Oleh: Widi Kusnadi, Sekertaris Redaksi Mi’raj News Agency (MINA)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ .وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. اما بع
Kaum Muslimin rahimakumullah
Allah berfirman dalam surat Hud ayat 118:
Artinya: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Ayat di atas adalah ayat pluralitas yang menegaskan bahwa kebhinekaan dalam kehidupan manusia suatu hal yang niscaya. Keragaman prilaku keagamaan, adat istiadat, ras, suku bangsa dan bahasa adalah sunatulalh yang tidak bisa di hindarkan.
Maasyirol Muslimin rahimakumulloh..!!
Islam yang rahmatan lil ‘aalamin, adalah sebuah ungkapan nyata bahwa Islam adalah agama yang disebarkan melalui dakwah dengan cara yang damai serta memberi rahmat bagi semesta alam, di sampaikan dengan santun dan penuh dengan etika yang beradab.
Islam adalah agama dakwah untuk semua ummat manusia, namun demikian Islam juga sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama dan Islam tidak membolehkan adanya paksaan dalam dakwah Islamiyah. Dengan tegas Allah berfirman:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Artinya: “Tidak ada paksaan memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Islam adalah agama yang haq yang datang dari Allah SWT sehingga semestinya harus menjadi pilihan setiap manusia dan wajib diikuti. Allah mewajibkan setiap manusia untuk memilih iman dan menolak kekufuran.
Namun demikian, Allah tetap memberi kebebasan bagi setiap orang bebas memilih iman atau kakafiran.
Sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 29:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
“Dan katakanlah (Muhammad): “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
Tentu saja dengan ketentuan barang siapa telah memilih iman, maka tidak ada jalan baginya untuk melepaskanya. Karena Islam juga tidak mentolerir adanya murtad dan permutadan dari ajaran Islam. Mereka yang telah memilih iman berarti benar dan menang, sedang yang memilih kekafiran berarti salah dan kalah.
Jamaah Jumat Rahimakumullah…!!
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Tuntunan Islam juga telah dicontohkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad
Dalam rangka menjaga hubungan antar umat beragama di kota Madinah, Nabi SAW membuat Piagam Madinah yang berisikan nilai, norma hokum dan aturan hidup dalam ke-bhineka-an dan kemajemukan masyarakat Madinah kala itu. Di Makkah pun Nabi sudah terbiasa bermu’amalah dengan orang-orang di luar Islam. Bahkan suati ketika Nabi bersabda:
Barang siapa yang mendzalimi seorang mu’ahid (ahludzzimah), atau mengurangi haknya, atau membebaninya diluar kemampuanya, atau mengambil sesuatu darinya yang bukan haknya, maka aku akan menjadi lawanya pada hari kiamat”. (HR. Abu Daud).
Jamaah jumat rahimakumullah…!!
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Manusia yang berjiwa besar adalah manusia yang mampu menghargai pendapat orang lain meski itu bertolak belakang dengan pendapatnya. Sedangakan manusia yang berjiwa kerdil adalah manusia yang tidak mau menndengar pendapat orang lain karena merasa pendapatnya lah yang paling benar.
Saat ini realitanya…kita sedang menghadapi krisis p;enghargaan dan penghormatan terhadap orang lain. Terkadang beda dasar dikatakan kesasar, beda pendapat dikatakan sesat, beda tafsir dikatakan kafir, beda sudut pandang dikatakan pecundang, bahkan kadang mencaci maki orang yang berbeda pendapat, padahal Nabi SAW dan para sahabat tidak pernah berlaku seperti itu. Atau mari kita lihat contoh debat yang bermartabat anatara sahib at Abu Bakar dan Umar dalam hal hokum bagi yang ingkar zakat atau kita lihat indahnya adu argument antara Ima Syafi’I dan Imam Malik dala doa qunut.
Sikap kita tentunya adalah harus tasamuh, menghormati, menghargai karena berbeda bukan berqrti saling men cela. Tak serupa bukan berarti tidak bisa bekerja sama. Perbedaan bukan alas an untuk kita bersam-sama menggapai cita dan harapan.
Bukankah kita diciptakan dari dua insan yang berbeda yaitu laki-laki dan wanita, kakek nenek buyut kita Adam dan Hawa. Kita lahir di Indonesia lahir dengan keberagaman suku dan bahasa. Indonesia dengan lebih dari 17 ribu pulau, 1.300 suku dan 500 bahasa. Ini merupakan karunia Ilahi yang tidak sedikit bangsa lain yang iri melihat bangsa kita. Inilah Indonesia, inilah keberagaman yang ada, mari kita jaga, kita rawat agar bangsa ini tetap jaya, disegani lawan dan dihormati lawan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Tidaklah sempurna iman seseorang, manakala kesalehan pribadi tidak membawa dampak positif bagi prose perdamain dan persatuan. Mari kita dakwahkan Islam ini sebagai agama perdamainan, agama persatuan, agama yang memberi rahmat bagi semesta alam.
Marilah kita perkokoh persatuan dan kesatuan umat, dengan mengamalkan hidup berjam’ah. Kita tinggalkan pertikaian dan permusuhan, dan kita songsong tantangan masa depan denagan semangat membangun negeri, dalam ridha Ilahi.
Semoga lewat Khutbah jumat siang ini, kita akan menjadi orang-orang yang bisa saling menghargai tanpa saling menyakiti, menjadi orang-orang yang berjuwa besar dengan menjunjunng tinggi nilai-nilai peradapan dan kemanusiaan dan mampu selalu menghargai pendapat orang lain. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang berjala lurus di jlan yang diridhai-Nya. Aamiin. (A/Sj)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an