Khartoum, MINA – Banjir mencapai tingkat tertinggi dalam catatan, sejarah Sudan, menewaskan puluhan orang, menghancurkan ribuan rumah dan merambah beberapa lingkungan di ibu kota Sudan, Khartoum.
Banjir datang meskipun Ethiopia sudah mulai mengisi bendungan baru raksasa di hulu Sungai Nil Biru pada bulan Juli lalu. Dalam jangka panjang Bendungan Grand Ethiopian Renaissance (GERD) itu diharapkan membantu Sudan mengendalikan banjir di masa depan. Memo melaporkan Kamis, (27/8).
Banjir secara teratur melanda Sudan di musim panas, tetapi permukaan air yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini telah menyebabkan sebagian besar lahan pertanian terendam dan penduduk di sekitar Khartoum dengan cemas melihat ke luar rumah mereka karena takut air naik.
Air banjir telah meluap ke jalan-jalan utama di Khartoum untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Menteri Pengairan Yasser Abbas Kamis (27/8) mengatakan, tingkat rata-rata banjir Nil Biru telah mencapai 17,43 meter, tertinggi sejak negara itu mulai mengukur pada 1912.
“Air Sungai Nil membanjiri rumah kami pada tengah malam kemarin,” kata Ahmed Bastawy, seorang penduduk kota kembar Khartoum, Omdurman, yang terjaga sepanjang malam berusaha melindungi rumahnya hanya untuk melihat beberapa dari dinding bata lumpurnya runtuh.
“Kami belum pernah melihat banjir seperti ini. Pihak berwenang memberi kami tanah dan karung, tetapi kami gagal memblokir air dan rumah-rumah,” jelas Ahmed.
Air Nil Biru akan terus naik dalam beberapa hari mendatang, kata Abdelrahman Sughairun, Kepala Komite Penanggulangan Banjir Kementerian Pengairan.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Hingga Selasa, banjir telah menewaskan 86 orang, menghancurkan lebih dari 18.000 rumah, dan merusak 32.000 lainnya, menurut Kementerian Dalam Negeri.
Waduk GERD direncanakan akan diisi secara bertahap selama beberapa tahun ke depan saat meskipun Ethiopia belum menyetujui persyaratan operasinya dengan negara-negara hilir Sudan dan Mesir.
“Setelah bendungan Renaisans diisi, diharapkan banjir tidak akan terjadi,” kata Abbas. (T/SH/P1)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Mi’raj News Agency (MINA)