Oleh : M. Amin Nuroni, Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Mus;\limin (Hizbullah)
Khutbah Pertama:
الْحَمْدَ ِللهِ اَّلذِى اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ الجَمَاعَةِ وَنَهَانَاعَنِ الْاِخْتِلَافِ وَالتَّفَرُّقَةِ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ نَبيُّ رَحْمَةُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيِّبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ هُدَا تِ الْاُ مَّةُ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
اَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدً* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اَمَّا بَعْد,
فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ
Para hamba Allah, sidang Jumat rahimakumullah.
Khoiro ummah tidak hanya sebagai kemuliaan yang melekat secara otomatis kepada kaum Muslimin, namun mendgandung konsekuensi sekaligus tantangan sebagai upaya untuk mewujudkannya agar mampu tampil berperan dalam panggung sejarah dunia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Allah Ta’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyeru (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekirnya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali Imran 110)
Imam Ibnu Katsir berkata, ayat ini mengabarkan tentang umat Muhammad Shalallahu A’laihi Wasalam bahwa mereka adalah sebaik-baik umat meskipun khithob ayat ini ditujukan kepada kaum muslimin yang hidup bersamanya, namun berlaku secara umum bagi seluruh umatnya disetiap abad, setiap keadaan.
Sahabat Abu Hurairah RA., berkata, yang dimaksud dengan khoirul ummah adalah umat Islam dan kita adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, maka kita harus mengajak manusia kepada ajaran Islam. (Imam At-Thobari dalam tafsirnya).
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Ibnu Abbas berkata, khoirul ummah adalah mereka para sahabat yang turut hijrah bersama Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam dari kota Mekah ke Madinah dan ikut serta dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah.
Sahabat Umar bin Khoththab pernah berkata, siapa saja yang memenuhi kriteria pada ayat di atas maka mereka layak menyandang predikat khoirul umah.
Terkait dengan ayat ini Imam Al Qurthuby mencantumkan sebuah hadis dari Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam, yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidup di masaku (kurunku), kemudian orang yang sesudah mereka, kemudian orang yang sesudah mereka.” (HR. Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat Ibnu Mas’ud)
Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam menjadi yang terdepan dalam berbagai kebaikan karena Nabi mereka Muhammad Shalallahu A’laihi Wasalam adalah manusia yang paling mulia dan utusan Allah yang paling terhormat. Allah mengutus beliau dengan syariat yang sempurna lagi agung yang tidak diberikan kepada seorang Nabi maupun Rasul sebelumnya. (Ibnu Katsir)
Generasi terbaik ini merupakan hasil sentuhan pendidikan manusia termulia Muhammad Shalallahu A’laihi Wasalam sehingga lahirlah generasi sesudah beliau, generasi terbaik dengan kriteria ;
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Para pemimpin yang penuh kesungguhan dalam berpegang teguh kepada Al-Quran
Generasi yang memiliki sikap keberanian dalam mengakkan nilai kebenaran dimanapun berada dan terhadap siapapun yang menjadi obyek dakwahnya.
Generasi yang memiliki adab dan akhlak yang mulia yang tidak berubah dalam setiap kondisi apapun.
Pertanyaanya, apakah predikat sebaik-baik umat hanya layak bagi muslimin di masa Rasulullah? tentu tidak, karena predikat itu mesti dimiliki dan ada pada setiap masyarakat muslim kapan dan dimanapun berada.
Kalimat أُخْرِجَتْ, dikeluarkan, menurut Imam Jalalain bermakna اَظْهَرَتْyang berarti nampak/jelas, demikian pula dikatakan oleh imam al maraghi dalam tafsirnya. Sedangkan menurut Sayid Quthb kalimat ini adalah bentuk fiil majhul yang artinya dikeluarkan, dilahirkan, dan diorbitkan. Ini mengesankan ada tangan pengatur yaitu Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dan adanya gerakan rahasia yang terus bekerja mengorbitkan umat kepanggung eksistensi, memiliki peranan, kedudukan, dan nilai perhitungan dikancah dunia.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Dari sini dapat dipahami oleh muslimin, bahwa predikan umat terbaik tidak secara otomatis melekat, namun lebih dari itu, mereka memiliki tanggung jawab bagaimana menjadi khairul ummah dalam arti melalui proses internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata.
Sehingga khoirul ummah tidak hanya utopia, yaitu system sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan/hayalan dan sulit atau bahkan tidak mungkin diwujudkan pada kenyataan. Melainkan meyakini kepada system hidup yang ada dalam Al Quran dan Sunnah, bahwa Allah akan jaga keasliannya dan dijamin kemudahannya dalam mengamalkan isinya dimanapun berada.
Hamba Allah, Jamaah Jumat rahimakumullah.
Konsekunsi menjadi khaorul umah menurut Sayid Quthub adalah:
Memelihara kehidupan dari kejahatan dan kerusakan
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Hal ini diisyaratkan pada kalimat تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ yang mengharuskan mereka mempunyai kekuatan untuk amar ma’ruf dan nahyi mungkar dibarengi iman kepada Allah Ta’ala, sehingga ayat di atas memberikan kriteria yang pertama bagi khoirul umat adalah amar ma’ruf nahyi munkar dan beriman kepada Allah.
Prof. Hamka memahami kriteria khoirul umah secara terbalik, dimulai dari beriman kepada Allah, berani nahyi munkar dan melakukan amar ma’ruf. Sementara Quraisy Shihab dan Sayid Quthub tetap memahami ayat ini sesuai urutan redaksinya.
Kriteria “iman” menjadi urutan ke tiga setelah amar maruf dan nahyi mungkar karena iman menjadi timbangan yang benar terhadap tata nilai dan timbangan dari kriteria makna ma’ruf, kebernaran dan makna munkar, keburukan.
Keimanan juga menjadi pijakan para dai dalam berdakwah karena sulit dan beratnya medan dakwah yang harus mereka hadapi. Sementara perintah berdakwah adalah hal yang wajib bagi setiap muslim, seperti sabda Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasallam;
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
Menegakkan aturan dan hukum Allah
Hal ini diisyaratkan pada kalimat وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ yang menegaskan tentang keberadaan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dimana mereka adalah kaum yang Allah muliakan dan pilih dengan dihadirkannya para Rasul dan Nabi yang membawa kitab suci di tengah-tengah mereka. Namun, kemudian mereka mendustakan para utusan Allah itu bahkan meninggalkan ajaran kitab sucinya. Maka disebabkan keingkarannya, Allah jadikan mereka dari manusia pilihan menjadi kaum yang hina bahkan Allah melaknat mereka hingga hari kiamat.
Hal ini hedaknya menjadi pelajaran bagi umat Nabi Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam, agar dapat menang dan dimuliakan oleh Allah Ta’ala hendaknya mereka selalu teguh dan istiqomah di atas tauhid yang benar, serta konsisten terhadap Al-Quran dan Sunnah dalam menjalankan hukum-hukumnya.
Syarat menjadi khoirul umah
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
Upaya agar umat terbaik melekat pada tubuh kaum muslimin, Prof. Hamka berkata, hendaknya muslimin memiliki sikap:
– Berani beramar ma’ruf
– Berani nahyi munkar
– Teguh dalam keimanan.
Inilah yang Sayid Quthub katakan, bahwa khairul ummah itu hanya layak disandang oleh umat Islam sebab ia mempunyai akidah, peraturan, akhlak, pengetahuan dan ilmu kebenaran sebagai hak mereka menjadi kholifah dimuka bumi yang harus di tunaikan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
(A/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa