Oleh Ust Deni Rahman, M, Kom, Amir Majelis Dakwah Pusat (MDP) Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
Baca Juga: Khutbah Idul Fitri: Kembali pada Fitrah Kesucian
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِلُزُومِ الْجَمَاعَةِ وَنَهَانَا عَنِ الِاخْتِلَافِ وَالتَّفَرُّقَةِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأُمَّةِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ . قال الله تعالى : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Baca Juga: Khutbah Idul Fitri: Dengan Spirit Ramadhan, Kita Wujudkan Syariat Al-Jama’ah
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Baca Juga: Komunitas Muslim Indonesia di Jepang Berbagi Kasih di Bulan Ramadhan
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillah il-Hamd
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Segala puji bagi Allah , Zat yang Maha Agung, yang di genggaman-Nya segala kekuasaan langit dan bumi. Dia-lah yang telah menciptakan siang dan malam, menjadikan bulan dan matahari beredar pada porosnya, serta mengatur segala sesuatu dengan kebijaksanaan yang sempurna. Dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, kita semua telah ditakdirkan untuk kembali merasakan keagungan bulan Ramadhan, bulan penuh berkah yang menjadi madrasah ruhani bagi setiap insan beriman. Dia-lah yang dengan kemuliaan-Nya telah mengizinkan kita menapaki hari-hari yang suci ini, mengisi detik demi detik dalam naungan cahaya-Nya, hingga akhirnya kita sampai di hari kemenangan, Idul Fitri.
Marilah kita sampaikan shalawat dan salam yang tiada henti kepada junjungan kita, teladan yang agung, rahmat bagi seluruh alam, Nabi Muhammad , penerang di tengah kegelapan, yang membawa umat ini menuju jalan yang lurus. Shalawat dan salam juga kita sampaikan kepada keluarga beliau yang suci, para sahabat yang setia, serta kepada semua pengikutnya yang istiqamah dalam menapaki jejak perjuangan beliau hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk dalam golongan umat yang istiqomah menghidupkan sunnah-sunnahnya. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Baca Juga: Kemenag Rukyatul Hilal Sabtu, 29 Maret: Bukan Sekedar Melihat, Tapi Soal Pembuktian
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Hari ini adalah hari yang penuh dengan cahaya kebahagiaan dan syukur. Setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan, menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, tibalah kita pada hari yang istimewa ini, hari kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah . Hari ini adalah hari di mana hati kita dibersihkan, dosa-dosa diampuni, dan jiwa kita kembali fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan.
Mari, di hari kemenangan ini, kita jadikan nilai-nilai yang telah kita pelajari selama bulan Ramadhan sebagai bekal dalam melanjutkan kehidupan. Kita jaga ketakwaan ini dengan teguh, kita kokohkan kesabaran dalam segala urusan, kita pupuk kepedulian terhadap sesama, dan kita perkuat kebersamaan sebagai umat yang satu. Ummatan waahidah dalam Jama’ah Muslimin (Hizbullah).
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 1446 Senin, 31 Maret
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة [٢]: ١٨٣)
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Ayat ini adalah seruan Ilahi yang agung, ditujukan kepada hati-hati yang dipenuhi keimanan. Dalam ayat ini, Allah tidak hanya menetapkan kewajiban puasa, lebih dari itu, Allah menggambarkan hikmah yang mendalam dari ibadah ini, yaitu untuk membentuk insan bertakwa. Ketakwaan adalah tujuan mulia yang menjadi inti dari setiap ibadah. Ketaqwaan adalah kualitas jiwa yang menjadikan seseorang dekat dengan Allah , tunduk kepada perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Baca Juga: Memburu Datangnya Lailatul Qadar
Ramadhan yang telah kita lalui bukanlah sekadar ritual fisik menahan lapar dan dahaga, tetapi merupakan sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, yang dirancang oleh Allah untuk membersihkan hati, mengokohkan keimanan, dan mengasah kesadaran terhadap-Nya. Dalam menahan diri dari hal-hal yang halal di siang hari, kita dilatih untuk lebih mampu menjauhi apa yang diharamkan Allah di sepanjang hidup kita. Maka, ketakwaan sejati tidak berhenti saat adzan Maghrib berkumandang, tetapi terus hidup dalam setiap langkah kehidupan kita hingga akhir hayat.
Bulan suci ini mengajarkan kita makna ketakwaan, menjadikan Allah sebagai pusat dari segala niat, tindakan, dan harapan kita. “لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ” menjadi saksi bahwa puasa kita adalah jalan menuju ketakwaan yang lebih kokoh.
Madrasah Ramadhan juga mengasah kesabaran kita. Puasa mendidik kita untuk memahami esensi kehidupan ini sebagai ujian yang penuh tantangan. Ketika menghadapi rasa lapar, dahaga, dan berbagai godaan duniawi, kita belajar bahwa kesabaran adalah kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengatasi berbagai tantangan hidup. Bulan Ramadhan membuka hati kita untuk lebih peduli terhadap sesama. Kita belajar berbagi, bukan karena kelebihan kita, tetapi karena kita sadar bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah titipan dari Allah yang harus kita manfaatkan untuk kebaikan.
Lebih dari itu, bulan Ramadhan juga mendidik jiwa kebersamaan dan kasih sayang. Kita merasakan betapa indahnya menjalani ibadah berjamaah, dari salat tarawih hingga buka puasa bersama. Suasana ini menanamkan dalam hati kita semangat Ukhuwah Islamiyah yang begitu kuat. Saling tolong menolong dan peduli terhadap penderitaan saudara-saudara kita yang kekurangan. Dalam empati ini, muncul dorongan untuk berbagi dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Inilah salah satu dimensi sosial dari ketakwaan yang diajarkan oleh bulan Ramadhan. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
Baca Juga: I’tikaf di Masjid At-Taqwa Cileungsi, Rasakan Kedamaian dalam Balutan Kehidupan Berjama’ah
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه البخارى ومسلم)
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan pentingnya persatuan umat Islam dan bagaimana mereka harus saling mendukung, mencintai, dan peduli satu sama lain. Dengan hidup sebagai satu kesatuan, umat Islam akan menjadi kuat dan saling menopang di bawah naungan iman dan Ukhuwah Islamiyah. Jika ada bagian umat yang mengalami penderitaan, seperti saudara-saudara kita di Palestina, di Rohingya, di Uighur, di Kasmir dan tempat lainnya, maka bagian yang lain harus turut merasakan dan berusaha membantu. Inilah semangat hidup berjamaah yang diajarkan oleh Rasulullah .
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Baca Juga: Merajut Kebersamaan dalam Iftar Multietnis, Kisah Harmoni PSMTI Pekalongan di Bulan Ramadhan
Ketakwaan yang diperoleh dari puasa juga mengajarkan kita untuk senantiasa jujur kepada Allah dan diri sendiri. Hanya kita dan Allah yang tahu apakah puasa itu benar-benar dijalani atau tidak. Di sinilah letak nilai keikhlasan yang menjadi fondasi ketakwaan. Ibadah ini melatih kita untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup, tanpa mencari pengakuan dari manusia.
Sebagai wujud nyata dari ketakwaan, puasa melatih kita untuk lebih peka terhadap tuntunan Allah yang tercermin dalam Al-Qur’an. Ketika kita membaca ayat-ayat suci-Nya, hati kita semakin mantap untuk berjalan di jalan yang diridhai-Nya.
Puasa yang dijalani dengan penuh keikhlasan dan pemahaman akan membawa kita pada kehidupan yang lebih berkah dan penuh makna. Ketakwaan bukan hanya tentang menahan diri dari perbuatan buruk, tetapi juga menjadi pendorong untuk selalu melakukan kebaikan, menyebarkan kedamaian, dan melestarikan nilai-nilai keadilan di muka bumi. Ketakwaan menjadikan kita pribadi yang peduli terhadap lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, maupun masyarakat luas.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadhan ini sebagai sarana untuk mengasah ketakwaan dan memperkuat hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Semoga ketakwaan yang kita bentuk melalui ibadah puasa ini menjadi penerang jalan kita di dunia dan pemberat timbangan amal kita di akhirat. Karena sesungguhnya, tiada kekayaan yang lebih indah bagi seorang hamba selain ketakwaan yang melekat di dalam hati.
Baca Juga: Pintu Surga Bernama Ar-Royyan Buat yang Berpuasa Ramadhan
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillah il-Hamd
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana Allah menurunkan Al-Qur’an, kitab suci yang menjadi cahaya penunjuk jalan dan pedoman hidup bagi sleuruh manusia. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ… الاية (البقرة [٢]: ١٨٥)
Baca Juga: Doa Lailatul Qadar
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Ayat ini menjadi pengingat bagi kita bahwa Al-Qur’an adalah anugerah terbesari Allah , sebuah mukjizat yang tak lekang oleh waktu. Ia menjadi petunjuk utama yang membimbing kita menuju kehidupan yang diridhai-Nya. Diturunkannya Al-Qur’an di bulan Ramadhan menegaskan betapa agungnya kedudukan bulan ini, sehingga ibadah kita di dalamnya semakin bernilai karena berlandaskan kepada tuntunan suci yang Allah wahyukan.
Sebagai umat Islam, menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar. Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca atau dihafal, tetapi harus kita hayati, pahami, dan amalkan dalam setiap aspek kehidupan. Ia adalah panduan yang menjelaskan nilai-nilai kebenaran, memberikan solusi atas berbagai persoalan, serta membimbing hati kita agar tetap berada di jalan yang lurus.
Al-Qur’an membawa bayyinah (penjelasan yang nyata) dan berfungsi sebagai furqan (pembeda antara yang hak dan batil). Dengan mengikuti cahaya Al-Qur’an, kita akan mampu membedakan antara kebenaran dan keburukan, serta menjauhkan diri dari kesesatan.
Al-Qur’an adalah sumber inspirasi untuk memupuk kedekatan kita kepada Allah. Setiap ayatnya mengandung hikmah yang mampu menyejukkan jiwa, menguatkan hati, dan mengingatkan kita akan tujuan hidup yang sebenarnya. Ketika kita membaca firman Allah , kita tidak hanya membaca teks, tetapi merasakan dialog langsung dengan Sang Pencipta.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup tidak cukup hanya dengan membacanya. Kita dituntut untuk mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an mengajarkan kita tentang keadilan, kasih sayang, kejujuran, dan ketaatan kepada Allah . Dalam setiap keputusan yang kita buat, Al-Qur’an harus menjadi kompas yang menunjukkan arah kebenaran.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan peradaban. Dalam sejarah Islam, umat yang berpegang teguh pada Al-Qur’an telah menciptakan kemajuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an adalah pedoman universal yang relevan sepanjang zaman.
Di tengah tantangan dunia modern, Al-Qur’an tetap menjadi solusi yang abadi. Al-Qur’an mengingatkan kita untuk tidak tergoda oleh kehidupan duniawi yang sementara dan mengarahkan kita menuju kehidupan akhirat yang kekal. Allah berfirman:
إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَہۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا (الإسراء [١٧]: ٩)
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra: 9)
Maka, hadirin sekalian, mari jadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk memperkuat hubungan kita dengan Al-Qur’an. Mulailah kita tingkatkan dengan membacanya, menerungi maknanya, dan berkomitmen untuk menjadikannya sebagai pedoman hidup di setiap aspek kehidupan. Dengan Al-Qur’an, hati kita akan lebih tenang, langkah kita akan lebih terarah, dan kehidupan kita akan dipenuhi dengan keberkahan.
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Seruan kepada umat Islam untuk hidup berjamaah dan larangan berfirqah-firqah adalah diantara tuntunan yang mulia dari Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا… الاية (آل عمران [٣]: ١٣٠)
“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah.” (QS. Ali ‘Imran: 103)
Ayat ini menegaskan perintah agar umat Islam hidup berjamaah. Hidup berjamaah adalah perintah Allah dan menjadi kewajiban bagi kita untuk mengamalkannya. Dalam bingkai berjamaah itulah umat Islam menemukan keberkahan, kekokohan, dan kemampuan untuk menghadapi segala tantangan di dunia.
Prinsip hidup berjamaah ini telah ditunjukkan secara nyata dalam kehidupan Rasulullah . Beliau adalah sosok pemimpin agung, yang mempersatukan umat dari berbagai latar belakang dan menjadikan syariat Allah sebagai panduan utama.
Rasulullah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ (رواه الترمذي)
“Hendaklah kalian bersama jamaah, karena sesungguhnya tangan (pertolongan) Allah bersama jamaah.” (HR. Tirmidzi)
Melalui hadits ini, Rasulullah menegaskan bahwa keberadaan Allah bersama dengan umat yang bersatu di dalam Al-Jamaah. Al-Jamaah adalah kekuatan yang melindungi umat dari perpecahan.
Contoh nyata kehidupan berjamaah ini adalah praktek dari Nabi yang dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyyin, para khalifah yang mengikuti jejak Rasulullah dengan penuh ketaatan. Mereka memimpin umat dengan keadilan, dan hikmah yang berakar pada ajaran Al-Qur’an.
Saat ini Hidup berjamaah adalah solusi mendasar untuk menghadapi fitnah dan tantangan akhir zaman. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah bin Al-Yaman , Rasulullah memberikan nasihat yang sangat jelas terkait pentingnya hidup berjamaah. Ketika Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah tentang bagaimana menghadapi masa penuh fitnah, beliau bersabda:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ… الحديث (رواه البخارى ومسلم)
“Hendaklah engkau tetap bersama jamaah Muslimin dan imaam mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan panduan abadi dari Rasulullah yang menegaskan bahwa kunci keselamatan di tengah badai fitnah adalah dengan berpegang teguh kepada Jamaah Muslimin dan taat pada Imaam mereka.
Di masa fitnah, ketika kebenaran bercampur dengan kebatilan dan umat dihadapkan pada berbagai godaan duniawi, hidup berjamaah menjadi perisai yang melindungi umat dari perpecahan dan kesesatan.
Al-Jamaah adalah tempat di mana umat saling menguatkan, menasihati dalam kebaikan, dan melindungi satu sama lain dari bahaya fitnah yang dapat menghancurkan iman. Dengan hidup berjamaah, umat memiliki arah yang jelas, pedoman yang kokoh, dan Imaam yang memandu umat Islam menghadapi ujian akhir zaman.
Rasulullah juga memperingatkan bahaya jika umat memilih jalan selain berjamaah. Dalam hadits lain, beliau bersabda:
مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا، فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ (رواه أحمد)
“Barang siapa yang memisahkan diri dari Al-jamaah walaupun sejengkal, maka dia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya.” (HR. Ahmad)
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya bahaya perpecahan. Perpecahan tidak hanya melemahkan kekuatan umat Islam, tetapi juga menjadikan mereka sasaran empuk bagi musuh-musuh Islam. Sebaliknya, persatuan dalam jamaah adalah kunci untuk menjaga kehormatan dan kejayaan umat.
Untuk itu, marilah kita jadikan hidup berjamaah sebagai jalan keselamatan untuk menghadapi fitnah akhir zaman. Marilah kita berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah serta hidup berjamaah di bawah kepemimpinan seorang Imaamul Muslimin.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillah il-Hamd
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Di antara amanah besar yang masih terpikul di pundak umat Islam adalah pembelaan terhadap Masjidil Aqsha, kiblat pertama umat Islam, dan pembebasan Palestina dari penjajahan. Amanah ini bukan hanya tanggung jawab sebagian kecil dari umat, melainkan kewajiban kolektif umat Islam yang mencerminkan kepedulian dari Ukhuwah Islamiyah.
Allah memerintahkan umat Islam untuk memperhatikan kondisi saudara-saudara seiman. Dalam firman-Nya:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ (البقرة [٩]: ٧١)
“Dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah [9]: 71)
Dalam konteks ini, membela Masjidil Aqsha dan Palestina bukan hanya soal solidaritas, tetapi juga bagian dari upaya menegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi identitas kaum Muslimin. Tidak ada tempat bagi umat Islam untuk bersikap acuh, karena penjajahan atas Palestina dan upaya perampasan Masjidil Aqsha adalah bentuk nyata dari kezhaliman yang harus dilawan bersama.
Masjidil Aqsha adalah salah satu tempat suci yang mulia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
سُبْحَانَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًۭا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ (الإسراء [١٧]: ١)
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” (QS. Al-Isra: 1)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Masjidil Aqsha adalah simbol yang tidak hanya memiliki dimensi religius, tetapi juga identitas umat Islam. Membelanya adalah bentuk nyata dari keberpihakan kita terhadap kebenaran dan keadilan. Spirit Ramadhan yang memperkuat rasa keimanan dan kepedulian kepada sesama adalah modal besar yang harus kita lanjutkan dalam perjuangan membela Palestina.
Oleh karena itu, pembebasan Palestina dan pembelaan terhadap Masjidil Aqsha adalah amanah yang tidak bisa dipisahkan dari kewajiban hidup berjamaah. Kita harus bergerak berjamaah, dengan semangat yang terinspirasi oleh nilai-nilai puasa Ramadhan, untuk mendukung mereka yang berada di garis depan perjuangan.
Nasehat untuk kaum muslimah
Wahai para muslimat yang dirahmati Allah
Dengan penuh kasih sayang, Rasulullah memberikan peringatan kepada kita semua, khususnya kaum wanita. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ، فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ. فَقُلْنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ (رواه البخارى ومسلم)
“Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian, karena aku diperlihatkan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah kalian.” Maka para wanita bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa demikian?’ Rasul menjawab, ‘Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri suami (tidak mensyukuri kebaikan suami).'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah peringatan yang penuh cinta dari Rasulullah , yang menginginkan agar umatnya selamat dari azab Allah . Rasulullah tidak menyampaikan hal ini untuk mencela, melainkan agar kita dapat bermuhasabah, mengingat diri kita sendiri, memperbaiki akhlak, dan menjadikan rasa syukur sebagai sifat utama kita dalam kehidupan sehari-hari.
Wahai para muslimat yang berhati lembut… Sadarlah, bahwa rasa syukur kepada pasangan bukan hanya soal penghargaan kepada manusia, tetapi juga bukti ketaatan kita kepada Allah . Mengkufuri suami, atau tidak mensyukuri kebaikan pasangan, adalah cerminan dari lemahnya rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan.
Ketahuilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna, termasuk suami kalian. Namun di balik kekurangannya, Allah telah menjadikannya sebagai penopang hidup kalian, dan di situlah ujian keimanan dan kesabaran kalian.
Wahai para muslimat, janganlah berputus asa atas kesalahan-kesalahan kalian. Allah Maha Pengampun, dan pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa pun yang ingin memperbaiki diri. Jadikanlah peringatan Rasulullah ini sebagai jalan untuk merenungi diri dan memperbarui hubungan dengan pasangan. Berdoalah agar Allah menanamkan rasa syukur yang tulus di hati kita, sehingga rumah tangga yang kita bangun menjadi penuh dengan keberkahan dan keridhaan Allah .
Wahai saudari-saudariku yang mulia…Ketahuilah bahwa Allah melihat setiap usaha kalian, sekecil apa pun itu. Bahkan ketika dunia terasa berat, ketika pengorbanan terasa tak dihargai, yakinlah bahwa semua itu dicatat oleh Allah dan akan menjadi bekal untuk akhirat kelak. Perbaikilah niat, dekatkanlah diri kepada Allah , dan jadikanlah rasa syukur sebagai bekal utama untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh keberkahan.
Semoga Allah menjadikan kalian sebagai wanita-wanita shalihah yang diridhai-Nya, dan menjadikan nasihat ini sebagai pengingat yang menguatkan iman dan akhlak kita semua. Aamiin ya Rabbal Alamin.
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah ,
Sebagai penutup mari kita bedoa pada Allah , mari kita tundukan hati dan pandangan kita bermunajaat pada Allah dengan harapan Semoga Allah menerima amal ibadah kita selama Ramadhan, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita termasuk hamba-Nya yang bertakwa, yang terus melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَهُ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَىٰ، وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيتَ، وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَا. يَا رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعْمَالِنَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْمُتَّقِينَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقَبِّلِينَ فِي الشَّهْرِ الْمُبَارَكِ
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا بَرَكَاتِ الْقُرْآنِ، وَاجْعَلْ الْقُرْآنَ إِمَامًا وَنُورًا لِقُلُوبِنَا، وَمُرْشِدًا لِحَيَاتِنَا، وَحُجَّةً لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ بِمَا جَاءَ فِي كِتَابِكَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُحِبِّينَ لِتِلَاوَتِهِ وَتَدَبُّرِهِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِ الْمُسْلِمِينَ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى. اللَّهُمَّ اخْلَعْ مِنْ قُلُوبِنَا كُلَّ بُغْضٍ وَحَسَدٍ، وَاجْمَعْنَا فِي أُمَّةٍ وَاحِدَةٍ تَحْتَ رَايَةِ التَّوْحِيدِ وَشَرِيعَتِكَ. اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا الْوِحْدَةَ وَالْأُخُوَّةَ الصَّادِقَةَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الدَّاعِينَ إِلَى حَقِّكَ وَنَاصِرِي دِينِكَ
اللَّهُمَّ اجْمَعْنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَحْيَوْنَ بِالْجَمَاعَةِ وَيَمُوتُونَ فِي الْجَمَاعَةِ، وَاجْعَلْنَا مَعَ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ الَّذِينَ يَقُودُونَنَا بِالْعَدْلِ وَالرَّحْمَةِ. اللَّهُمَّ احْفَظْ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ، وَأَلْبِسْهُمْ ثَوْبَ الْقُوَّةِ وَالنَّصْرِ عَلَى أَعْدَائِكَ وَأَعْدَائِهِمْ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا، وَلِإِخْوَانِنَا وَأَخَوَاتِنَا الْمُسْلِمِينَ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الذُّنُوبِ وَالْخَطَايَا، وَارْزُقْنَا تَوْبَةً نَصُوحًا قَبْلَ الْمَوْتِ، وَرَاحَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
Mi’raj News Agency (MINA)