian manusia. Gadget di tangan, media sosial di genggaman, membuka pintu selebar-lebarnya untuk berinteraksi tanpa batas—bahkan tanpa etika. Apa yang dulu disebut pengkhianatan, kini dibungkus kata “kebutuhan batin” atau “teman curhat.” Di era ini, selingkuh tak lagi menjadi aib, tetapi disulap menjadi gaya hidup yang dianggap modern.

Kita hidup di zaman ketika kesetiaan ditertawakan, dan pengkhianatan dicari-cari pembenaran. Perselingkuhan tak lagi dilakukan secara diam-diam, namun sudah terang-terangan melalui pesan instan, panggilan video, bahkan status media sosial. Orang yang berusaha menjaga hati justru dianggap ketinggalan zaman. Padahal, setia adalah bukti iman dan akhlak luhur seorang muslim.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada yang lebih menghancurkan cinta selain pengkhianatan dan kebohongan.” Perselingkuhan adalah bentuk nyata dari keduanya. Hati yang dikhianati tak mudah disembuhkan, dan kehormatan yang tercabik tak mudah dijahit kembali. Namun sayangnya, luka batin ini sering kali diremehkan oleh pelaku.

Ada banyak cara orang berselingkuh hari ini: dimulai dari percakapan intens dengan lawan jenis di media sosial, menyimpan kontak rahasia, hingga menjalin hubungan emosional tanpa sepengetahuan pasangan. Ada juga yang menggunakan kedok “teman curhat” untuk melampiaskan sisi gelap hatinya. Semua dimulai dari sesuatu yang kecil, lalu membesar menjadi dosa besar. Inilah tipu daya syaitan yang amat halus dan mematikan.

Baca Juga: Abolisi Tom dan Amnesti Hasto, Jalan Prabowo Menuju Rekonsiliasi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).

Ayat ini bukan hanya melarang zina, tetapi menutup semua pintu yang mengarah padanya—termasuk selingkuh. Karena itulah ulama salaf sangat keras memperingatkan umat agar menjauhi segala bentuk pengkhianatan dalam cinta dan rumah tangga.

Efek buruk perselingkuhan bukan hanya merusak hubungan suami istri, tapi juga menghancurkan mental anak-anak, menghancurkan kepercayaan, dan meruntuhkan harga diri pasangan yang dikhianati. Betapa banyak rumah tangga yang hancur karena satu orang tak mampu menjaga pandangan dan hati. Bahkan dalam masyarakat, fenomena ini menciptakan ketidakpercayaan, kecurigaan, dan siklus pengkhianatan yang berulang.

Selingkuh bukanlah kesalahan spontan. Ia adalah hasil dari iman yang lemah, kurangnya muraqabah (merasa diawasi Allah), dan lemahnya benteng akhlak. Seseorang yang takut kepada Allah tidak akan bermain api dengan kehormatan dirinya atau orang lain. Sebagaimana kata Imam Al-Ghazali, “Barangsiapa menjaga pandangan dan lisannya, maka ia akan selamat dari banyak dosa.”

Baca Juga: Persatuan Faksi-Faksi Jalan Menuju Kemerdekaan Palestina

Mengapa seseorang bisa selingkuh? Karena dia lebih takut kehilangan kesenangan duniawi daripada takut kehilangan ridha Allah. Ia lupa bahwa setiap detik ada malaikat yang mencatat dan Allah yang Maha Melihat. Ia terbuai dengan bisikan setan yang mengatakan, “Ini hanya sebatas chatting, tidak sampai zina.” Padahal, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Zina mata adalah melihat, zina tangan adalah menyentuh, dan hati berangan-angan, dan kemaluan yang akan membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selingkuh juga bisa terjadi karena ketidaksiapan dalam membina rumah tangga. Banyak orang menikah tanpa memahami hak dan kewajiban, tidak menguatkan komunikasi, dan tidak menjadikan agama sebagai fondasi. Ketika ada masalah, bukan diselesaikan bersama, tapi malah mencari pelarian pada orang lain. Inilah bentuk kedangkalan iman dan ketidakdewasaan emosional.

Fenomena ini juga diperparah oleh konten-konten digital yang melegitimasi perselingkuhan sebagai “self love” atau “mencari kebahagiaan diri.” Padahal, kebahagiaan yang dibangun di atas penderitaan orang lain adalah kebahagiaan palsu. Betapa banyak pasangan yang akhirnya menyesal, namun nasi sudah menjadi bubur, dan luka sudah menganga dalam.

Salah satu komentar tajam datang dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, Perselingkuhan adalah bentuk kefasikan dan kehinaan, pelakunya harus segera bertaubat sebelum Allah menghinakannya di dunia dan akhirat.” Inilah peringatan keras, agar siapa pun yang tergoda segera kembali ke jalan Allah. Jangan sampai kehormatan dan ketenangan hidup tergadaikan karena nafsu sesaat.

Baca Juga: Fakta Krusial Peran Presiden Palestina di Konflik Gaza: Otoritas dan Keterbatasan

Agar tidak terjerumus ke dalam selingkuh, bentengi diri dengan iman dan ilmu. Jaga pandangan, batasi interaksi dengan lawan jenis, dan bangun komunikasi yang jujur dan hangat dengan pasangan. Jangan memberi ruang bagi setan untuk masuk dalam relung hati yang rapuh. Ingat selalu, pengkhianatan hari ini akan dibalas oleh Allah kelak dengan kehinaan yang tak terbayangkan.

Selain itu, perbanyak dzikir dan doa agar hati tetap dijaga Allah dari fitnah dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka bersihkan hati dari niat-niat kotor sejak awal.

Tanamkan dalam diri bahwa kesetiaan adalah ibadah, bukan kelemahan. Kesetiaan adalah bagian dari takwa, dan Allah akan memberi balasan terbaik bagi orang yang menjaga amanah cinta. Jangan pernah merasa rugi menjadi orang yang setia, karena Allah Maha Mengetahui semua pengorbanan kita. Boleh jadi manusia tidak melihat, tapi Allah pasti mencatatnya.

Pada akhirnya, selingkuh bukan sekadar dosa—ia adalah pengkhianatan terhadap janji suci, kehormatan diri, dan amanah dari Allah. Jangan ikuti arus zaman yang membenarkan kebatilan. Jadilah pribadi yang istiqamah dalam kesetiaan, walau dianggap kuno oleh dunia. Sebab di mata Allah, kesetiaan adalah mahkota kemuliaan yang tidak bisa dibeli dengan dunia.

Baca Juga: Di Mana Presiden Palestina Saat Genosida Terjadi di Gaza?

“Barangsiapa takut kepada Allah, maka ia akan menjaga dirinya dari perbuatan keji, dan barangsiapa menjaga dirinya, maka Allah akan menjaganya.” (Ulama Salaf)

Semoga Allah menjaga hati kita, pasangan kita, dan keturunan kita dari fitnah perselingkuhan. Karena hanya dengan hidayah dan takwa, kita mampu menavigasi zaman yang penuh godaan ini. Jadilah setia bukan karena pasanganmu sempurna, tapi karena Allah Maha Melihat kesetiaanmu. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Rumah Ramah Gempa, Ikhtiar Membangun Hunian Aman di Negeri Rawan Bencana

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Indonesia
Kolom
MINA Preneur