Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ هَدَانَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلاَ اَنْ هَدَانَا الله ُ أَشْهَدُأَنْ لاَّ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلٰى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيـُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin jamaah Idul Fitri yang berbahagia
Alhamdulillah, pagi ini, gema takbir, tahlil, dan tahmid berkumandang di seluruh penjuru negeri, menyambut dan mengiringi hari nan suci, harinya umat Islam Hari Raya Idul Fitri, kembali kita pada kesucian diri.
Hari yang penuh rasa syukur sebagaimana Allah sebutkan di dalam firman-Nya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
….. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : “…..Dan hendaknya kalian mencukupkan bilangannya dan hendaknya kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, niscaya kalian bersyukur”. (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat takwa. Marilah kita pelihara terus kualitas takwa kita, terutama pasca Ramadhan yang baru saja berlalu. Menjaga takwa dalam keramaian maupun kesendirian, dalam suka maupun duka, ketika miskin maupun kaya, sejak muda hingga tua, kita tetap dalam takwallah.
Hal ini karena, derajat mulianya manusia di sisi Tuhan-Nya, adalah karena takwanya semata. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena takwanya. Harta kekayaan, dunia, semuanya hanyalah sarana bukan tujuan hidup. Semuanya akan berguna di akhirat, manakala digunakan untuk menopang takwa kepada-Nya.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Sesuai dengan firman-Nya :
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “. (QS Al-Hujurat /49 :13).
Kita bersyukur masih bisa saja membeli dan memakai pakaian baru, makan aneka kue kesukaan, bertamasya ke tempat-tempat hiburan, sekedar bertemu keluarga atau bercanda ria via media sosial. Sementara betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati Hari Raya ini layaknya kita. Betapa nasib derita mereka yang berada di pengungsian Lebanon dan Jalur Gaza, juga nasib kaum Muslimin di tempat-tempat terusir dari Suriah dan Rohingya, nasib saudara-saudara kita di negeri minoritas Uighur dan Kashmir, dan di negeri terjajah Palestina.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sementara di berbagai tempat, juga selalu ada kelompok orang bersekutu dan berkonspirasi memusuhi dan hendak memadamkan cahaya kebangkitan Islam. Padahal Islam membawa ajaran yang penuh kasih sayang, cinta damai, memberikan jalan keselamatan dan penuh kebaikan.
Namun, seberapapun dan dengan upaya apapun mereka hendak memadamkan cahaya Allah, justru cahaya Allah itu semakin bersinar:
Allah menegaskan di dalam ayat-Nya:
يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ (٨) هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُ ۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُ ۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ (٩)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Artinya: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya [agama] Allah dengan mulut [ucapan-ucapan] mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS Ash-Shaff /61: 8-9).
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah.
Nasib dunia global ini kini dikuasai dan diatur oleh ideologi dan orang-orang jauh dari Al-Quran, jauh dari kebenaran, jauh dari keadilan dan jauh dari kejujuran. Mereka berusaha mengatur bangsa, negeri atau dunia dengan nafsu keserakahan, kapitalisme, liberalisme, komunisme, dan produk ro’yu lainnya, bukan dengan wahyu ilahi.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Maka, yang dihasilkan tidak lain adalah kerusakan demi kerusakan di muka bumi. Kerusakan moral menjadi liberal, kerusakan ekonomi kapitalisme yang penuh dengan ribawi, kerusakan pendidikan yang berorientasi duniawi semata.
Juga adanya kerusakan media yang berisi kebanyakan acara-acara yang cenderung membuka aurat, hiburan yang melalaikan, hingga berbagai tindak kriminalitas, kerusakan karakter manusia-manusia korup, tersebarnya narkoba dan pergaulan bebas, LGBT dan penggunaan zat-zat berbahaya.
Ini merupakan bukti nyata, bahwa sistem dan aturan yang diciptakan manusia, apalagi yang jauh dari syariat Islam, tidaklah akan dapat membuat kesejahteraan dan kedamaian nyata. Apalagi mampu menciptakan peradaban manusia yang sesungguhnya.
Di sinilah sesungguhnya peradaban Islam yang berlandaskan semangat Al Quran dan As-Sunnah, nila-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, persaudaraan dan kemanusiaan dapat tampil sebagai solusi terbaik dan sempurna.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Keunggulan peradaban Islam yang pokok terletak pada dasar tauhid secara mutlak kepada Allah atau Tauhidullah.
Dari peradaban yang berlandaskan pada Tauhidullah ini mempunyai pengaruh yang jelas dalam mengubah semua bentuk pemujaan terhadap manusia menjadi pemujaan hanya kepada Allah, peradaban yang memberikan sumbangsih dan kontribusi positif dalam perjalanan kemanusiaan.
Di sinilah Islam hadir untuk membersihkan dari setiap bentuk kesyirikan, penyembahan kepada berhala, baik dalam bentuk berhala batu, pohon, benda, maupun berhala selain itu yang berkembang pada zaman modern, misalnya harta, kedudukan, jabatan, isme-isme, dan lain sebagainya.
Bukan hanya itu, peradaban manusia yang hendak ditegakkan, selalulah berorientasi memakmurkan alam semesta ini sebagai amanah dari Sang Pencipta, dan meyakini adanya kampung akhirat, tempat hisab dan balasannya.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Begitulah tugas risalah kenabian dengan tauhidullah sebagai garis lurusnya, tak bisa dibengkokkan dengan tujuan lainnya.
Allah menyebutkan di dalam Al-Quran:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُ ۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدُونِ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan [yang hak] melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS Al-Anbiya [21]: 25).
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
Hadirin jamaah shalat Ied yang mulia
Selanjutnya, keunggulan peradaban Islam adalah adanya sifat universalitasnya nilai yang diterima secara global oleh bangsa manapun.
Peradaban Islam dikenal dengan ciri cakrawala yang tinggi dan luas, tidak dengan iklim, geografi, dan tidak terikat dengan jenis manusia. Ini karena peradaban Islam menaungi seluruh umat manusia.
Allah menyebutkan di dalam firman-Nya:
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya [21]: 107).
Juga firman-Nya:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
Artinya: ‘Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba: 28).
Karena itulah, ajaran Islam sangat menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, seperti hak berkeyakinan tanpa paksaan dalam agama Islam, hak berpikir mengadakan research atau penelitian ilmiah sebagai manusia yang punya akal sehat dan dalam menjelajahi alam semesta.
Di sinilah penghargaan utama Islam terhadap kemajuan berpikir manusia, sehingga timbullah kemajuan dari kejumudan, kebekuan dan ketertindasan.
Demikian pula, ajaran Islam menghormati hak kebebasan jiwa dan hak kepemilikan individu. Dalam pandangan Islam pada dasarnya seluruh manusia bebas untuk merdeka, tanpa terjajah, terzalimi atau terdiskriminasi. Maka, di sinilah mengapa kita memiliki kewajiban membela saudara-saudara kita di Palestina? Karena memang ajaran Islam membebaskan penjajahan satu bangsa atas bangsa lainnya.
اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
Hadirin rahimakumullah
Selanjutnya, peradaban Islam dikenal sangat menjunjung tinggi keadilan. Keadilan inilah yang menjadi karakteristik unggul dalam ajaran Islam, yakni adanya keseimbangan antara dua sudut yang saling berhadapan.
Peradaban Islam terhimpun antara ruh dan jasad, menyeimbangkan unsur dunia dan akhirat, hingga menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
Sebagaimana diisyaratkan di dalam Kitabullah:
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (7) أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (8) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (9)
Artinya: “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan), Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu, Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS Ar-Rahman: 7-9).
Bahkan neraca keadilan itu wajib ditegakkan, terhadap orang yang kita benci sekalipun. Jangan sampai kita berkata dan bertindak yang tidak adil, hanya karena rasa kebencian terhadap seseorang atau sekelompok orang atau karena sikapnya yang tidak berkenan.
Allah mengingatkan di dalam ayat-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Maidah/5: 8).
Di dalam Kitab Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan menegakkan konsekuensi imannya dengan menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Prof Wahbah mengatakan, “Hendaknya gerak-gerikmu, lahir dan batinmu, terus bersemangat dalam menegakkan keadilan hanya karena Allah semata. Dan hendaknya sasaranmu tegak dan seimbang yaitu adil, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa meremehkan, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatanmu. Tegakkan keadilan itu kepada kerabat, orang jauh, kawan maupun musuh.”
Ia menambahkan, wajib bagi orang beriman berlaku adil dan menerima kebenaran yang dibawa seseorang, walau tak disukai, karena yang ia bawa adalah kebenaran. Jangan sampai hanya karena seseorang yang kita benci mengucapkan kebenaran, lalu kita tolak kebenaran itu. Itu adalah termasuk kedzaliman terhadap kebenaran. “Berlaku adillah, karena berlaku adil itu lebih dengan takwa,” itulah ini ajaran Islam.
Hadirin yang Allah muliakan
Nilai unggul peradaban Islam lainnya adalah adanya sentuhan akhlak yang merupakan pagar pembatas, serta dasar yang tegak di atas kejayaan Islam, dan membedakannya dengan peradaban dunia manapun.
Sumber akhlak dalam peradaban Islam adalah Al-Quran, dan telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Hal ini seperti disebutkan oleh Hisyam bin Amir ketika bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu ‘Anha tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aisyah pun menjawab, “Akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Al-Quran” (HR Muslim).
Hadirin rahimakumullah
Inilah yang membedakan risalah Islam dengan konsep manusia pada umumnya. Selalu menyertakan sisi akhlak dalam segala dimensi kehidupan. Sehingga siapapun orangnya, apapun jabatannya, seberapapun harta kekayaannya, dan keunggulan materi lainnya, tetap akhlaklah penilaian utamanya.
Begitulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hadir ke permukaan bumi adalah untuk memperbaki aklak manusia, dari jahiliyah menuju penuh hidayah, dari pemujaan pada manusia menjadi penyembahan kepada Allah, dan dari pertikaian perpecahbelahan menjadi penuh persaudaraan dan berjama’ah dalam tali agama Allah.
Karena itu Allah merangkaikan takwa dengan persatuan, takwa kepada Allah dengan ikatan persaudaraan dengan sesama orang beriman.
Seperti disebutkan di dalam ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ . وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا …..
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kalian bercerai-berai……” (QS Ali Imran: 103).
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan hadits Sahih Muslim dari Abu Hurairah:
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
Artinya: “Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian dalam tiga perkara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah ridha kepada kalian bila kalian menyembah-Nya dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus perkara kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam tiga perkara, yaitu banyak berdebat, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.”
Dengan kesatuan Jama’ah Muslimin dan kekompakan dunia Islam inilah, maka peradaban dunia akan tumbuh berkembang, terpimpin dan terarah dalam ridha Allah.
Terlebih potensi kaum Muslimin yang saat ini berkembang signifikan pesat di negara-negara Barat. Sebut saja umat Muslim di Rusia, yang dulu negeri komunis Soviet, saat ini mencapai sekitar 21 juta Muslim. Di Prancis, umat Muslim saat ini telah mencapai hampir 10% dari populasi penduduknya, atau sekitar 7 juta Muslim.
Di Negeri Tiongkok, Cina, umat Muslim ternyata telah membludak hingga angka 50 juta lebih dari 1,4 miliar penduduknya. Di negara Paman Sam, Amerika Serikat, perkembangannya sangat luar biasa, rata-rata orang masuk Islam, menjadi mualaf sejumlah 100 ribu orang per tahunnya.
Untuk itu hadirin yang dimuliakan Allah,
Marilah kita canangkan, kita dukung dan terus kita upayakan terciptanya persatuan dan kesatuan dunia Islam, terus kita suarakan lintas batas melalui dunia maya dan media sosial dengan bahasa internasional. Sehingga tergabunglah dalam kesatuan Jama’ah Muslimin beserta Imaamnya.
Demikianlah, maka dalam rangka menyampaikan risalah dakwah kesatuan umat, marilah kita, terutama generasi muda Muslim, untuk terus meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan wawasan global.
Kita bukan sedang mengambil ilmu dari luar soal kedokteran, antariksa, teknologi, dan lainnya. Tapi sedang mengembalikan ke arah yang sebenarnya, bahwa yang berhak menguasai iptek dan penguasaan bumi dan alam seisinya adalah orang-orang beriman. Sehingga bumi digunakan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan manusia.
Hal lainnya adalah marilah kita tingkatkan minat dan daya baca, sesuai perintah ayat yang pertama kali turun “Iqra!”. Menjadi Muslim yang gemar membaca dan menelaah informasi-informasi yang terus berkembang, mengadakan research atau penelitian terhadap fenomena terkini serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Secara individu maupun kelembagaan, marilah pula kita kembangkan perpustakaan-perpustaakan, sumber-sumber bacaan dan informasi untuk mengisi akal budi generasi mendatang.
Dengan demikian maka Islam sebagai agama yang Ya’lu walaa yu’la ‘alaihi, tinggi dan tidak ada yang melebihi tingginya, gagah dan berwibawa, namun santun dan penuh kasih sayang, akan sangat dinanti dan ditunggu oleh manusia di dunia yang sedang kehausan dan meronta dalam spiritual saat ini.
Dengan demikian peradaban Islam akan kembali ke permukaan dalam mengatasi segala problematika dunia dalam tuntunan dan ridha Allah Subnahahu Wa ta’ala. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.
Terakhir, terkhusus kepada kaum Muslimat
Tetap teguh hatilah menjaga kehormatan diri, karena Allah Maha Mengetahui. Jagalah perintah Allah, niscaya Allah akan menjaga kalian. Dan teruslah menuntut ilmu dan dan beramal sepanjang hayat, serta gemar berderma untuk kemaslahatan umat, serta patuh kepada suami selama hak.
Semoga Allah menguatkan langkah kesatuan Jama’ah Muslimin dan Allah berkenan menerima ibadah Puasa Ramadhan dan amal shalih kita semua. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
Akhirnya, marilah kita akhiri dengan munajat doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .
أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .
رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً.
اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.
أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ.
رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.
(A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)