KHUTBAH IDUL FITRI 1434H : BERSATU DALAM JAMA’AH MUSLIMIN SOLUSI PROBLEMATIKA DUNIA ISLAM

afta peci putihOleh : Ali Farkhan Tsani*

الحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ ,صَدَقَ وَعْدَهُ ,وَنَصَرَ عَبْدَهُ ,وَأَعَزَّ جُنْدَهُ ,وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ.  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْموَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ وَقَالَ اَيْضًا إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ وقال النبي صلى الله عليه وسلم. أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ.  صدق الله العظيم وصدق رسوله النبي الكريم ونحن على ذلك من الشاهدين والشاكرين والحمد لله رب العلمين. 

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, rahimakumullah.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi-Nya, Sang Pemilik jagat raya,  pemelihara langit cakrawala, dan bumi seisinya, kasih sayang-Nya tak terkira dan tak terhingga. Karunia-Nya mengiringi, derap langkah kaum muslimin pagi ini,  berkumpul bersama hadiri shalat Idul Fithri, seraya berharap ridha ilahi. Sungguh bahagia segenap insani, yang telah menikmati berkahnya Ramadhan secara hakiki. Semoga kita terpilih di antara hamba-hamba-Nya mukmin sejati. Amin.

Idul Fihri, merupakan rangkaian penutup dan pamungkas dari rangkaian ibadah shaum Ramadhan. Mulai dari pelaksanaan rukyatul hilal di akhir Sya’ban, hingga ru’yatul hilal di akhir Ramadhan, menunaikan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Sehingga dengan “iimaanan wahtisaaban”, kita yakin dan penuh pengharapan. Semoga puasa kita adalah puasa yang dikabulkan. Shalat kita adalah shalat yang diperkenankan. Zakat shadaqah kita adalah zakat shadaqah yang diabadikan. Tadarrus Al-Quan kita adalah tadarrus yang berbalas ganjaran. Serta seluruh rangkaian ibadah sepanjang hari-hari Ramadhan adalah ibadah yang tercatat dalam timbangan kebaikan. Aamiin, yaa robbal ‘aalamiin.

Wasiat Taqwallah 

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah. 

Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat taqwallah. Marilah kita pelihara kualitas taqwa tanpa putus asa dan keluh kesah. Dalam suka maupun duka, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya, sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam taqwallah.

Hal ini karena, derajat mulianya manusia di sisi rabb-Nya, adalah karena taqwanya semata. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena taqwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sesuai dengan firman-Nya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬

Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “. (QS Al-Hujurat :13).

Taqwa kepada Allah inilah hasil yang diharapkan dari ibadah shaum Ramadhan sebulan penuh kemarin. Seperti firman-Nya :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah / 2 : 183).

Taqarrub Ilallah 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd. Saudara-saudara kaum muslimin muslimat yang berbahagia.

Kita telah ditadrib, ditraining sebulan penuh dengan kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan amal ibadah selama bulan Ramadhan. Kini di bentangan kita ’Idul Fitri menanti dengan senang. Insya Allah kita kembali ke dalam fitrahnya sebagai hamba-hamba dari Allah, yang Pengasih dan Penyayang.

Kembali kepada asalnya bahwa manusia adalah makhluk Allah yang berkewajiban memperibadatinya dengan ikhlas, tidak berbuat syirik, bersih dalam memurnikan kethaatan. Seperti ayat menyatakan :

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ

Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketha’atan kepada-Nya dalam [menjalankan] agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS Al-Bayyinah : 5).

Menyembah Allah dengan memurnikan ketha’atan kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (QS Al-Anbiya : 25).

Selanjutnya, paska Ramadhan ini, kita ingin senantiasa menjadi hamba yang selalu berdzikir, hamba yang senantiasa bersyukur, dan semakin bertambahnya kesholihan pribadi kita di hadapan Allah.

Sebagaimana wasiat doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti beliau sampaikan kepada sahabat Mu’adz, dan tentunya untuk kita semua ummatnya :

اُوْصِيْكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

Artinya : “Aku wasiatkan kepadamu Wahai Mu’adz, agar setiap selesai shalat tidak meninggalkan untuk membaca doa, yang artinya : “Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu”. (HR Abu Dawud).

Sehingga kita dapat melanggengkan ibadah taqarrub kepada Allah, kita merasa senang apabila melaksanakan shalat berjama’ah, kita bahagia jika dapat bertadarrus Al-Quran. Demikian pula kita rasanya merugi kalau melewatkan Shalat Lail. Kita ingin berlama-lama berdoa dan bermunajat kepada Allah Ta’ala. Karena begitu cintanya bahkan amat sangat cintanya kita kepada Allah, melebihi cinta kita kepada selainnya. Itulah refleksi dari ibadah di bulan Ramadhan, Insya Allah. 

Ukhuwah Islamiyyah

Ayyuhal ikhwatul muslimun hadakumullah.

Di samping dampak pribadi pada taqarrub ilallaah, kehadiran Idul Fithri juga dimaksudkan untuk merapatkan ukhuwah Islamiyah, menumbuhkan kasih sayang, saling merasakan nasib saudaranya, tumbuhnya persaudaraan sesama kaum muslimin. Bahwa sesama orang-orang beriman itu sebenarnya adalah bersaudara, bersatu, berjama’ah, yang saling membantu, saling memaafkan, saling menghargai dan saling membawa rahmat, kesejahteraan dan kedamaian antar sesamanya.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala  :

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS Al-Hujurat : 10).

Nilai-nilai persaudaraan, saling membantu, saling melengkapi, saling memudahkan urusan saudaranya. Itulah nilai-nilai yang diharapkan terus kita pelihara dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam sabda-Nya :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ.

Artinya : “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim).

Bahkan kita disunnahkan untuk senantiasa saling mendoakan kebaikan sesama saudaranya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri sering meminta doa dari sahabatnya. Seperti permintaan beliau ketika melepas Umar bin Khattab saat akan berangkat umrah :

لاَ تَنْسَنَا يَا اُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ

Artinya : “Jangan lupakan kami, wahai saudaraku, dalam doamu.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Karena kita semuanya sesama mukmin adalah umat yang satu, Allah kita yang satu, agama yang satu yakni Islam, kiblat yang satu yaitu Masjid Al-Aqsha yang kemudian dipindahkan ke Masjidil Haram, serta panutan uswah dan qudwah kita yang satu pula Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Beberapa peringatan Allah mengingatkan kita, antara lain :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian  pada tali Allah  seraya  berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu  tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali ‘Imran: 103 ).

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي

Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku”. (QS Al-Mu’minun : 52).

Bersatu dalam Jama’ah Muslimin

Hadirin hadirat yang insya Allah, Allah muliakan :

Namun, situasi dan kondisi kaum muslimin di berbagai belahan dunia hingga saat ini masih sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Kaum muslimin sedang diuji dengan berbagai macam pertikaian oleh kepentingan musuh-musuh Islam. Negeri-negeri mayoritas muslim dilanda konflik internal yang menelan banyak korban di kalangan muslimin. Seperti terjadi di Suriah, Libya, Iraq, Afghanistan, Pakistan, Mesir, Tunisia, dan lainnya. Sementara muslim minoritas tertindas, seperti di Rohingya Myanmar, di Uighur China, di Rusia, dll.

Lebih tragis lagi penjajahan terang-terangan saudara-saudara kita di Palestina, oleh Zionis Yahudi. Kebebasan beribadah di tempat suci Masjid Al-Aqsha pun  dalam pengawasa mereka.

Mayoritas jumlah kaum muslimin di seluruh dunia yang mencapai 1,5 miliar orang lebih, tampak tidak berdaya menghadapi komunitas Yahudi yang hanya berjumlah sekitar 13 juta orang di seluruh dunia. Sejumlah 6 juta Yahudi sekarang tinggal di tanah jajahan, Palestina.

Begitulah nasib muslimin seperti hidangan yang disantap oleh musuh-musuh Islam. Sementara sebagian lainnya yang bergelimang dengan kekayaan, bergelimang dengan dunianya, dan takut kematian, takut berjihad di jalan Allah. Persis seperti yang dinubuwwahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam di dalam haditsnya:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَال وَفِي رِوَايَةٍ وَكَرَاهِيَةُ الآخِرَةِ

Artinya : Bersabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian, dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud). Dalam riwayat lain : “dan takut berperang”, dalam riwayat lain “dan takut akhirat”.

Lalu, bagaimanakah solusinya, kuncinya mengatasi semua itu? Agar kehormatan kaum muslimin kembali pada kewibawannya sebagai “Khaira ummah”, umat terbaik di antara manusia di muka bumi ini.

Jawabnya, seperti disampaikan oleh salah seorang sahabat mulia, Hudzaifah bin Yaman. Mari kia renungkan kembali hadits ini untuk kita amalkan bersama demi kebaikan kita dan Islam itu sendiri.

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami  dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar,  tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?”  Rasulullah menjawab: “Ya,   yaitu   adanya   penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).

Berkaitan dengan ayat dan hadits tersebut, Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim  menjelaskan, “Bahwa Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk berjama’ah dan melarang mereka dari perpecahan. Demikian pula termaktub di dalam hadits-hadits yang memerintahkan umat Islam untuk berjama’ah”.

Di sinilah letak urgen dan strategisnya bersatunya, berjama’ah, dalam Jama’ah Muslimin yang dipimpin oleh seorang Imaamul Muslimin atau Khalifah dari kalangan orang-orang beriman. Pemimpinan yang mengemban amanah memberikan arahan dan menggembala ummat menuju mardhotillah.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu para Imaam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika  mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS As-Sajadah : 24).

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

Artinya : “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada perintah Kami  dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat,  dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (QS Al-Anbiya : 73).

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berpecah-belah, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah  menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu.  Dan Allah membenci kepadamu  3 perkara; 1). Dikatakan dan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR Ahmad dari Abi Hurairah).

Marilah, pada momentum ‘Idul Fitri, di mana seluruh kaum muslimin di seluruh dunia berkumpul mengumandangkan Takbir, Tahlil, Tahmid, dan kalimah-kalimah thayyibah. Kita jadikan start persatuan dan kesatuan perjuangan kaum muslimin dalam wujud Jama’ah Muslimin wa Imaamahum sebagaiman diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ

“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !”

Begitu pentingnya kesatuan umat islam dalam bingkai Al-Jama’ah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menempatkannya sebagai kewajiban pertama sebelum amalan lainnya. Seperti di dalam sabdanya :

أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

Artinya : “Aku perintahkan  kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat.  Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.”  Para sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR Ahmad dari Harits Al-Asy’ari).

Sesama Muslimin Bersaudara

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Laa ilaaha illallaahuwallahu akbar. Allahu Akbar walillahilhamd.

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah.

Maka, sesungguhnya sesama kaum muslimin pada dasarnya adalah ummat yang satu, saling bersaudara dan saling mendamaikan di antara saudaranya.

Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya :

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ

Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada KU. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka  biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS Al-Mu’minun : 52-54).

Bahkan jika ada pertikaian di antara sesama saudara itu, maka kita wajib mendamaikan keduanya, supaya mendapatkan rahmat Allah. Seperti firman-Nya :

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat / 49 : 10).

Kalau sesama muslim tidak saling bersaudara, tidak saling menjaga satu dengan yang lainnya, Allah memperingatkan di dalam firman-Nya :

وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ۚ إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٌ۬ ڪَبِيرٌ۬

Artinya : “Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan fitnah yang besar.” (Q.S. Al-Anfaal : 73).

Nasihat untuk Kaum Muslimat

Demikianlah jamaah idul fitri yang dimuliakan Allah

Akhirnya, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesanan kalian pandai-pandai bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepda suami, berbakti kepada orang tua, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah.

Allah mengingatkan di dalam firman-Nya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُؤۡمِنَـٰتُ يُبَايِعۡنَكَ عَلَىٰٓ أَن لَّا يُشۡرِكۡنَ بِٱللَّهِ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَسۡرِقۡنَ وَلَا يَزۡنِينَ وَلَا يَقۡتُلۡنَ أَوۡلَـٰدَهُنَّ وَلَا يَأۡتِينَ بِبُهۡتَـٰنٍ۬ يَفۡتَرِينَهُ ۥ بَيۡنَ أَيۡدِيہِنَّ وَأَرۡجُلِهِنَّ وَلَا يَعۡصِينَكَ فِى مَعۡرُوفٍ۬‌ۙ فَبَايِعۡهُنَّ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُنَّ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬

Artinya : “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk berbai’at, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah bai’at mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Mumtahanah : 12).

Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.

Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari fitri ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kembali ke barisan jihad secara berjama’ah, terpimpin di dalam Jama’ah Muslimin. Amin.

Doa

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ  اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ  وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ  وَاِمَامَهُمْ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً  كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

 * Penulis, Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Da’i Pesantren Al-Fatah Indonesia*

Comments: 0