Nouakchott, MINA – Pejabat tinggi Hamas Khaled Meshaal menegaskan bahwa Israel tidak memiliki hak di Al-Quds (Yerusalem), terutama atas keputusan Presiden Amerika Serikat yang mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.
Setibanya di Nouakchott, Mauritania, menghadiri konferensi Rapat Nasional untuk Reformasi dan Pembangunan, Meshaal menganggap penolakan skala besar pengakuan AS atas Al-Quds sebagai ibu kota Israel di PBB sebagai tamparan keras bagi dunia internasional kepada pemerintah AS.
Pemimpin senior Hamas itu menunjukkan, sikap masyarakat internasional merupakan bukti bahwa keputusan Trump membawa isolasi ke Washington, demikian Al-Qassam melaporkan, Sabtu (31/3).
Dia memuji Mauritania bersama dengan negara-negara Arab dan Muslim lainnya atas dukungan mereka untuk Al-Quds dan Palestina.
Baca Juga: Sektor Pariwisata Israel Hancur, 90 Hotel Tutup Sejak Perang
Dia menekankan bahwa “kejahatan seperti ini tidak akan berlalu begitu saja dan itu akan gagal,
“Kami tidak akan membiarkannya. Yerusalem adalah ibu kota abadi kami, untuk masa kini dan masa depan kami, seperti masa lalu kami,” tegasnya. “Kami adalah pemegang hak dan meminta dunia untuk berdiri bersama kami, dan mengecam posisi AS.”
Dia menekankan bahwa rakyat Palestina dan bangsa-bangsa di dunia akan menggagalkan usaha AS mengenai Yerusalem tersebut.
“Saya katakan dari sini, kesepakatan abad ini akan gagal dan gagal, dan Yerusalem hanya akan menjadi milik Muslim Arab Palestina, tidak ada hak untuk Zionis. Kami dan saudara Kristen kami, mereka adalah mitra bagi kami, dan mereka memiliki sejarah di dalam payung kami. Kejahatan terbesar adalah kolusi terhadap Yerusalem dan Al-Aqsha, dan sejarah akan mencatat tinta hitam,” ujarnya. (T/R03/R1-1)
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Israel Perintahkan Netanyahu Tanggapi Petisi Pengunduran Dirinya
Mi’raj News Agency (MINA)