Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kewajiban Puasa Ramadhan, Kajian Al-Baqarah 183

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 30 April 2019 - 11:38 WIB

Selasa, 30 April 2019 - 11:38 WIB

10 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Pesantren Al-Fatah, Redaktur Senior MINA

Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Melalui ayat ini Allah memanggil orang-orang beriman (nida’ul mukminin) dan memerintahkan puasa (shaum) Ramadhan kepada mereka.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Allah telah memperhitungkan bahwa yang bersedia memikul perintah-Nya untuk menjalankan puasa Ramadhan adalah orang-orang yang beriman.

Karena itu, setiap orang yang merasa di dalam dirinya ada iman, tentu akan bersedia mengubah kebiasaannya, menahan nafsunya, bersedia bangun malam untuk makan sahur. Lalu bersedia menahan diri dari makan, minum, dari berhubungan suami isteri, sejak terbit fajar hingga maghrib, selama bulan Ramadhan.

Ia tentu siap menahan lapar dan dahaga demi menggapai kemuliaan shaum Ramadhan, demi mencapai ridha Ilahi.

Ayat ini juga menyebutkan, “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”. Hal ini mengandung makna bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan puasa atas umat-umat sebelum mereka. Dengan demikian berarti mereka mempunyai teladan dalam berpuasa.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Ujung ayat ini “la’allakum tattaquun”, merupakan tujuan puasa Ramadhan yakni mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah. Caranya adalah dengan meninggalkan keinginan yang mudah didapat dan halal, demi menjalankan perintah-Nya. Dengan demikian mental kita terlatih di dalam menghadapi godaan nafsu syahwat yang diharamkan, dan kita dapat menahan diri untuk tidak melakukannya.

Allah pada ayat lain mengingatkan:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yusuf  [12]: 153).

Tidak sedikit manusia tergelincir ke jurang neraka akibat tidak dapat mengendalikan hawa nafsu dirinya, terutama yang dilakukan oleh mulut dan kemaluannya.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Nabi mengingatkan:

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ

Artinya :Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya tentang penyebab yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga.Maka beliau menjawab, “Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak yang baik”. Dan beliau ditanya tentang penyebab yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Beliau menjawab, ”Mulut dan Kemaluan.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Dengan puasa Ramadhan sebulan penuh akan terlatih jiwa pengendalian diri.

Bagaimana tidak, kalau di segala waktu dilarang memakan makanan yang haram, maka di bulan Ramadhan, makanan yang halalpun dilarang. Bercampur dengan isterinya yang semula halal pun menjadi terlarang. Itu semua dilakukan karena kadar imannya yang membimbingnya menjadi manusia terkendali. Walaupun mungkin berada di tempat terpencil, seorang diri, tetapi kadar imannya menahannya agar jangan sampai melanggar aturan-Nya.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Dengan demikian orang-orang beriman mendidik kemauannya serta mampu mengendalikan hawa nafsunya, karena Allah. Nafsu yang dikendalikan yakni nafsu perut dan nafsu syahwat. Kalau keduanya ini tidak terkendali, maka manusia akan terjerumus ke dalam lembah nista, terjerembab ke dalam makanan haram, berbuat maksiat, dan menumpuk dosa.

Maka menjadi sangat jelas bahwa tujuan utama puasa Ramadhan dengan latihan pengendalian diri seperti disebutkan pada ujung akhir ayat 183 surat Al-Baqarah, adalah agar yang melaksanakannya menjadi orang bertakwa.

Dengan makna taqwa tersebut maka shoimun terdidik untuk senantiasa berjihad menjalankan perintah Allah dan menjauhi meninggalkan segala larangan-Nya.

Semoga kita dapat berjumpa, berpuasa dan beramal shalih semaksimal mungkin pada bulan suci Ramadhan tahun ini, dan semoga dapat meningkatkan derajat takwa kita di hadapan Allah. Aamiin. (A/RS2/RS1)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Ramadhan 1445 H
Feature
Tausiyah