Kebumen, MINA – KH Abul Hidayat Saerodji mengatakan, orang beriman menjadikan hidupnya dengan motivasi ibadah kepada Allah.
“Golongan orang beriman menjadikan motivasi hidupnya untuk beribadah kepada Allah, tapi golongan pemuja nafsu hanya untuk materi, hedonisme dan liberalisme,” katanya, saat menyampaikan tausiyah di acara Tablig Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jawa Tengah (Jateng) bagian Selatan yang digelar di Masjid Al-Muttaqin komplek lapangan Manunggal Gombong, Kabupaten Kebumen, Jateng, Ahad (23/10).
Golongan orang yang motivasi hidupnya untuk ibadah akan nampak dalam kiprah hidupnya untuk pengabadian, perjuangan dan pengorbanan, ujar mubaligh dari Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar ini.
“Bagi orang beriman hidup itu memberi kebaikan, bukan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya untuk memuaskan nafsunya,” lanjutnya.
Baca Juga: Menag Akan Buka Fakultas Kedokteran di Universitas PTIQ
“Orang beriman itu kepribadiannya dibangun di atas kalimat thoyyibah Laa Ilaaha Illallah,” kata Abu Hidayat sambil membacakan Al-Quran ayat -25 Surat Ibrahim.
Orang beriman dengan akidah kalimat thoyibah seperti pohon yang akarnya kokoh, batang rantingnya menjulang ke angkasa dengan daun yang rimbun tidak hanya indah, sejuk dan menyejukkan tapi memberi buah setiap musim tanpa berhenti dengan izin Allah, imbuhnya.
Ia menambahkan, gambaran kepribadian orang yang berakidah Laa Ilaaha Illallah, dari dirinya melahirkan amal kebajikan tiada henti yang dipersembahkan kepada Allah semata-mata dan menjadi kontribusi positif dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan umat manusia pada umumnya.
“Jadi besarnya umat Islam akan menjadi tempat bernaung yang nyaman, sejuk dan akan memberikan kontribusi positif dalam kehidupan tidak hanya kepada umat Islam tetapi terhadap alam semesta,” lanjutnya.
Baca Juga: Presiden Prabowo Bertekad Perangi Kebocoran Anggaran
Dijelaskan, beriman dengan akidah Laa Ilaaha Illallah merupakan pilar hidup pertama bagi orang berikan. Adapun pilar hidup kedua bagi orang beriman adalah menegakkan agama dengan tidak berfirqah-firqah atau berpecah belah.
“Perintah Allah itu jika beragama jangan berfirqah-firqah, tapi harus bersatu atau berjamaah. Sebab berjamaah itu kewajiban dan berfirqah-firqah itu dilarang, jelas Abul Hidayat sambil membacakan ayat Alquran surat Ali Imran ayat 103.
Di hadapan ribuan peserta Tabligh Akbar itu, Abul Hidayat menegaskan, berpecah-belah merupakan perbuatan tercela, dilarang dan bahkan diancam dengan siksa. Bahkan, dalam ayat yang lainnya disebut termasuk ciri dari orang-orang yang msyrik.
“Berfirqoh-firqoh, berpecah belah menjadi hal yang di larang agama, bahkan dikatagorikan sebagai prilaku orang-orang musyri. Sebab berfirqoh-firqoh itu akan menimbulkan malapetaka,” tegas Abul Hidayat.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Langkah Antisipasi Ancaman Bencana Hidrometeorologi Basah
Ditambahkan, bersatu atau berjamaah dengan tidak berfirqah-firqah, bukan hanya kebutuhan bagi muslimin tapi merupakan kewajiban agama. Hidup berjamaah dalam satu wadah itu telah dipraktekkan oleh para nabi dan Khulafaur Rosyidin Al-Mahdiyyin, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.
“Orang beriman itu bersatu atau dipersatukan dengan akidah Laa Ilaaha Illallah dengan ikatan ukhuwah dalam sistem jamaah dalam Jama’ah Muslimin,” terang Abul Hidayat.
Tabligh Akbar Jamaah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jateng Selatan merupakan kegiatan rutin tiap tahun. Dua tahun sempat vakum akibat pandemi Covid-19 dan tahun ini dilaksanakan kembali.
Tabligh Akbar ini menjadi ajang silaturahmi antara umat Islam yang akan mempererat jalinan ukhuwah Islamiyah.
Baca Juga: Prof Yon Mahmudi: Israel Dapat Keuntungan dari Krisis Suriah Saat Ini
Tabligh Akbar terselenggara dengan dukungan jejaring Ponpes Al-Fatah se-Indonesia, Syubban dan Fatayat Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Aqsa Working Group (AWG), Kantor Berita MINA dan Ukhuwah Al-Fatah Rescue. (L/B04/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Muhammadiyah Bikin AC yang Bisa Ingatkan Waktu Shalat