Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KH. Hasyim Muzadi : Tiga Hal Yang Tidak Boleh Diremehkan Bagi Ummat Islam

Risma Tri Utami - Rabu, 9 November 2016 - 16:52 WIB

Rabu, 9 November 2016 - 16:52 WIB

535 Views ㅤ

Jakarta, 9 Shafar 1438/9 November 2016 (MINA) – Mantan Ketua Umum PB Nahdhatul  Ulama (NU), KH. A. Hasyim Muzadi mengatakan, ada tiga hal yang tidak boleh disinggung atau diremehkan di kalangan umat Islam seluruh dunia, yakni Allah, Rasulullah, dan Kitab suci Al-Quran.

“Apabila salah satunya disinggung pasti mendapat reaksi spontan dari umat Islam tanpa disuruh siapapun. Reaksi tersebut akan segera meluas tanpa bisa dibatasi oleh sekat-sekat organisasi, partai, dan birokrasi. Kekuatan energi tersebut akan bergerak dengan sendirinya tanpa dibatasi ruang dan waktu.”

“Fenomena aksi damai 4 November 2016 lalu, tentu secara lahiriah dipimpin oleh beberapa tokoh yang merasa terpanggil untuk membela kesucian kitabnya. Namun jumlah yang hadir membuktikan adanya kekuatan (energi spritiual) yang dahsyat dari pengaruh Al-Quran tersebut,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu (9/11).

Kedahsyatan energi Al-Quran tersebut, tambahnya, hanya bisa dimengerti, dirasakan, dan diperjuangkan oleh orang yang memang mengimani Al-Quran. Tentu sangat sulit untuk diterangkan kepada mereka yang tidak percaya kepada Al-Quran, berpikiran atheis, sekuler, dan liberal.

Baca Juga: Syeikh El-Awaisi: Cinta di Balik Nama Baitul Maqdis

“Karena mereka jangan kan memahami energi Al-Quran, menerima Al-Quran pun belum tentu bisa. Sehingga perdebatan antara keimanan kepada Al-Quran dan ketidakpercayaan kepada Al-Quran hanya akan melahirkan advokasi bertele-tele dan berbagai macam rekayasa,” ujarnya.

Al-Quran sebagai kitab suci sekaligus pembeda antara yang hak dan yang batil. Maka tidak heran kalau kemudian umat Islam sendiri yang bertindak sebagai pejuang, sebagai pengikut perjuangan yang ikhlas tanpa pamrih, dan mana yang mengambil posisi memanfaatkan keadaan, serta mana yang memang menyelewengkan Al-Quran.

“Perdebatan tentang siapa dalang, provokator, dan penunggangan politik, sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi sebagai isu, demi kesatuan dan persatuan NKRI. Lebih bermanfaat kalau kita fokus kepada kewajiban negara dalam melindungi hak yang adil dari kaum muslimin Indonesia,” tegasnya.

Khusus untuk kaum muslimin yang berada di Indonesia, harapnya, agar terus memperbaiki kualitas perjuangannya. Seluruh kaum muslimin apapun ormasnya, jangan beranggapan bahwa sekat-sekat ormas itu dapat menghadang energi Al-Quran. Karena kalau dipaksakan, justru berakibat tidak ditaatinya pemimpin oleh umatnya sendiri yang memang ghirah Al-Quran-nya tinggi.

Baca Juga: Tinjau Program Bantuan di Herat, MER-C Kirim Tim ke Afghanistan

“Saat ini upaya untuk menciptakan opini bahwa Ahok tidak menistakan agama tampak akan berlanjut.  Kita masih menunggu hasil finalnya. Hasil final tersebut bergantung siapa yang dimintai pendapat dan fatwanya oleh pihak kepolisian. Semoga akan selaras dengan keputusan MUI (Majelis Ulama Indonesia),” tutupnya. (L/ima/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Masa Tenang Pilkada 2024 Dimulai Hari Ahad Ini

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia