Oleh: Ust Deni Rahman M.I.Kom, Amir Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin
الحمد لله الذي خلق السماوات والأرض وجعل الظلمات والنور، ثم الذين كفروا بربهم يعدلون.
أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه .اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة
مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga pada malam ini kita dapat melaksanakan shalat gerhana bulan sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah mengikuti sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Malam ini kita menyaksikan salah satu tanda kebesaran Allah, yaitu terjadinya gerhana bulan.
Fenomena ini bukan sekadar peristiwa alam, tetapi peringatan dari Allah agar kita bermuhasabah, bertaubat, dan memperbanyak amal saleh.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam Bukan Figur Politik
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Saat ini kita sedang menyaksikan salah satu tanda kekuasaan Allah, yaitu gerhana bulan (khusuf). Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus ayat 5:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan kebenaran. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Membangun Solidaritas Umat Untuk Perjuangan Palestina
Ayat ini menjelaskan sistem ciptaan Allah yang sempurna. Menurut Ibnu Katsir, matahari disebut ḍiyā’ (cahaya yang memancarkan panas), sedangkan bulan disebut nūr (cahaya tanpa panas). Allah menentukan fase-fase bulan agar manusia mengetahui bilangan bulan dan tahun. Ini adalah bukti keesaan Allah.
Tafsir Jalalain menegaskan bahwa semua ini bukan tanpa tujuan, tetapi agar manusia mengambil pelajaran dan semakin taat kepada Allah. Sedangkan Al-Maraghi menyebutkan bahwa peredaran matahari dan bulan adalah sistem yang mengatur kehidupan manusia, termasuk kalender dan musim. Gerhana yang kita saksikan adalah bagian dari sistem itu. Bukan untuk menakut-nakuti tanpa makna, tetapi peringatan agar manusia kembali kepada Allah, bertaubat, dan memperbanyak amal saleh.
Gerhana bukan pertanda buruk, bukan pula disebabkan kematian seseorang, tetapi tanda kebesaran Allah untuk menggugah keimanan kita. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى الذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ
Baca Juga: Khutbah Jumat : Kemerdekaan Indonesia untuk Kemerdekaan Palestina
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang atau karena hidupnya. Maka apabila kalian melihat hal itu, segeralah berzikir, berdoa, dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Gerhana adalah peringatan dari Allah agar kita bertaubat, memperbanyak istighfar, sedekah, dan doa. Saat gelap menyelimuti bumi, kita diingatkan bahwa hidup ini akan berakhir dengan kematian, lalu kita akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan amal.
Marilah kita jadikan peristiwa ini sebagai momentum muhasabah, memperbaiki shalat kita, meningkatkan kepedulian sosial, dan meninggalkan dosa. Jangan sampai kita sibuk memotret gerhana, tapi lupa memotret hati kita yang gelap dari cahaya iman.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Indonesia dengan Mendukung Kemerdekaan Palestina
Sekali lagi, gerhana ini adalah tanda kekuasaan Allah. Nabi ﷺ mengajarkan agar ketika terjadi gerhana, kita melakukan shalat khusuf, memperbanyak doa, takbir, istighfar, sedekah, dan memerdekakan hamba sahaya (hari ini membebaskan Muslimin Palestina dari Zionis Yahudi).
Dalam sebuah Riwayat, Rasulullah ﷺ bersabda:
فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ
“Maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah hingga gerhana selesai.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Khutbah Jumat : Selamatkan Masjid Al-Aqsa dari Yahudisasi
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Gerhana bulan adalah satu diantara jutaan tanda kebesaran Allah . Gerhana bulan juga sejatinya adalah momentum untuk merenungkan kesatuan umat Islam. Dalam aqidah kita, matahari dan bulan tunduk sepenuhnya kepada perintah Allah. Keduanya tidak pernah saling bertabrakan, tidak saling mendominasi, melainkan berjalan dalam orbit yang harmonis dan teratur. Ini adalah pelajaran besar bagi umat Islam. Bahwa kekuatan sejati terletak pada keteraturan, ketaatan, dan kesatuan dalam mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana bulan tidak bersinar tanpa cahaya matahari, umat Islam pun tidak akan bersinar tanpa cahaya tauhid dan ukhuwah. Ketika umat terpecah, saling mencela, dan sibuk dengan konflik internal, maka cahaya itu redup, dan gerhana sosial pun terjadi. Gerhana ukhuwah, gerhana keadilan, gerhana kasih sayang.
Dalam sejarah Islam, kesatuan umat adalah kunci kejayaan. Pada masa Rasulullah ﷺ dan Khulafaur Rasyidin, umat Islam bersatu dalam aqidah, visi, dan perjuangan. Mereka berbeda suku, bahasa, dan latar belakang, tetapi tetap disatukan oleh kalimat tauhid dan semangat persaudaraan. Bahkan ketika terjadi gerhana di masa Nabi ﷺ, beliau tidak menyuruh umat untuk panik, tetapi untuk bersatu dalam shalat, doa, dan istighfar. Ini menunjukkan bahwa momen gerhana adalah panggilan untuk kembali kepada Allah secara berjamaah, bukan secara individualistis.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dalam Pembelaan Muslim Palestina
Hari ini, kita menyaksikan gerhana bulan secara fisik. Tapi jangan sampai kita juga mengalami gerhana ukhuwah secara sosial. Jangan sampai hati kita saling membenci, lidah kita saling mencaci, dan tangan kita saling menyakiti. Mari kita jadikan momen ini sebagai titik balik untuk memperkuat persatuan umat, saling memaafkan, dan membangun solidaritas.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Penjajahan di Muka Bumi Harus Dihapuskan
Dan dalam QS. Ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dengan berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jiwa-jiwa yang Tenang
Mari kita jadikan momen ini sebagai sarana untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh, taubatan nasuhah, sehingga berbagai musibah yang terjadi di negeri yang tercinta ini segera Allah hilangkan.
Belum lama di Indonesia, terjadi kerusuhan, bentrokan, dan aksi anarkis yang menimbulkan ketakutan, perpecahan, bahkan korban jiwa dan harta. Semua ini adalah bentuk fasad fil-ardh (kerusakan di bumi) yang Allah larang.
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan”. [QS. al-A’râf [7]:56]
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mensyukuri Karunia Umur
Abu Bakar bin ‘Ayyâsy rahimahullah dalam Tafsîr Ibnu Abi Hâtim ar-Râzi berkata, “Sesungguhnya Allâh mengutus Nabi Muhammad ﷺ kepada penduduk bumi ketika mereka sedang dalam kerusakan, lalu Allâh memperbaiki mereka dengan mengutus Nabi Muhammad ﷺ. Maka barangsiapa mengajak kepada sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, ia benar-benar termasuk orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi.”
Adapun Musthofa Al-Maraghi menjelaskan bahwa larangan ini mencakup kerusakan sosial seperti ketidakadilan, korupsi, dan kerusuhan dan peperangan yang menghancurkan kehidupan manusia.
Abu Ja’far ath-Thabari Rahimahullah mengatakan, “Maksud dari firman Allâh:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
“Janganlah engkau menyekutukan Allâh dan janganlah engkau berbuat maksiat di muka bumi, karena perbuatan seperti itu adalah pengerusakan yang sebenarnya di muka bumi.”
Karena sesungguhnya menyembah selain Allâh, berdoa kepada selain-Nya dan melakukan perbuatan syirik kepada-Nya adalah kerusakan yang paling besar di muka bumi. Bahkan kerusakan bumi pada hakekatnya hanyalah disebabkan oleh syirik kepada Allâh dan menyalahi perintah-Nya.“
Perbuatan syirik kepada Allah dan menyelisihi Rasulullah ﷺ, serta membuat kerusakan di muka bumi, Semua ini tidak mendatangkan kebaikan sama sekali untuk bumi dan juga untuk penduduknya.
Barangsiapa menjaga kondisi alam, maka ia akan dapati bahwa setiap kebaikan di muka bumi ini bersumber pada ketaatan kepada Allâh dan menaati Rasul-Nya. Sebaliknya, setiap kejahatan, fitnah, malapetaka, kerusakan, berkuasanya musuh atas umat Islam dan perpecahan umat manusia, penyebabnya adalah menyalahi Allah dan Rasul-Nya.
Maka, Allâh melarang hal itu, dan memerintahkan hamba-hamba-Nya agar beribadah, berdoa, merendahkan diri kepada-Nya.
Oleh karena itu, Allâh tegaskan, “…Berdoalah kepada-Nya dengan penuh rasa takut dan penuh harap…” Maksudnya, takut terkena siksa Allâh dan berharap bisa meraih pahala melimpah di sisi-Nya.
Mari kondisi hari ini itu kita hadapi dengan taubat, amal saleh, dan ukhuwah. Jangan kita menjadi hamba yang lalai, tetapi jadilah hamba yang kembali kepada Allah. Melakukan shalat dengan khusyuk, memperbanyak doa, banyak berzikir, istighfar, dan mendawamkan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan serta menghindari berbagai bentuk kerusakan di muka bumi.
Mari kita jadikan malam ini sebagai malam taubat, malam persatuan, dan malam kebangkitan spiritual umat Islam.
Semoga segala amal ibadah kita, Allah terima dan menjadikan kita umat yang senantiasa bersatu, berjama’ah, berkasih sayang diantara sesama muslim. Aamiin ya rabbal alamin.
Mi’raj News Agency (MINA)