Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keutamaan Menyampaikan Informasi Bencana dengan Prinsip Communication Risk

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 4 jam yang lalu

4 jam yang lalu

12 Views

Pelatihan USAR oleh Ukhuwah Al-Fatah Rescue (foto: UAR)

Oleh Ubaydillah, Staf Data dan Informasi Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR)

DALAM situasi bencana, penyampaian informasi yang cepat, tepat, dan akurat adalah salah satu kunci utama dalam upaya penyelamatan jiwa.  Maka, menyampaikan informasi bencana dengan prinsip communication risk sangat diperlukan.

Jika menyampaikan informasi bencana dilakukan tanpa strategi komunikasi yang terencana, informasi yang disampaikan bisa saja menimbulkan kebingungan, panik, atau bahkan memperburuk situasi.  Pendekatan Communication Risk menjadi sangat penting dalam menyampaikan informasi bencana.

Apa itu Communication Risk?

Baca Juga: Menyambung Silaturahmi di Tengah Luka: Ujian Kesabaran yang Menghadirkan Pertolongan Allah

Communication Risk adalah pendekatan komunikasi yang dirancang untuk mengelola informasi dengan memperhitungkan risiko yang dapat muncul dari proses penyampaian tersebut.

Dalam konteks bencana, prinsip ini menekankan pada bagaimana informasi dapat membantu masyarakat memahami situasi, mengambil keputusan yang tepat, dan meminimalkan dampak bencana terhadap kehidupan mereka. Prinsip ini tidak hanya berfokus pada kecepatan penyampaian informasi, tetapi juga memastikan bahwa informasi yang diberikan mudah dipahami, relevan, dan tidak menimbulkan keresahan yang tidak perlu.

Communication Risk dalam Informasi Bencana memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:

1. Meningkatkan Kepercayaan Publik

Baca Juga: Mengenal Hydroclimate Whiplash, Tantangan dalam Memadamkan Kebakaran Hutan di Los Angeles

Dalam kondisi darurat, masyarakat sangat bergantung pada informasi dari pemerintah, lembaga penyelamat, atau otoritas terkait. Komunikasi yang buruk atau informasi yang tidak konsisten dapat mengikis kepercayaan publik. Dengan menerapkan Communication Risk, pihak yang bertanggung jawab dapat menyampaikan informasi secara transparan dan terpercaya, sehingga masyarakat merasa tenang dan terinformasi dengan baik.

2. Mengurangi Kepanikan

Ketika bencana terjadi, kepanikan sering kali menjadi musuh terbesar dalam upaya penyelamatan. Informasi yang disampaikan secara terburu-buru tanpa memperhatikan prinsip komunikasi risiko dapat memicu ketakutan atau bahkan tindakan yang tidak rasional. Sebaliknya, dengan menyampaikan informasi yang jelas dan berbasis fakta, masyarakat dapat memahami apa yang harus dilakukan tanpa panik.

3. Membantu Pengambilan Keputusan Cepat

Baca Juga: Membongkar Kebusukan Deklarasi Balfour: Sebuah Analisis Sejarah

Informasi yang tepat waktu dan relevan sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam situasi bencana. Misalnya, ketika terjadi tsunami, masyarakat perlu mengetahui jalur evakuasi dan zona aman. Dengan menerapkan prinsip Communication Risk, pesan-pesan yang disampaikan dapat dirancang agar mudah dipahami dan langsung memandu tindakan.

4. Mencegah Penyebaran Informasi Palsu

Di era digital, hoaks dan informasi palsu dapat menyebar dengan sangat cepat, terutama di tengah situasi krisis. Communication Risk membantu memastikan bahwa informasi resmi yang disampaikan tidak hanya akurat tetapi juga lebih menarik perhatian masyarakat dibandingkan dengan informasi palsu. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan media yang tepat dan bahasa yang sesuai dengan audiens.

Prinsip Utama Communication Risk

Baca Juga: Ketika Mitra Jadi Musuh, Bisakah Netanyahu Pertahankan Kekuasaan Setelah Perang?

Agar penyampaian informasi bencana dapat berjalan efektif, terdapat beberapa prinsip utama dalam Communication Risk yang harus dipegang teguh:

Informasi yang disampaikan harus jujur, terbuka, dan mencakup semua aspek penting dari situasi yang sedang dihadapi. Ketidakjujuran hanya akan menimbulkan ketidakpercayaan dan spekulasi di tengah masyarakat.

Pesan yang disampaikan harus sederhana, langsung ke pokok permasalahan, dan mudah dipahami oleh semua kalangan, termasuk mereka yang mungkin memiliki keterbatasan dalam memahami bahasa teknis.

Setiap bencana memiliki karakteristik yang berbeda tergantung pada lokasi dan masyarakat yang terdampak. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus relevan dengan konteks lokal, termasuk budaya, bahasa, dan kebutuhan masyarakat setempat.

Baca Juga: Sejarah Perjuangan Palestina, Melawan Penjajahan yang Tak Pernah Usai

Dalam situasi darurat, waktu adalah hal yang sangat penting. Namun, kecepatan tidak boleh mengorbankan akurasi. Informasi yang salah atau tidak lengkap dapat lebih berbahaya daripada tidak ada informasi sama sekali.

Komunikasi dalam situasi bencana harus dilakukan dengan penuh empati. Bahasa yang digunakan harus menunjukkan kepedulian terhadap kondisi masyarakat yang terdampak.

Efektivitas Communication Risk dalam Penanganan Bencana

Salah satu contoh penerapan Communication Risk yang berhasil adalah dalam penanganan badai topan di Filipina pada tahun 2013. Pemerintah Filipina, bekerja sama dengan badan internasional, menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk radio, media sosial, dan door-to-door.

Baca Juga: Ternyata, Ini 10 Ciri Suami Sholeh dalam Pandangan Islam yang Sering Terlewatkan!

Bahasa yang sederhana memastikan informasi konsisten di semua platform dan memberikan panduan yang jelas tentang langkah-langkah evakuasi. Hasilnya, meskipun badai tersebut sangat dahsyat, banyak nyawa berhasil diselamatkan karena masyarakat sudah siap menghadapi bencana.

Sebaliknya, kegagalan dalam menerapkan Communication Risk dapat dilihat pada kasus letusan Gunung Merapi pada tahun 2010. Pada awalnya, informasi yang disampaikan kepada masyarakat cenderung membingungkan karena adanya perbedaan data antara otoritas lokal dan nasional. Hal ini mengakibatkan banyak warga yang ragu untuk evakuasi, yang akhirnya meningkatkan jumlah korban jiwa.

Teknologi dalam Communication Risk

Di era modern, teknologi memiliki peran besar dalam meningkatkan efektivitas Communication Risk. Aplikasi peringatan dini, media sosial, dan teknologi geolokasi dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara real-time kepada masyarakat.

Baca Juga: 13 Kesengsaraan Orang Kafir di Akhirat

Misalnya, aplikasi seperti “InaRISK” di Indonesia memberikan informasi tentang risiko bencana berdasarkan lokasi pengguna, sementara platform seperti Twitter memungkinkan otoritas untuk memberikan pembaruan langsung kepada masyarakat.

Namun, teknologi juga membawa tantangan baru, terutama dalam mengelola hoaks yang dapat menyebar dengan cepat. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga terkait harus proaktif dalam meluruskan informasi palsu dan memberikan panduan yang jelas kepada masyarakat.

Menyampaikan informasi bencana dengan prinsip Communication Risk adalah langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan nyawa, meminimalkan dampak, dan menjaga ketertiban di tengah situasi darurat.

Prinsip ini menekankan pada kejelasan, kecepatan, transparansi, dan empati dalam komunikasi. Dengan menerapkan pendekatan ini secara konsisten, pihak berwenang tidak hanya dapat membantu masyarakat menghadapi bencana, tetapi juga membangun kepercayaan yang lebih kuat di antara pemerintah, lembaga penanggulangan bencana, dan masyarakat.

Baca Juga: Indonesia Bergabung di BRICS, Apa Untung Ruginya?

Dalam dunia yang semakin kompleks dan rentan terhadap bencana, penerapan Communication Risk bukan lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan.

Dengan memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-37] Berniat Baik dan Jelek, Namun Tak Terlaksana

Rekomendasi untuk Anda