Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Tausiyah MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Muqaddimah
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
الحَمْدُ لِلّهِ,الَّذِيْ صَدَقَ وَعْدَهُ ,وَنَصَرَ عَبْدَهُ ,وَأَعَزَّ جُنْدَهُ ,وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ.
فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنوُااتَّقُواالله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ إِنَّ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَہۡدِى لِلَّتِى هِىَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرً۬ا كَبِيرً۬ا وَقَالَ وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي.
وَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ وَقَالَ أوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهَ ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدٌ حَبَشِيًا ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا ، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ. عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذ
صدق الله صدق الله العلي العظيم وصدق رسوله النبي الكريم و نحن على ذلك من الشهادين و الشكر ين و الحمد لله رب العلمين
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah. Kita memuji-Nya kita minta pertolongan-Nya, kita memohon ampunan-Nya, dan kita bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita sendiri dan dari keburukan amal kita.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, yang sungguh benar janji-Nya, dan selalu menolong hamba-Nya, serta memenangkan para pejuang-Nya. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dengan mengikhlaskan diri dalam menjalankan agama-Nya.
Allah, Dialah Sang Pemilik alam semesta, pemelihara langit cakrawala, dan bumi beserta seluruh isinya. Kasih sayang-Nya tak terkira dan tak terhingga banyaknya, serta tak terkira jumlahnya. Karunia-Nya mengiringi kita semua, derap langkah kaum muslimin seluruh dunia, berkumpul bersama menghadiri shalat Idul Adha, seraya berharap ridha-Nya. Seluruh makhluk-Nya pun mengumandangkan kebesaran-Nya dengan kalimah takbir seraya memuji -Nya:
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Bagaimana seluruh makhluk-Nya itu bertasib dan beribadah menyembah-Nya, Allah sebutkan antara lain di dalam ayat:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ ۥ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلطَّيۡرُ صَـٰٓفَّـٰتٍ۬ۖ كُلٌّ۬ قَدۡ عَلِمَ صَلَاتَهُ ۥ وَتَسۡبِيحَهُ ۥۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِمَا يَفۡعَلُونَ
Artinya: “Tidakkah kalian tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan juga burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui cara shalatnya dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS An-Nuur [24]: 41).
Sementara jutaan jama’ah haji di tanah suci Makkah Al-Mukarramah, sedang menunaikan rukun Islam kelima, sebagai kewajiban bagi yang memiliki kemampuan menunaikannya.
…..وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلاً۬ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Artinya : “…..mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu [bagi] orang yang memiliki kemampuan mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari [kewajiban haji], maka sesungguhnya Allah Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam”. (Q.S. Ali Imran [3]: 97).
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالاً۬ وَعَلَىٰ ڪُلِّ ضَامِرٍ۬ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ۬
Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 27).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Walaupun kita mendapat kabar adanya musibah jatuhnya alat berat yang menimpa ratusan jamaah haji yang sedang beribadah di depan rumah-Nya, Baitullah. Namun itu semua merupakan kekuasaan dan kehendak-Nya memanggil hamba-hamba-Nya yang terpilih, untuk kelak akan dibangkitkan di alam akhirat dalam keadaan bertalbiyah.
Seperti disebutkan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa dulu pada jaman nabi, pernah ada seseorang yang tengah wuquf di Arafah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu ia terjatuh dari tunggangannya hingga tulang lehernya patah dan meninggal dunia. Kemudian Rasul memerintahkan agar sahabat memandikan jenazahnya dengan air daun sidrin (bidara) dan mengkafaninya ia dengan dua helai kain ihramnya dan tidak diberi wangi-wangian, serta tidak pula ditutupi kepala dan wajahnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
فَإِنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَلَبِّيًا
Artinya: “Maka sesungguhnya kelak ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan bertalbiah (mengucapkan labbaika allahumma labbaika – ya Allah aku penuhi panggilanmu ya Allah.”
Wasiat Taqwallah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Hadirin hadirat rahimakumullaah.
Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat takwa kepada Allah. Marilah kita pelihara kualitas takwa tanpa putus asa dan keluh kesah. Dalam suka maupun duka kita bertakwa, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya tetap pula bertakwa. Sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam takwa kepada-Nya.
Hal ini karena, derajat kemuliaan kita manusia di sisi Allah, adalah semata-mata karena takwanya. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena takwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Sesuai dengan firman-Nya :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun mengingatkan :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan pada harta benda kalian, akan tetapi Allah memperhatikan hati kalian dan amal-amal kalian”. (H.R. Muslim).
Demikian pula orang-orang yang berqurban pada Hari Raya Idul Adha ini, yang dinilai Allah semata-mata adalah karena takwanya, bukan soal darah atau daging hewan qurban itu. seperti firman-Nya :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٲلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Artinya : “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai [keridhaan] Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 37).
Terutama sekali berkaitan dengan Hari Raya Qurban adalah bagaimana meneladani sifat-sifat taqwa, taat, tunduk, patuh dan tawakkalnya Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam beserta keluarganya dalam menerima dan menjalankan perintah Allah.
Beliaulah Nabi Ibrahim, yang selalu menthaati semua perintah Allah tanpa ragu, tanpa pilih-pilih dan tanpa menunda-nunda.
Beliaulah Nabi Ibrahim, yang selalu berpasrah diri, bertawakkal kepada Allah dengan sering mengucapkan:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
Artinya: “Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik penolong”.
Demikianlah, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam yang sangat yakin dengan kebesaran, pertolongan dan perlindungan Allah, karena beliau sedang memperjuangkan hak Allah yang terbesar, yakni menegakkan tauhidullah.
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Saudara-Saudara kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.
Oleh karena itu, marilah jangan sampai kita berpaling dan menjauh dari perintah-perintah Allah. Sebab jika semakin hari semakin kita menjauh dari petunjuk-Nya, maka yang didapat justru hanyalah kesempitan hidup. Sebagaimana peringatan Allah :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكَا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya : “Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Q.S. Thaha [20] : 114).
Jamaah kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Rabu kemarin 9 Dzulhijjah 1435, seluruh jamaah haji menunaikan wuquf di Padang Arafah, sebagai puncak prosesi ibadah haji. Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain. Karenanya, beribadah haji tanpa wukuf di Arafah tidaklah sah hajinya atau batal hajinya. Bahkan orang sakit parah sekalipun, oleh Panitia Haji diberangkatkan menggunakan ambulan ke padang Arafah yang luas (safari wukuf), di sebelah timur luar kota Mekkah tersebut.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan di dalam sabdanya :
اَلْحَجُّ عَرَفَةُ
Artinya : “Haji adalah wukuf di ‘Arafah.” (Hadits Shahih Ibnu Majah, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan Abi Dawud).
Wukuf menurut Bahasa artinya berhenti, berdiam diri, tidak bergerak. Menurut istilah adalah berhentinya jamaah haji di Padang Arafah sejak tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijah hingga sore.
Arafah secara bahasa juga dapat diartikan : mengerti, paham, mengenal. Paling tidak ini terkait dengan awal mula penggunaan kata tersebut.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Dalam satu riwayat disebutkan, tatkala Malaikat Jibril membimbing Nabi Ibrahim menjalankan ibadah haji. Maka, ditunjukkanlah tempat-tempat mulia di tanah suci Mekkah al-Mukarramah, satu per satu.
Ketika sampai di suatu tempat yang luas, Malaikat Jibril bertanya,”Arafta?”. (Apakah engkau mengerti, paham, mengenal?). Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Kemudian nama itu disebut Arafah.
Ada juga riwayat lain yang menyebutkan, nama Arafah terkait dengan sejarah Nabi Adam dan isterinya Hawa yang terpisah berjauhan. Ada yang menyebut, Nabi Adam di kawasan negeri India dan Hawa di daerah Jeddah.
Setelah bertahun-tahun berjalan saling mencari, akhirnya mereka berdua pun dipertemukan kembali di Padang Arafah. Maka, tempat itu disebut Arafah, artinya pengenalan.
Hingga kini sebagai tanda, maka dibuatlah tiang di atas bukit Rahmah(Jabal Rahmah). Hingga saat ini dan seterusnya kelak pula, jutaan anak cucu Nabi Adam dari berbagai penjuru dunia berkumpul pada tanggal 9 Dzulhijjah di Arafah untuk berkumpul, berdiam, seraya memanjatkan doa kepada Allah Sang Pencipta dan pemelihara alam semesta.
Di Padang Arafah ini pula Rasulullah menyampaikan Khutbatul Wada’, atau khutbah perpisahan, yakni tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah. Karena tahun berikutnya beliau wafat dipanggil Allah. Khutbah yang menggetarkan nilai-nilai kemanusiaan, betapa beliau sangat menghargai harga diri seorang muslim yang tidak boleh tertumpah darah darinya, dan betapa sesama muslim adalah bersaudara. Pesan beliau:
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِى شَهْرِكُمْ هَذَا فِى بَلَدِكُمْ هَذَا.
Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atas kalian hingga kalian bertemu Tuhan kalian (hari Kiamat) seperti keharaman hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian ini”.
وَإِنَّ دِمَاءَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَبْدَأُ بِهِ دَمُ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ
Artinya: “Dan dendam pertumpahan darah jahiliyah juga dibatalkan, dan sesungguhnya dendam pertumpahan darah jahiliyah yang pertama kali aku batalkan adalah darah Amir bin Rabi’ah bin Al-Harits bin Abdil Mutthalib”.
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لامْرِئٍ مَالٌ لأَخِيهِ إِلاَّ عَنْ طَيِّبِ نَفْسٍ مِنْهُ
Artinya: “Wahai manusia, Sesungguhnya orang-orang iman adalah bersaudara, dan tidak halal bagi seseorang harta saudaranya kecuali disertai enak (ridhanya) diri”.
فَإِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ : كِتَابَ اللهِ.
Artinya: “Dan sungguh telah aku tinggalkan di kalangan kalian yang kalian tidak akan tersesat jika berpegang teguh dengannya yaitu : Kitab Allah (Al-Qur’an).”
Dalam riwayat Malik disebutkan :
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Artinya: “Telah aku tinggalkan di kalangan kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selagi berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabinya.”
Begitulah Padang Arafah, terlihat jutaan manusia bersaudara menyembah Allah yang Esa, bersatu bermunajat kepada-Nya serta memuji kalimah kebesaran-Nya.Namun apa yang saat ini terlihat di dunia Islam?
Kaum Muslimin sedang menghadapi ujian dan cobaan luar biasa di hampir seluruh penjuru bumi. Bagaimana kita mengetahui, kaum Muslim minoritas di beberapa negeri menjadi pihak yang tertindas, seperti terjadi pada Muslim Uighur China, Muslim Rohingya Myanmar, termasuk Muslim di sebagian wilayah Papua. Sementara jika Muslim itu mayoritas, maka disodorilah dengan kata toleransi, yang meminta agar menghormati kebebasan umat lainnya.
Maka, jamanpun menjadi terbolak-balik. Warga umum diminta menghormati peredaran bebas minuman keras dan narkoba. Orang berpuasa diminta menghormati mereka yang tidak berpuasa untuk bebas menyantap makanan di siang hari di tempat umum. Wanita berjilbab agar menghormati wanita-wanita yang membuka auratnya. Demikian halnya, kaum normal agar menghormati keberaadaan komunitas Lesbian, Gay Biseksual and Transgender (LGBT).
Sementara di sisi lain, umat Islam saling bertikai, berselisih bahkan sampai berperang menumpahkan darah sesama saudaranya, dan sesama bangsa Arab. Bagaimana kita saksikan nasib umat Islam yang tewas hampir setiap hari akibat peperangan dan konflik di Irak, Suriah, Yaman, dengan menggunakan tangan-tangan umat Islam sendiri.
Lainnya, adalah nasib umat Muslim yang dihancurkan di negerinya sendiri, seperti Muslim Afghanistan, Libya, Afrika, dan sebagainya.
Padahal jika kita cermati perjalanan Muslimin itu semua, adalah bagian dari rencana Zionis memecah belah Timur Tengah dan dunia Islam. Hesham Tillawi, seorang komentator politik di Louisiana, AS menyebutkan,”Ini bukan rencana Zionis baru, bahkan sudah dibicarakan sejak 1982. Termasuk apa yang terjadi di Irak dan Suriah. Akhirnya memang benar-benar terjadi, negara-negara Arab saling menyerang dengan negara-negara Arab lainnya,” simpulnya.
Bahkan menurutnya, kekuatan intelijen Zionis memang dirancang untuk menciptakan bagaimana Timur Tengah tidak stabil.
Rencana Zionis Israel itu tertuang dalam Oded Yinon Plan 1982, dan sebagian rencana itu sudah diterapkan dalam konteks saat ini, seperti perang di Irak (2001), Lebanon (2006), Libya (2011), Suriah (2012), belum lagi proses perubahan rezim di Mesir, dan terkini Yaman serta nasib jutaan pengungsi Muslim.Semua untuk melemahkan dan pada akhirnya terpecah belah negara-negara Arab sehingga memudahkan proyek ekspansionis Zionis Israel.
Inilah kolonialisme gaya baru. Sebuah konfigurasi ulang lingkungan geo-politik melalui Balkanisasi negara-negara Arab dan sekitarnya menjadi negara lebih kecil dan lebih lemah. Zionis Israel melihat Irak sebagai tantangan strategis terbesar mereka dari negara Arab. Itulah sebabnya mengapa Irak diuraikan sebagai pusat ke Balkanisasi Timur Tengah dan Dunia Arab, yang didahului dengan menciptakan perang antara Irak dan Iran. Setelah itu, bergeser ke Lebanon, Mesir, dan Suriah. Turki, Somalia, dan Pakistan juga terseret ke jalan itu.
Itu semua karena sesungguhnya Zionis Israel mengakui bahwa sebenarnya dia sudah rapuh. Maka untuk dapat bertahan hidup, Zions Israel harus menjadi kekuatan regional dan harus memecah belah seluruh kawasan ke dalam negara-negara kecil dengan pembubaran semua negara Arab yang ada.
Mahdi Darius Nazemroaya, seorang kontributor jaringan internasional untuk Al-Jazeera, Press TV dan Russia Today, menguatkan, bahwa termasuk dalam konteks ini, adalah menciptakan perang Suriah dan Irak terus berlanjt, sebagai bagian dari proses ekspansi teritorial Israel. Intelejen Zionis Israel dengan didukung AS dan NATO melancarkan perang salib yang ditujukan kepada Islamic State (ISIS), yang mereka ciptakan sendiri, dengan tujuan akhirnya adalah untuk menghancurkan Suriah dan Irak dari dalam sebagai negara bangsa.
Menurut Sultana Afroz, guru besar di Universtas West Indies, Mona Campus, Jamaica, menyampaikan temuannya yang mengaitkan rencana global Zionis melalui Yinon Plan-nya dengan ISIS.
Afroz mengawali dari pesan video dan gambar dari kelompok ISIS yang mengenakan pakaian Islam dengan bendera Nabi, supaya disebut sebagai pejuang sunni, dengan mengusung Khilafah.
Kekuatan militer mana dan didukung siapa, hingga dalam tempo cepat ISIS mengambil alih Mosul. Tikrit, dan kilang minyak Baiji, Fallujah dan Ramadi di Provinsi Anbar, hingga ke perbatasan Suriah-Yordania.
Dan akhirnya, untuk menambah kekacuan dan pertikaian, maka dimunculkanlah isu sunni-syiah, plus etnis Kurdi Irak di bawah perlindungan AS yang sekarang di ambang menyatakan kemerdekaan penuh dari Baghdad.
Didukung oleh media-media dan wartawan-wartawan yang terlibat dalam opini publik global dengan maksud menyesatkan dan menipu kaum Muslimin lainnya dan dunia pada umumnya.
Ujung akhirnya ada;ah untuk membentu Timur Tengah Baru (New Middle East), dengan Zionis Israel sebagai kekuatan pengendali minyak, gas dan sumber daya air di wilayah itu (Israel as the regional power in control of the region’s oil, gas and water resources).
Dengan cara itu semakin kuatlah dominasi hubungan AS-Israel. Hingga pada akhirnya dengan alasan mengatasi kehancuran akibat perang, datanglah pasukan PBB dan intervensi militer internasional dengan alasan melindungi warga sipil yang tidak bersalah.
Begitulah bagaimana orang-orang Arab dan Muslim saling membunuh dalam perang sektarian yang tak berujung itu. Sementara pada sisi lain, pesawat-pesawat tempur Barat dan senjata-senjata pemusnah massal lainnya ikut memberangus kaum Muslimin dan warga Arab dengan dalih Perang Melawan Terorisme (War Against Terrorism).
Kaum kuffar berusaha menghabisi Islam dengan perang saudara tersebut. Maka kita saksikan hingga saat ini siapa yang dibunuh dan dihancurkan? Pertama, kalangan ulama, kedua masjid-masjid, dan ketiga perpustakaan-perpustakaan Islam. Hingga akhirnya mau belajar Islam dari siapa lagi dan dari mana lagi? Jika para ulamanya sudah tiada, masjid dan perpustakaannya pun tinggal puing-puing.
Apakah kaum Muslimin tidak menyadari hal ini? Lalu, kalau kita bicara jihad menegakkan kalimatullah hiyal ‘ulya disebut dengan teroris, fundamentalis, ajaran keras, dan sebagainya.
Inilah barangkali yang pernah digambarkan oleh Rasulullah shallalalhu ‘Alaihi Wasallam, dalam hadit:
يُوْشِكُ اَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ كَماَ تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا , فَقَالَ قَائِلٌ : أَوَ مِنْ قِلَةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ , وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ , وَسَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمُ اْلوَهْنَ. قَالَ قاَئِلٌ: ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ .
Artinya: “Hampir tiba saatnya persatuan bangsa-bangsa memperebutkan atas kamu sekalian sebagaimana bersatunya orang-orang yang berebut makanan yang ada dalam nampan”. Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kita pada sa’at itu Ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bahkan jumlah kalian sa’at itu sangat banyak, tetapi kalian bagaikan buih yang mengalir di atas lautan. Dan sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh–musuh kalian rasa takut terhadap kalian. Serta dia akan memunculkan penyakit al-wahn dalam hati kalian”. Seorang sahabat bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah al-wahn itu?” Beliau bersabda, “Cinta dunia dan takut mati”. (HR Abu Dawud).
Bersatu dalam Jama’ah Muslimin
Pada hadits lain dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman disebutkan:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Artinya: “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dengan satuan kesatuan Jama’ah Muslimin yang dipimpin oleh seorang Imaam atau Khalifah, maka Islam akan kembali pada kejayaan, keagungan dan kekuatan bersama. Bukan menyerahkan masalah pada Barat, PBB apalagi Zionis yang justru akan semakin melemahkan kekuatan Islam.
Maka, tepatlah jika Al-Quran mengingatkan:
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍۚ إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٌ۬ ڪَبِيرٌ۬
Artinya: “Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (kaum Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu (bersatu), niscaya akan terjadi fitnah(kekacauan) di muka bumi dan kerusakan yang besar” (Q.S. Al-Anfal [8]: 73).
Pada ayat lain Allah menandaskan di dalam firman-Nya :
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ
Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 52-54).
Persatuan dan kesatuan umat Islam adalah kekuatan, sementara bertikai dan berpecah belah justru melemahkan perjuangan.
Seperti pada ayat lain Allah mengingatkan :
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 46).
Adapun permusuhan dan kebencian sesama kaum Muslimin, merupakan bisikan dan ajakan syaitan. Seperti Allah peringatkan di dalam kalam suci-Nya :
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء…
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian …” (Q.S. Al-Maidah [5]: 46).
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 10).
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 103 ).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal ikhwatul muslimun wal muslimat.
Karena kita semuanya sesama mukmin adalah umat yang satu, Allah kita yang satu, agama yang satu yakni Islam, kiblat yang satu yaitu Masjid Al-Aqsha yang kemudian dipindahkan ke Masjidil Haram, serta panutan uswah dan qudwah kita yang satu pula Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Terlebih jika menyimak bagaimana nasib Muslimin dan negeri suci Masjid Al-Aqsha dan sekitarnya di Palestina. Nasib saudara-saudara kita yang tertindas, di satu-satunya negeri yahg masih terjajah di abad millenium saat ini. Bahkan pasuklan Zionis Israel dengan menegakan sepatu dan senjata api, begitu leluasa masuk ke kawasan Masjid Al-Aqsha tanpa perlawanan berarti dari tetangga-tetangganya negeri sesama Muslim.
Di sinilah wajib bagi kita seluruh kaum Muslimin untuk mengoabrkan ruh dan semangat jihad fi sabilillah, sebagai puncak ibadah. Sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ الله . قَالَ : رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ.
Artinya : “Sukakah aku kabarkan kepada engkau kepala segala urusan, tiangnya dan puncak ketinggiannya?” Saya (Muadz) berkata: “Pastilah, Duhai Rasulullah!” Jawab Rasulullah, “Kepala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak ketinggiannya adalah Jihad.”(HR At-Tirmidzi).
Hadits ini menerangkan puncak ketinggian dalam Islam adalah jihad. Jihad juga adalah satu amalan yang menjanjikan kemuliaan kepada hamba-Nya yang mengamalkannya. Dengan Jihad Islam dan umatnya akan menjadi tinggi, terhormat, lagi mulia di hadapan seluruh umat yang lain di bumi ini. Sedangkan tanpa Jihad, Islam dan umatnya akan menjadi hina tanpa wibawa, terombang-ambing bagai buih di hempasan gelombang, bagai makanan di atas meja menjadi keroyokan.
Maka, pantaslah kalau kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegur di dalam sabdanya:
لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ الله بِالْفَقْرِ
Artinya : “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fie sabilillah, melainkan Allah timpakan kefakiran terhadap mereka.” (HR Ibnu ‘Asakir).
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ .
Artinya : “Bila kalian berjual‑beli dengan ‘inah (yakni riba dan penipuan), mengikuti ekor‑ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kalian yang tidak akan dicabut sehingga kalian kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Inilah juga yang menjadi ruhu maklumat Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam secara keseluruhan, sebagai perwujudan Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, yang benar-benar secara realita berada di tengah-tengah medan jihad fil ardh, bersama kaum muslimin lainnya.
Hal ini seperti yang dimaklumatkan pada awal ditetapinya Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1372 H. / 20 Agustus 1953 yang antara lain berbunyi, “Bahwa Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh bebuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa”.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu sendiri terlahir dari kandungan kaum muslimin, bersama kaum muslimin, menuju mardhatillah. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) juru bicara kaum muslimin dalam menyampaikan amar maruf nahi mungkar ke seluruh permukaan bumi. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) juga merupakan tali pengikat dan penghubung di antara kaum muslimin seluruh dunia. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) juga merupakan pemanggil seluruh manusia menuju masyarakat yang adil, makmur dan damai, yang rahmatan lil ‘alamin.
Dengan persatuan dan kesatuan (Jama’ah Muslimin), bersaudara saling beramal shalih, inilah tanda-tanda kejayaan kaum Muslimin. Sesuai dengan janji-Nya :
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar [keadaan] mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang [tetap] kafir sesudah [janji] itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. An-Nuur [24] : 55).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah.
Inilah insya Allah sebagian dari tanda-tanda kemenangan umat Islam dalam menghadapi hegemoni kuffar terutama Zionis Israel.
Allah menjanjikan di dalam firman-Nya :
إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحً۬ا مُّبِينً۬ا .لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهُ ۥ عَلَيۡكَ وَيَہۡدِيَكَ صِرَٲطً۬ا مُّسۡتَقِيمً۬ا .وَيَنصُرَكَ ٱللَّهُ نَصۡرًا عَزِيزًا .
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat [banyak].” (QS Al-Fath : 1-3).
Termasuk yang paling pokok adalah jihad bagi kembalinya Masjid Al-Aqsha ke pangkuan kaum Muslimin, dari cengkeraman Zionis Israel. Saat itu pun sudah dekat, sesuai dengan janji nubuwwah :
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْيَهُوْدَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِىُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ : “يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِىٌّ خَلْفِيْ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ”، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ”.
Artinya : “Tidak akan terjadi Hari Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi lalu kaum Muslimin membunuh mereka. Sehingga orang yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka batu atau pun pohon itu berkata : “Wahai Muslim, Wahai Hamba Allah.. ini ada seorang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemarilah bunuhlah dia!. Kecuali pohon gharqad, karena pohon tersebut diantara pohon-pohon (yang ditanam) orang-orang Yahudi”. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah).
Kemenangan Kaum Muslimin, Allah janjikan di dalam ayat :
إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. Al-Isra [17]: 7).
Kaum Muslimin yang mengajak berjihad demi kemuliaan kalimah Allah, bukan mengajak pada golongan, sekte, negara (state), dan kelompok tertentu.
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ رِيَاءً فَأَيُّ ذَلِكَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
Artinya : Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘Anhu berkata, bahwasanya seorang pemuda datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, (bagaimanakah jika) seseorang berperang karena kekesatriaannya, dan seseorang berperang berperang karena keberaniannya, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian (riya’)?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Barang siapa yang berperang karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah”. (HR. Bukhari).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Demikianlah Jama’ah ’Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Akhir dari khutbah ini, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesankan kepada kalian pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, berbakti kepada orang tua, meningkatkan infaq dan amal sholih, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah. Sebagaimana Siti Hajar memberikan dukungan perjuangan bagi suaminya Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihis Salam, agar tegar dan teguh menjalankan perintah Allah. “Berangkatlah memenuhi perintah Allah, biarkanlag kami ditinggalkan, karena Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan”. Begitu kalimah perjuangan Siti Hajar.
Tidak lupa, perbanyaklah berterima kasih kepada suami yang dengan takdir Allah sebagai pimpinan di rumah tangga kalian, apapun dan bagaimanapun keadaannya, itulah pimpinan kalian wahai kaum muslimat. Karena itu jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang menunaikan amanah, kuatkanlah dan doakanlah. Juga jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang dilanda kerugian, masalah, dan musibah, maka shabarkanlah, semangatilah, dan gembirakanlah. Atau jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang terpuruk dosa dan maksiat, sadarkanlah, ingatkanlah dengan tetap berbakti kepadanya, doakanlah, ajaklah untuk bertaubat dan taqarrub kepada Allah.
Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.
Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari mulia ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kita bergandeng tangan menjalin ukhuwah sesama ikhwan, kembali ke barisan jihad secara berjama’ah.
Ingatlah saudara-saudaraku seiman seperjuangan, bahwa kelak kita akan menghadap Allah satu per satu tanpa ada yang menemani kecuali amal sholih kita sendiri selama kita hidup di dunia yang fana ini. Lalu kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah kita katakan dan apa-apa yang sudah kita kerjakan, kita amalkan. (P4/P2)
الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى كُفَّارِ أَمِيْرِكَ وَيَهُوْدِ إِسْرَائِيْلَ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)