Bogor, MINA – Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-Fatah) Ahmad Sholeh Muslih menyatakan menolak pemakaman jenazah pasien corona atau Covid-19 merupakan perbuatan dosa.
“Mempulasarakan jenazah adalah fardu kifayah, kewajiban bagi umat Islam. Maka bagi siapapun yang merasa beragama Islam mohon agar tidak memperlakukan jenazah dengan menolaknya seperti itu,” kata Ahmad kepada MINA di Gedung H Muhyiddin Hamidy, Cileungsi, Bogor, Selasa (7/6).
“Bahkan di zaman Umar Bin Khattab pernah mengalami wabah penyakit, namun korban yang meninggal akibat wabah tersebut tidak ada penolakan untuk dimakamkan,” katanya.
Menurutnya, isu Covid-19 menyebabkan sebagian masyarakat ketakutan atau khawatir terhadap pemakaman pasien jenazah corona yang dikuburkan di lingkungan mereka, yang beranggapan virusnya akan menyebar.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Ahmad menuturkan, pemerintah dan ulama sangat berperan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait hal tersebut.
“Setiap virus hanya bisa hidup dengan cara menumpang pada sel manusia. Maka ketika pasien yang terkonfirmasi positif corona meninggal dunia, virus yang ada di dalam tubuhnya ikut mati,” jelasnya.
Ia menuturkan, plastik yang membungkus jenazah pasien juga telah disemprot disinfektan. Jenazah ditangani sesuai pedoman yang sudah ditentukan, lalu diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir menggunakan mobil ambulans.
“Pihaknya sangat prihatin dan menyesalkan menyesalkan sikap sementara orang terhadap jenazah korban penyakit tersebut,” tambahnya. (L/R3/P1)
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka