Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keutamaan Shalat Shubuh: Raih Cahaya Sempurna di Hari Kiamat

Risma Tri Utami - Selasa, 19 Januari 2016 - 02:12 WIB

Selasa, 19 Januari 2016 - 02:12 WIB

1074 Views ㅤ

(Gambar: al-muzany)
(Gambar: al-muzany)

(Gambar: al-muzany)

Oleh: Risma Tri Utami, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Salah satu kerugian manusia yang amat besar adalah menyia-nyiakan waktu istirahatnya di malam hari dengan berbagai hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Banyak hal yang bisa kita lakukan, misal kita habiskan dengan tadarus Al-Qur’an, berkhalwat dengan Allah Ta’ala dikala manusia yang lain terlelap tidur, atau mengerjakan shalat.

Salah satu hal yang membuat manusia rugi adalah karena pada waktu tersebut Allah Ta’ala menawarkan suatu keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang mau pergi menuju masjid saat malam gelap untuk melaksanakan shalat Isya dan Shubuh berjama’ah, yakni akan diberikan padanya cahaya yang sempurna di hari kiamat kelak.

Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

بَشِّرُوا المَشَّائِينَ في الظُّلَمِ إلى المَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ القِيَامَةِ

Artinya: “Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang suka pergi berjalan kaki di malam gelap ke masjid-masjid, yaitu bagi mereka cahaya yang sempurna di hari kiamat kelak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Cahaya yang sempurna pada hari kiamat kelak, inilah keuntungan yang jauh lebih besar daripada gaji yang kita dapatkan dengan bekerja di malam hari. Bahkan, boleh jadi cahaya tersebut juga Allah berikan kepada kita di dunia ini sebagaimana hal ini pernah terjadi di masa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.

Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata:

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

أَنَّ رَجُلَيْنِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَا مِنْ عِنْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ وَمَعَهُمَا مِثْلُ الْمِصْبَاحَيْنِ يُضِيئَانِ بَيْنَ أَيْدِيهِمَا فَلَمَّا افْتَرَقَا صَارَ مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا وَاحِدٌ حَتَّى أَتَى أَهْلَهُ

Artinya: “Dua orang laki-laki diantara sahabat-sahabat Nabi Shallallaahu ‘alaihi Wasallam keluar dari sisi Nabi pada suatu malam yang gelap gulita dan bersama keduanya terdapat sesuatu seperti lampu yang menerangi di hadapan mereka. Saat keduanya berpisah, maka tiap seorang dari keduanya ditemani dengan satu cahaya sehingga sampai ke keluarga mereka masing-masing.” (HR. Bukhari)

Orang yang mendirikan shalat Shubuh akan mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat. Shalat Shubuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di Hari Kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia padam. Matahari akan di gulung dan bintang-bintang pun berjatuhan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ (١) وَإِذَا ٱلنُّجُومُ ٱنكَدَرَتۡ (٢)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Artinya: “Apabila matahari di gulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan.” (Qs. At-Takwir : 1-2)

Manusia di bangkitkan dalam keadaan gelap gulita. Gelap yang berlipat ganda. Saat itu, manusia sangat membutuhkan cahaya supaya bisa meraba jalannya, agar bisa melewati kumpulan orang-orang yang begitu banyak jumlahnya. Tatkala melewati Sirath (jembatan di akhirat), cahaya sangat dibutuhkan. Sirath ini mengerikan kondisinya. Tidak akan ada yang bisa melewati, kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menggambarkan keadaan manusia pada saat melewati sirath dengan sabdanya:

(yang artinya): “Yang pertama kali lewat di antara kalian bagaikan kilat”. Aku (Abu Hurairah) bertanya, demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa maksud “berjalan seperti kilat”? Rasulullah Shallalluhu Alaihi Wasallam melanjutkan, “Tahukah kamu bagaimana kilat pergi dan datang dalam sekejap? Kemudian ada yang berjalan seperti angin, seperti burung, dan ada juga yang berlari. Perjalanan mereka sesuai dengan amalan mereka. Sedangkan Nabi kalian ini (Muhammad Shallalluhu alaihi wasallam) berdiri (menunggu) di atas Shirath seraya berdo’a, ‘Ya Allah, selamatkanlah… selamatkanlah…

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Sampai ada yang amalannya sedikit tak sanggup membaawanya hingga sebrang sehingga tidak bisa lewat melainkan dengan merayap. Pada kedua sisi shirath terdapat pengait-pengait dari besi yang akan menyambar siapa saja yang Allah Ta’ala perintahkan untuk disambar. Ada yang tersambar hingga bagian tubuhnya robek atau terputus namun ia selamat, dan ada juga yang terkait lalu terhempas ke neraka.

Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, “Demi dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya dasar neraka jahannam dalamnya sejauh tujuh puluh musim (tahun).” (HR. Muslim)

Cahaya Kaum Muslimin di Kegelapan

Pada hari yang sangat berat dan gelap itu, Allah Ta’ala hanya memberikan cahaya kepada semua orang yang beriman saja. Lenyaplah cahaya bagi orang-orang munafik. ketakutan dan kebingungan pun menyelimuti mereka. Walhasil mereka bersandar pada orang-orang mukmin, meminta sedikit cahaya yang ada pada mereka. Orang mukmin mengisyaratkan mereka kembali ke tempat dimana Allah Ta’ala telah memberikan cahaya-Nya. Lalu orang-orang munafik tadi kembali ke tempat semula. Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Hancurlah seluruh harapan mereka, selanjutnya mereka meminta tolong, padahal waktu itu tidak ada kesempatan untuk lari menyelamatkan diri.Rincian peristiwa ini terdapat lebih dari satu hadits dalam Shahih Muslim, dan Allah Ta’ala menggambarkan hal itu di dalam Kitab-Nya yang mulia:

يَوۡمَ تَرَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ يَسۡعَىٰ نُورُهُم بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِهِم بُشۡرَٮٰكُمُ ٱلۡيَوۡمَ جَنَّـٰتٌ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہَا ٱلۡأَنۡہَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَا‌ۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (١٢) يَوۡمَ يَقُولُ ٱلۡمُنَـٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَـٰفِقَـٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱنظُرُونَا نَقۡتَبِسۡ مِن نُّورِكُمۡ قِيلَ ٱرۡجِعُواْ وَرَآءَكُمۡ فَٱلۡتَمِسُواْ نُورً۬ا فَضُرِبَ بَيۡنَہُم بِسُورٍ۬ لَّهُ ۥ بَابُۢ بَاطِنُهُ ۥ فِيهِ ٱلرَّحۡمَةُ وَظَـٰهِرُهُ ۥ مِن قِبَلِهِ ٱلۡعَذَابُ (١٣) يُنَادُونَہُمۡ أَلَمۡ نَكُن مَّعَكُمۡ‌ۖ قَالُواْ بَلَىٰ وَلَـٰكِنَّكُمۡ فَتَنتُمۡ أَنفُسَكُمۡ وَتَرَبَّصۡتُمۡ وَٱرۡتَبۡتُمۡ وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡأَمَانِىُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمۡرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ (١٤) فَٱلۡيَوۡمَ لَا يُؤۡخَذُ مِنكُمۡ فِدۡيَةٌ۬ وَلَا مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ‌ۚ مَأۡوَٮٰكُمُ ٱلنَّارُ‌ۖ هِىَ مَوۡلَٮٰكُمۡ‌ۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ (١٥)

Artinya: “(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang yang beriman, ‘Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu’. Dikatakan (kepada mereka), ‘kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)’. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata, ‘Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu. ‘Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta di tipu angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.” (Qs. Al-Hadid [58]: 12-15)

Allah Ta’ala akan memberikan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga shalat subuh berjamaah. Artinya, Dia tidak akan mencabut cahaya tersebut dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati sirath al-mustaqim. Dia akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Tidak di ragukan lagi, cahaya bagi orang yang beriman di hari kiamat berbeda-beda. Tidak semua mukmin mendapatkan cahaya seperti mukmin yang lain. Kadar cahaya tersebut disesuaikan dengan amalan mereka. Disinilah shalat subuh berperan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan cahaya sempurna bagi orang beriman karena shalat subuh di hari kiamat kelak.

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang begitu memperhatikan umatnya dan mencintai pengikutnya. mengajarkan dzikir khusus pada saat berjalan menuju masjid tatkala kegelapan masih menyelimuti bumi.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan do’a yang berisi permohonan supaya Allah memberikan cahaya yang menyinari hidup mereka. Supaya Allah memberi cahaya di dalam kubur mereka, dan agar cahaya tersebut tetap bersama mereka hingga hari kiamat.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radliyallahu anhu, bahwa ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam keluar untuk melaksanakan Shalat Subuh, beliau selalu berdo’a (yang artinya): “Ya Allah berikanlah cahaya pada hati, lisan, telinga, dan mata hamba. Jadikanlah cahaya dari belakang, depan, dan di bawah hamba. Ya Allah berikanlah pada hamba cahaya.” (HR. Muslim)

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

Cahaya ini tidak hanya menyinari alam kubur dan akhirat saja, tapi juga memberikan cahaya di dunia. Kadang kala manusia terlilit permasalahan dunia, hingga tak mampu lagi membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan salah. Apalagi di zaman yang penuh dengan cobaan seperti sekarang ini.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menggambarkannya dalam hadits yang di riwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahhu anhu. Beliau bersabda:

Yang artinya: “Segeralah beramal shalih untuk menghadapi fitnah yang menyerupai gelapnya malam.” (HR. Muslim)

Pada masa fitnah yang gelap ini, bila seorang mukmin mampu menapaki jalannya, ia tidak akan tersesat dan sengsara. Allah Ta’ala akan menunjukkan hikmah, dan kemaslahatan dunia dan di akhirat.

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

 …أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا

Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? …” (Qs. Al-An’am [6]: 122)

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita semua cahaya yang sempurna di hari kiamat kelak, dan memudahkan kepada kita semua untuk dapat mengamalkan apa-apa yang menjadikan Dia ridha kepada kita.

Dan kita memohon semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan cahaya Nya kepada kita baik di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Sesungguhnya Dia lah dzat yang memiliki kekuasaan untuk melakukan itu semua. Wallahu A’lam. (Ima/R02)

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Palestina
Tausiyah
Indonesia
Kolom
MINA Millenia
MINA Preneur
MINA Health