Khutbah Jumat: Allah Tidak Zalimi Hamba-Nya dengan Wabah Virus COVID-19

Oleh Sakuri, Waliyul Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 

Jamaah shalat jumat yang sama-sama mengharap rida dan ampunan Allah

Marilah kita ekspresikan rasa syukur kita kepada Allah dengan melafalkan kata “alhamdulillaah” serta menyampaikan shalawat dan salam kepada junjungan kita Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai wujud pengamalan perintah Allah dalam Surat An-Naml (59):

قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَىٰ ۗ آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ

“Katakanlah: Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?”

Khatib juga mengajak kepada seluruh jamaah shalat jumat untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai perwujudan pengamalan perintah Allah dalam Surat Al-Ahzab 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Selanjutnya dari mimbar ini, khatib mewasiatkan untuk dirinya dan seluruh jamaah shalat jumat untuk senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah, karena sebaik-baik perbekalan itu takwa, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197).

 

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dizalimi (dianiaya, dirugikan).” (QS. Al-Baqarah: 281)

 

Jamaah shalat jumat yang sama-sama mengharap rida dan ampunan Allah.

Users Manual, Owners Manual, Operating Instructions ataupun User Guide adalah buku petunjuk penggunaan peralatan yang kita beli baik itu barang elektronik, peralatan rumah tangga, kendaraan atau lainnya.

Isinya berupa petunjuk hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan pada waktu pengoperasian, cara perawatan, spesifikasi teknis dan terakhir biasanya berupa petunjuk apabila terjadi masalah (trouble shooting), hal yang sering ditanyakan (frequently asked question/FAQ) dan daftar alamat yang harus dihubungi bila terjadi sesuatu.

Buku petunjuk penggunaan selalu disertakan, bahkan untuk peralatan tertentu yang sifatnya sangat berbahaya. Peralatan tersebut disamping dibungkus sangat rapat juga di dalam kemasannya dituliskan keharusan membaca buku manual sebelum memulai untuk memakainya, “Please read before use”.

Kesemuanya itu dirancang pabrikan selaku produsen untuk memberi kenyamanan kepada konsumennya. Tidak ada maksud sedikit pun produsen untuk mencelakakan atau menzalimi konsumennya.

Jamaah shalat jumat yang sama-sama mengharap rida dan ampunan Allah.

Al-Quran adalah lebih dari sekedar Users Manual, Owners Manual, Operating Instructions ataupun User Guide.

Al-Quran adalah kitab suci yang tidak ada keraguan di dalamnya, memberikan petunjuk, guidance, berita mengenai keadaan, kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau maupun di masa yang akan datang, diinformasikan secara detail dan ilustratif.

Demikian pula dengan (COVID-19). Tidak ada maksud sedikit pun Allah untuk mencelakakan atau menzalimi hamba-Nya dengan wabah ini, tetapi wabah ini akibat ulah manusia itu sendiri yang tidak mau mengikuti Operating Instructions ataupun User Guide dari Allah.

 

Allah berfirman dalam surat Thaha ayat 2 dan 3:

مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ

“Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (Thaha ayat 2)

 

إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ

“Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (Thaha ayat 3).

 

Allah juga berfirman dalam surat An-Naml ayat 1 dan 2:

 

طس ۚ تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ

“Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Quran, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan.”

 

هُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman.”

 

Jamaah shalat jumat yang sama-sama mengharap rida dan ampunan Allah.

Terkait teror merebaknya wabah virus corona yang melanda dunia saat ini adalah akibat sebagian umat manusia tidak mengikuti guidence Al-Quran.

Allah berfirman dalam surah An-Nisaa’ ayat 79:

 

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.”

Allah tidak menganiaya hamba-Nya sedikit pun.

 

Dalam Al-Quran Surah An-Nisaa’ ayat 40, Allah SWT berfirman:

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضاعِفْها وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. Dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dari sisi-Nya pahala yang besar.”

 

Dalam hadits pun disebutkan:

وَعَن أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ صَ اللَّهُ عَلَيهِ وَ سَلَم فِيمَا يَروِيهِ عَن رَبِّهِ، قَالَ: “يَا عِبَادِي إِنِّ حَرَّمتُ الظُلمَ عَلَى نَفسِي، وَجَعَلتُهُ بَينَكُم مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا…”

Dari Abi Dzar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam apa yang Nabi riwayatkan dari Rabbnya (hadits qudsi), Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku haramkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah saling menzalimi.”

Hadits ini adalah dalil bahwasanya Allah mampu berbuat terhadap hamba-hamba-Nya, tetapi Allah tidak ingin berbuat zalim. Maka Allah menegaskan hal tersebut untuk menunjukkan betapa adilnya Allah.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Kahfi 49 dan Fushshilat 46:

 

وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

“Dan Rabbmu tidaklah zalim kepada siapa pun.” (Al-Kahfi: 49)

 

وَمَا رَبُّكَ بِظُلاَّمٍ لِلعَبِيدِ

“Dan Rabbmu sama sekali tidak berbuat zalim pada hamba-hamba-Nya.” (Fushshilat: 46)

 

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran Surat Ghafir ayat 17:

 

لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ

“Tidak ada kezaliman hari ini.” (Ghafir: 17)

 

Macam-macam kezaliman

 

Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

 

الظلم ثلاثة: فظلم لا يتركه الله، و ظلم يغفر، وظلم لا يغفر، و أما الظلم الذي لا يغفرفا الشرك لا يغفر الله، و أما الظلم الذي يغفر فظلم العبد فيما بينه و بين ربه، و أما الظلم الذي لا يترك فظلم العبد فيقتص الله بعضهم من بعد

Kezaliman ada tiga macam, yaitu: kezaliman yang tidak akan Allah biarkan, kezaliman yang diampuni dan tidak diampuni. Kezaliman yang tidak diampuni adalah syirik, Allah tidak mengampuni kemusyrikan. Kezaliman yang diampuni adalah kezaliman terkait hamba dan hak Rabbnya. Kezaliman yang tidak Allah biarkan adalah kezaliman antara hamba dengan hamba Allah akan qisas sebagian dengan yang lain.” (HR. Abu Daud)

 

Tiga macam kezaliman

  1. Zalim antara hamba dengan Rabbnya dan ini adalah syirik. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya kemusyrikan adalah kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

  1. Zalim antara hamba dengan hamba yakni atta’addi (melampau batas terhadap orang lain). Atta’addi mencakup tiga hal, yakni melampau batas terhadap: a) Harta orang lain dengan mencuri, merampok, mengambil haknya. b) Darah orang lain dengan memukuli, melukai bahkan membunuh. c) Nama baik dan kehormatan orang lain dengan mencaci maki, ghibah, menggunjing dan yang lain.
  2. Zalim terhadap diri sendiri, dengan bermaksiat dan melakukan keburukan. Zalim jenis ini hukumnya haram dan termasuk salah satu dosa besar.

Kalimat “Aku haramkan kezaliman atas Diriku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian”, merupakan larangan zalim terhadap sesama manusia. Kalimat “Maka janganlah saling menzalimi” adalah taukid (penegasan) untuk kalimat “Dan Aku menjadikannya haram di antara kalian”. Zalim buruk secara syariat dan akal sehat. Orang yang berbuat kezaliman diancam dengan azab.

 

Allah Ta’ala berfirman Thaha ayat 111:

وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا

“Sungguh menyesal orang yang memikul kezaliman.” (Thaha: 111)

 

Jamaah shalat jumat yang sama-sama mengharap rida dan ampunan Allah.

Bentuk-bentuk kezaliman manusia atas manusia yang masih berlangsung hingga kini terhadap umat muslim di Palestina, Myanmar, India dan diberbagai belahan dunia lainnya harus segera diakhiri.

Demikian juga stigma radikalisme dan terorisme yang disematkan pada penganut Islam yang mengancam dunia, sudah seharusnya segera diakhiri pula.

Sekarang dunia sedang perang global melawan teror baru COVID-19 yang mengancam nyawa umat manusia.

 

Semoga wabah COVID-19 ini segera berakhir.

Dengan berakhirnya wabah ini, semoga semakin menyadarkan mereka, tidak ada lagi stigma Islam teroris yang membatasi pelaksanaan ibadah yang dialami oleh sebagian kaum muslimin di berbagai negeri.

Semoga tidak ada lagi aneksasi, okupasi, pencaplokan wilayah Palestina, membuldoser rumah-rumahnya, membunuh bayi-bayinya, anak-anaknya, ibu-ibunya, orang-orang tuanya dan warganya, merebut kotanya menjadi ibu kota penjajah dan merebut masjid suci kaum Muslimin, Masjid Al-Aqsa, seperti maunya para penjajah yang dikemas dalam Deal of Century itu.

Semoga pula tidak ada lagi dominasi bangsa atas bangsa lain, tidak ada lagi sesumbar kesombongan. “Tidak ada kekuatan yang dapat mengguncang pondasi negara besar ini,” seperti kata Presiden Cina Xi Jinping, itu yang justru mengundang munculnya wabah Wuhan.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Ya Allah jagalah kami dari segala bala, wabah, kelaparan, kemudaratan, kekejian, kemunkaran, kesesatan, kesulitan, segala fitnah, penyakit menular dan segala ujian baik yang zahir atau yang batin di negri kami khususnya dan di negri-negri kaum muslimin umumnya  karena sesungguhnya Engkau Rabb Maha Kuasa atas segala sesuatu. (A/RS5/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments are closed.