Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kewajiban Suami Mempergauli Isteri dengan Baik

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 13 Maret 2016 - 09:54 WIB

Ahad, 13 Maret 2016 - 09:54 WIB

1707 Views

suami terbaikOleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Firman Allah:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَحِلُّ لَكُمۡ أَن تَرِثُواْ ٱلنِّسَآءَ كَرۡهً۬ا‌ۖ وَلَا تَعۡضُلُوهُنَّ لِتَذۡهَبُواْ بِبَعۡضِ مَآ ءَاتَيۡتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَن يَأۡتِينَ بِفَـٰحِشَةٍ۬ مُّبَيِّنَةٍ۬‌ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِ‌ۚ فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـًٔ۬ا وَيَجۡعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيۡرً۬ا ڪَثِيرً۬ا (١٩)

Artinya: “Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.  Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa [4]: 19).

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

Setiap kita, pasangan muslim dan muslimah yang melakukan pernikahan, paham betul bahwa tujuan menikah yang utama adalah untuk mendapatkan ridha Allah.

Sepasang suami-isteri dalam berinteraksi di rumah tangga sepatutnya melandasi hubungan mereka dengan semangat mencari keseimbangan, menegakkan keadilan, menebar kasih sayang, dan mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak.

Kewajiban seorang isteri terhadap suaminya adalah pertama, mentaati suami selama benar. Kedua adalah menjaga kehormatan dirinya, suami, dan harta keluarga. Ketiga, mengatur rumah tangga. Keempat, mendidik anak-anak. Kelima berbuat baik kepada keluarga suami.

Sedangkan kewajiban seorang suami kepada isterinya adalah pertama, membayar mahar dengan sempurna. Kedua, memberi nafkah. Ketiga, suami wajib memberi perlindungan kepada isterinya. Keempat, melindungi isteri dari siksa api neraka.  Kelima, mempergauli isteri dengan baik.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

Mempergauli Isteri dengan Cara yang Ma’ruf

Allah berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِ‌ۚ

Artinya: “Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S. An-Nisa [4]: 19).

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menulis makna “muasyarah bil ma’ruf” dengan “perbaikilah ucapan, perbuatan, penampilan sesuai dengan kemampuanmu sebagaimana kamu menginginkan dari mereka (pasanganmu), maka lakukanlah untuk mereka.”

Sedangkan Imam Qurthubi dalam tafsirnya menerangkan, “Pergaulilah isteri kalian sebagaimana perintah Allah dengan cara yang baik, yaitu dengan memenuhi hak-haknya berupa mahar dan nafkah, tidak bermuka masam tanpa sebab, berkata dengan baik dalam ucapan  dan tidak kasar.”

Adapun Tafsir Al-Manar menerangkan dengan kalimat, “Wajib atas orang beriman berbuat baik terhadap isteri mereka, menggauli dengan cara yang baik, memberi mahar dan tidak menyakiti baik ucapan maupun perbuatan, dan tidak bermuka masam dalam setiap perjumpaan, karena semua itu bertentangan dalam pergaulan yang baik dalam keluarga.”

Di antara bentuk perlakuan yang baik adalah melapangkan nafkah, meminta pendapat dalam urusan rumah tangga, menutup aib istri, menjaga penampilan, dan membantu tugas-tugas isteri di rumah.

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

Salah satu hikmah Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewajibkan seorang suami bergaul dengan cara yang ma’ruf kepada isterinya adalah agar pasangan suami-isteri itu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Karena itu, para ulama menetapkan hukum melakukan pergaulan dengan baik terhadap isteri sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para suami agar mendapatkan kebaikan dalam rumah tangga.

Karena itu, para suami yang mendambakan kebaikan dalam rumah tangganya perlu mendalami tabiat perempuan secara umum dan tabiat isterinya secara khusus. Jika menemukan ada sesuatu yang dibenci dalam diri isteri, demi kebaikan keluarga temukan lebih banyak kebaikan-kebaikannya. Suami juga harus tahu apa perannya dalam rumah tangga. Dan, jangan pernah mencelakan isteri dengan kekerasan, baik secara fisik maupun mental.

Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ”Apakah hak isteri terhadap suaminya?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Memberi makan apa yang kamu makan , memberi pakaian apa yang kamu pakai, tidak menampar mukanya, tidak membencinya serta tidak boleh memboikotnya.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda

Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat

فَاتَّقُوا اللَّهَ فِيْ النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لاَ يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ

Artinya: “Maka takutlah kamu kepada Allah di dalam mengurusi wanita, karena kamu ambil mereka dengan janjimu kepada Allah menjamin keamanannya dan kamu halalkan kemaluannya dengan izin Allah kamu punya hak melarang isterimu agar tidak mengizinkan seorang pun tidur di kamarmu orang yang kamu benci.” (H.R. Muslim dari Jabir bin Abdullah).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap isterinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap isteriku”. (H.R. At-Tirmidzi dari ‘Aisyah).

Menenangkan Perasaan Isteri

Suami perlu mengerti bagaimana menenangkan perasaan isteri. Jika isteri menangis, jangan malah dihardik. Lihatlah bagaimana cara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendamaikan hati isterinya di kala bersedih.

Pada suatu hari, beliau mendatangi isterinya Shafiyah binti Huyay. Beliau menemukan Shafiyah sedang menangis. Kepadanya beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Shafiyah menjawab, “Hafshah berkata bahwa aku anak orang Yahudi.” Beliau berkata, “Katakan padanya, suamiku Muhammad, ayahku Harun, dan pamanku Musâ!”

Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri

Terlihat bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyelesaikan masalah dengan kata-kata sederhana, tapi mengandung makna yang dalam. Rasakan juga efek psikis isteri yang dibela perasaannya, tentu membuat rasa kasih sayang kepada suami semakin dalam.

Selalu Siaga Membantu Isteri 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat senang membantu isterinya di rumah. ‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di rumahnya? Ia menjawab, “Beliau selalu melayani (membantu) isterinya.”

Dalam catatan sejarah dikenal bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membantu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti membersihkan dan menambal sendiri pakaiannya, memerah susu kambingnya, menjahit terompahnya yang putus, menyapu dan membuang sampah, memberi makan ternak, hingga ikut membantu sang isteri mengaduk adonan roti.

Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah

Suami Tempat Bermanja Isteri

Isteri bermanja-manja terhadap suami menunjukkan ia ingin dicinta. Dan begitulah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi tempat bermanja ‘Aisyah.

Tidak ada istilah sibuk, tidak punya waktu untuk bermesraan, atau merasa sudah ‘terlalu’ tua untuk menikmati romantisme bersama istri.

Padahal seperti dikisahkan ‘Aisyah. Bahwa sekelompok orang Habasyah masuk masjid dan bermain di dalamnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepadaku, “Wahai Humaira, apakah kamu senang melihat mereka?” Aku menjawab, “Ya.” Maka beliau berdiri di pintu rumah. Aku menghampirinya. Kuletakkan daguku di atas pundaknya dan kusandarkan wajahku ke pipinya. Di antara ucapan mereka –orang-orang Habasyah— waktu itu, berkata, ‘Abul Qasim (Rasulullah) orang yang baik.’

Baca Juga: Istri Tak Bersyukur, Sebuah Renungan Berdasarkan Dalil Syariat

Lalu Rasulullah berkata, “Cukup.” Aku berkata, “Ya Rasulullah, jangan tergesa-gesa.” Beliau pun berdiri lagi untukku. Kemudian beliau berkata lagi, “Cukup.” Aku berkata, “Jangan tergesa-gesa, ya Rasulullah……” Aisyah lalu berkata: “Bukan melihat mereka bermain yang aku suka, melainkan aku ingin para perempuan tahu kedudukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bagiku dan kedudukanku dari beliau”. 

Beri Nasihat Isteri dengan Santun

Bila isteri keliru berilah nasihat dengan santun, sebagaimana arahan Rasul:

اِسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ مَا فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.

Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mempertahankan Masjid Al-Aqsa

Artinya: “Berilah nasihat kepada wanita (isteri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Sesuatu yang paling bengkok ialah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya (tanpa menggunakan perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya, sedang jika kalian membiarkannya), maka ia akan tetap bengkok. Karena itu berilah nasihat kepada isteri dengan baik.”

Suami harus mengajari isteri tentang perkara-perkara penting dalam masalah agama atau memberinya izin untuk menghadiri majelis-majelis ta’lim. Karena sesungguhnya kebutuhan dia untuk memperbaiki agama dan mensucikan jiwanya tidaklah lebih kecil dari kebutuhan makan dan minum yang juga harus diberikan kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Q.S. At-Tahrim [61]: 6].

Beri Kepuasan Isteri dalam Berhubungan Intim

Termasuk akhlaq terhadap isteri adalah bagaimana cara bergaul, berhubungan intim suami isteri.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa pun di antara kamu, janganlah menemui isterinya seperti seekor hewan (dalam berhubungan intim), tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pada hadits lain disebutkan, yang artinya, “Apabila salah seorang di antara kamu menjima’ (menggauli) istrinya, hendaklah ia menyempurnakan keperluan (kepuasan) isterinya. Jika ia mendahului isterinya, maka janganlah ia tergesa-gesa melepaskannya/meninggalkannya.” (HR Abu Ya’la).

Begitulah, bagaimana Islam membingkai kehidupan suami istri dengan tata krama atau akhlaq islami. Sehingga terbina keluarga harmonis dalam ridha Allah. Semoga terbina keluarga sakinah mawaddah wa rahmah di kalangan kita keluarga Muslim. Aamiin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Tausiyah
Khadijah
Khadijah
Asia