Oleh Rohmah Solihah, Aktivis Muslimah Learning Center (MLC) Jawa Barat
Tidak semua muslimah pandai berbicara di depan umum. Rasa gugup, malu, atau kurang percaya diri sering menjadi alasan mengapa lisan terasa berat untuk menyampaikan kebaikan. Namun, hal itu bukanlah kekurangan. Sebab sebagian muslimah justru lebih mampu mengungkapkan isi hati dan pikirannya lewat tulisan yang tulus dan penuh makna.
Dengan pena di tangannya, atau sekarang laptop, komputer atau ponsel, seorang muslimah dapat berdakwah, menyebarkan kebaikan, serta menanamkan nilai-nilai Islam kepada sesama. Ia tak harus menjadi seorang ustazah atau tampil di hadapan banyak orang. Selama niatnya lurus karena Allah, maka setiap kalimat yang ia tuliskan dengan kesungguhan hati bisa menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, bahkan setelah raganya tiada.
Di era digital yang penuh dengan hiruk-pikuk informasi, dakwah melalui tulisan menjadi sarana yang sangat relevan. Di tengah banjir konten yang datang dari segala arah, tulisan yang mengandung nilai dan hikmah bisa menjadi penyejuk, sekaligus penuntun bagi hati-hati yang sedang mencari arah. Kata-kata yang ditulis dari hati mampu menjangkau jauh, melampaui batas ruang dan waktu.
Baca Juga: Muslimah Tangguh di Era Modern: Kreatif, Aktif, dan Tetap Terjaga
Bagi muslimah yang mencintai dunia menulis, ini adalah ladang pahala yang terbuka luas. Tak perlu sorotan atau panggung megah. Cukup dengan keikhlasan dan ketulusan, setiap kalimat yang ia susun dengan niat yang baik dapat mengetuk pintu-pintu hati, bahkan yang paling jauh sekalipun.
Wahai muslimah, jika lisanmu terbata, biarkan pena menjadi suaramu. Teruslah menulis, teruslah menebar kebaikan. Karena dakwah tak selalu harus terdengar, ia bisa dibaca, direnungi, dan dihayati. Dan siapa tahu, dari tulisan sederhana yang engkau tinggalkan di lembaran waktu, Allah bukakan jalan menuju surga.
Memang, tidak semua muslimah pandai berbicara di depan umum. Gugup, malu, dan kurang percaya diri sering menjadi kendala bagi sebagian muslimah untuk tampil di depan umum. Ini bukan kelemahan, melainkan bagian dari karakter yang berbeda. Tidak semua orang nyaman berbicara langsung, karena hal itu memang membutuhkan keterampilan dan kesiapan mental tersendiri.
Banyak muslimah memilih diam bukan karena tak punya gagasan, tetapi karena takut salah atau sulit menyusun kata saat berbicara. Padahal dalam hati, mereka menyimpan banyak kebaikan dan pemikiran yang berharga. Menulis menjadi jalan sunyi yang nyaman untuk menyampaikan semua itu.
Baca Juga: Jejak Muslimah Inspiratif: Maemuna Center, Dari Ketulusan Hati untuk Gaza
Nah, melalui tulisan, seorang muslimah dapat mengungkapkan isi pikirannya dengan tenang dan jujur. Kata-kata yang ditulis dengan hati bisa menyentuh, menginspirasi, bahkan menebar manfaat tanpa harus berbicara di hadapan banyak orang. Menulis adalah bentuk dakwah yang lembut namun bermakna.
Karena itu, tulisan adalah sarana dakwah yang pahalanya dapat terus mengalir sebagai amal jariyah. Agama Islam menganjurkan umatnya untuk menulis, karena ilmu yang dicatat lebih mudah dijaga dan diwariskan. Sejak dahulu, tulisan berperan besar dalam menjaga ajaran Islam dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan lintas generasi.
Bagi muslimah yang merasa kesulitan berbicara di depan umum, menulis bisa menjadi jalan dakwah yang efektif. Sebab dakwah tidak selalu lewat lisan. Dengan keikhlasan, tulisan mampu menyentuh hati, menyampaikan pesan secara lembut, dan menjangkau banyak orang tanpa harus tampil di hadapan mereka.
Tak harus bergelar ustazah untuk menebar hikmah. Ketika kebaikan bisa disampaikan, itu pun sudah termasuk dakwah. Saat lisan terasa berat, biarkan pena yang berbicara. Tulisan yang lahir dari hati dapat menjadi suara yang membimbing, menginspirasi muslimah lainnya, dan menjadi amal yang terus mengalir tanpa henti.
Baca Juga: Jejak Perempuan dalam Kemerdekaan Indonesia
Justru dakwah melalui tulisan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki lisan. Pena atau sekarang laptop atau komputer atau handphone, mampu menembus batas ruang dan waktu, menjangkau lintas kalangan dan generasi.
Bagi muslimah, dakwah lewat pena adalah cara efektif dan berkelanjutan untuk menyebarkan kebaikan, kapan saja dan di mana saja.
Jejak tulisan muslimah lebih abadi. Karya yang ditulis bisa disimpan, dibagikan, dan diwariskan, sehingga manfaatnya terus mengalir sebagai amal jariyah. Tidak seperti lisan yang mudah terlupa, dakwah melalui tulisan meninggalkan rekam jejak yang bisa terus dirujuk sepanjang masa.
Lebih dari sekadar menyampaikan pesan, menulis juga membentuk pribadi muslimah. Ia melatih berpikir jernih, memperkuat bahasa, dan memperdalam ilmu. Dengan istiqamah menulis, muslimah tak hanya berdakwah, tetapi juga membina diri menuju pribadi yang lebih matang dan bermanfaat.
Baca Juga: Kenapa Tingkat Literasi Ibu Penting: Inspirasi dari Rose Kennedy
Terlebih, di tengah cepatnya arus informasi digital, tulisan yang bermakna jadi penyejuk hati. Bagi muslimah, menulis adalah dakwah yang lembut tapi punya dampak besar. Tulisan yang keluar dari hati yang jujur dan penuh makna bisa jadi penyemangat bagi siapa saja yang mencari kebenaran dan ketenangan.
Tulisan yang tulus bisa menjangkau banyak orang, melampaui usia dan latar belakang. Saat muslimah menulis dengan niat karena Allah, pesannya bisa menyentuh hati siapa pun. Ketulusan ini universal, mampu menyatukan rasa dan menembus batas sosial.
Selain itu, tulisan bermakna bisa melampaui ruang dan waktu. Di tengah cepatnya perubahan zaman, tulisan muslimah yang berpegang pada nilai kebaikan jadi pengingat dan inspirasi. Dengan pena yang istiqamah, muslimah menjaga jati diri sekaligus memberi pengaruh positif bagi sesama menghadapi tantangan zaman.
Tentu saja, pada akhirnya menulis kebaikan tidak membutuhkan panggung atau sorotan. Ia bekerja dalam diam, namun bisa menjangkau hati-hati yang jauh. Keikhlasan dan ketulusan menjadi kunci utama, karena tulisan yang lahir dari hati akan mengetuk hati pula, bahkan tanpa suara.
Baca Juga: Berikut Cara Penggunaan Gadget bagi Muslimah
Bagi seorang muslimah, menulis adalah sarana ibadah. Ketika tulisan mengajak kepada kebaikan, meneguhkan iman, dan mengingatkan pada jalan yang lurus, maka ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan amal shalih. Menulis karena Allah adalah bentuk dakwah yang halus namun bermakna besar.
Sahabat muslimah, karena itu, jangan remehkan kekuatan tulisanmu. Jika diniatkan karena Allah, setiap huruf bisa menjadi ladang pahala. Tulisanmu bisa menjadi peneguh bagi diri sendiri dan penerang bagi orang lain. Hidup ini singkat, maka jadikan tulisan sebagai bekal menuju akhirat.
Saat lisan terbata, tulisan menjadi suara setia bagi muslimah. Tidak semua orang mudah mengungkapkan pikiran dan perasaan secara langsung. Dengan menulis, seorang muslimah bisa menyampaikan kebaikan yang menyentuh hati dan memberi manfaat, sekaligus menjadi cermin perjuangan diri yang tulus. Kebaikan yang ditulis akan kembali pada penulisnya di kemudian hari.
Dakwah tidak harus selalu terdengar nyaring. Pesan-pesan kebaikan dapat disampaikan melalui perbuatan, contoh positif, atau tulisan sederhana yang bermanfaat bagi muslimah dan orang lain. Tulisan, meski sederhana, mampu mengalirkan ilmu dan kebaikan yang abadi, melintasi ruang dan waktu.
Baca Juga: Muslimah Sebagai Penggerak Pembebasan Baitul Maqdis
Teruslah menulis dan menebar kebaikan dengan niat ikhlas karena Allah. Tulisan yang lahir dari hati yang tulus bisa menginspirasi lebih banyak jiwa dibanding kata-kata yang sekadar terucap. Setiap huruf yang ditulis untuk dakwah adalah ladang pahala yang berkelanjutan dan jalan menuju surga, meski penulisnya tak bersuara.
Menjadi penulis bagi seorang muslimah bukan soal seberapa indah gaya bahasa yang digunakan, melainkan tentang ketulusan hati dan kejujuran niat dalam menyampaikan pesan kebaikan. Di balik setiap kata yang ditulis, tersimpan peluang untuk beribadah, berbagi ilmu, dan ikut menyebarkan nilai-nilai Islam yang penuh hikmah.
Tak perlu menunggu menjadi sempurna untuk mulai menulis. Tak harus memiliki gelar atau status tertentu untuk menyampaikan kebaikan. Tulisan yang lahir dari hati dan diniatkan karena Allah akan menemukan jalannya sendiri. Bisa jadi, lewat goresan sederhana, lahir semangat baru atau hidayah bagi hati yang sedang mencari arah.
Jika menulis adalah jalanmu, teruslah melangkah. Jadikan pena, laptop, koputer, handphone atau apapun alat tulis, sebagai sahabat dalam menyebarkan kebaikan. Di tengah derasnya arus informasi yang semakin canggih, tulisanmu bisa menjadi penuntun, penenang, sekaligus penghubung antara hati dan Sang Pemilik Hati, yaitu Allah.
Baca Juga: Muslimah Modis Tapi Minus Muru’ah: Hijab Bukan Sekadar Fashion
Semoga setiap huruf yang engkau tulis menjadi saksi kebaikan dan pemberat amal di hadapan-Nya kelak. Aamiin. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hijrahmu Viral, Tapi Auratmu Masih Mengundang Dosa