Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini berjudul: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk mendapatkan pendidikan.
Peran orang tua dalam menanamkan karakter kepada anak sangat tergantung pada bagaimana pola asuh yang diterapkan untuk anak-anaknya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Al-Qur’an telah menyuguhkan beberapa kisah antara orang tua dan anak, selain kisanya Istri Imran terhadap Maryam, ada juga kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail, Nabi Ya’qub dan anaknya Yusuf Alaihimus Salam, serta kisah Luqman dan putranya. Kisah-kisah tersebut telah menunjukkan berbagai bentuk pola asuh yang sangat menakjubkan.
Pola asuh yang diterapkan istri Imran terhadap Maryam telah menjadikannya wanita pilihan karena sifat-sifatnya yang mulia dan kelebihan khusus yang tidak akan dimiliki oleh wanita seluruh dunia.
Khutbah secara lengkapnya sebagai berikut:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta keluarganya, para sahabatnya serta kaum Muslimin dan muslimat semuanya hingga akhir zaman.
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Mari kita tingkatkan amal ibadah, dengan melaksanakan syariat yang wajib dan sunnah, senantiasa meneladani kehidupan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyiapkan generasi terbaik para pembebas Masjidil Aqsa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa”, Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran [3] ayak ke-35–37, yang berbunyi:
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ) ٣٥. (فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰى وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ) ٣٦ ( (ال عمران ]٣[: ٣٥-٣٦)
“(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk. (QS. Ali Imran [3]: 35-36)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Istri Imran adalah ibu dari Siti Maryam Alaiha Salam, namanya Hannah binti Faquz.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Hannah adalah seorang wanita yang belum pernah hamil. Pada suatu hari, ia melihat seekor burung sedang memberi makan anak-anaknya, Lalu, ia menginginkan agar kiranya dirinya dikaruniai seorang anak.
Kemudian ia berdoa kepada Allah Ta’ala semoga Dia menganugerahinya seorang putra. Allah Ta’ala pun memperkenankan doanya itu. Hannah pun hamil.
Ketika masa hamilnya telah tua, ia bernazar bahwa anaknya kelak akan dipersembahkan untuk berkhidmat kepada Baitul Maqdis. Untuk itu ia berkata, seperti yang disebutkan dalam firman Allah di atas.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Pada ayat di atas, Al-Qur’an tidak menyebut nama istri Imran secara langsung. Al-Qur’an mengungkap seseorang melalui gelarnya seperti istri Imran, dan sebagainya. Hal itu mengisyaratkan bahwa kisah serupa akan terulang di lain waktu.
Maka, kaidah tersebut mengisyaratkan bahwa kisah istri Imran dalam mendidik anaknya, dapat terulang kembali walaupun dengan bentuk dan kapasitas yang berbeda.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk mendapatkan pendidikan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Peran orang tua dalam menanamkan karakter kepada anak sangat tergantung pada bagaimana pola asuh yang diterapkan untuk anak-anaknya.
Al-Qur’an telah menyuguhkan beberapa kisah antara orang tua dan anak, selain kisanya Istri Imran terhadap Maryam, ada juga kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail, Nabi Ya’qub dan anaknya Yusuf Alaihimus Salam, serta kisah Luqman dan putranya. Kisah-kisah tersebut telah menunjukkan berbagai bentuk pola asuh yang sangat menakjubkan.
Pola asuh yang diterapkan istri Imran terhadap Maryam telah menjadikannya wanita pilihan karena sifat-sifatnya yang mulia dan kelebihan khusus yang tidak akan dimiliki oleh wanita seluruh dunia. Sebagaimana Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ )رواه الترمذي عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
“Cukuplah bagimu dari wanita (penghulu) dunia adalah Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad serta Asiyah isteri Fir`aun.” (HR. Tirmidzi, dari Anas radliallahu `anhu).
Di antara pelajaran yang dapat diperoleh dari pendidikan keluarga Imran adalah:
Pertama: menjadi orangtua yang sholeh dan berperilaku mulia.
Imran dan Istrinya adalah keluarga yang istimewa, mereka bukan sosok nabi dan rasul, tetapi mereka berdua adalah orang shalih yang berprilaku mulia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Maka mereka memiliki kedudukan dan kemuliaan di sisi Allah Ta’ala. Allah memilih keluarga Imran sebagai uswah (suri tauladan) bagi manusia, dengan disebutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an.
Allah Ta’ala mengaruniakan kepada keluarga Imran keutamaan-keutamaan, sifat-sifat yang luhur, ilmu bermanfaat, amal perbuatan yang shalih dan keistimewaan-keistimewaan lainnya.
Hal itu telah diketahui oleh masyarakat pada masa itu. Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا (مريم] ١٩[:٢٨)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
“Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangainya dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.” (QS. Maryam [19]: 28).
Kedua: menyiapkan generasi
Betapa peran seorang istri sebagai ibu bagi putra-putrinya adalah peran sentral. Menyiapkan seorang ibu dengan baik berarti menyiapkan sebuah generasi istimewa. Sebaliknya, mengabaikan kriteria calon istri merupakan awal hambatan lahirnya generasi yang baik.
Kesalehan istri Imran tampak jelas dalam ayat di atas. Ketika hamil, ia terus memohon dan bernazar pada Allah Ta’ala agar anaknya itu menjadi hamba terpilih, taat, dan mengabdi untuk Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Syaikh Raghib Al-Asfahani mengatakan, bahwa nazar adalah perbuatan yang diwajibkan terhadap diri sendiri, bukan kerena tuntutan syariat.
Selama mengandung, istri Imran melakukan perbuatan-perbuatan baik, selain yang wajibkan Allah Ta’ala. Ia berdoa sambil meratap dan menangis, demikian menurut beberapa riwayat.
Hannah bermohon, kiranya Allah Ta’ala mengabulkan permintaannya, yaitu menjadikan janin yang dikandungnya kelak menjadi seorang muharran, berkhidmat di Baitulmaqdis.
Ketiga: memberi nama yang bagus
Setelah istri Imran melahirkan anak perempuan, beliau memberi nama Maryam, “wa inni sammaituha maryam.” Ayat ini juga sebagai dalil diperbolehkannya menamai anak pada hari kelahirannya.
Maryam artinya ahli ibadah, Az-Zamakhsayari Rahimahullah dalam tafsirnya “Al-Kasyaf” menjelaskan, bahwa pemberian nama Maryam bukan tanpa maksud. Istri Imran pada awalnya sangat menginginkan anak laki-laki agar dapat menjadi ahli ibadah, yang mengabdikan dirinya untuk Baitul Maqdis karena kondisi sosial saat itu hanya laki-laki yang boleh mengabdi di sana.
Meskipun akhirnya istri Imran melahirkan anak perempuan, hal itu tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap menjadikan putrinya sebagai pengabdi.
Kisah keteguhan istri Imran menyiratkan bahwa, pola asuh yang dilakukan istri Imran salah satunya adalah memberi nama kepada anak sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Keempat: mengasuh dengan pendidikan yang baik
Ketulusan dan keikhlasan yang sempurna dalam bernazar serta keridhaan hati dalam menerima ketentuan Allah Ta’ala membuahkan hasil. Yakni Allah menerima nazarnya dan menjaga pertumbuhan anaknya dengan mendapat pendidikan yang baik, akhlak yang mulia dan bahasa yang santun.
Mendidik dan mengasuh artinya mencurahkan perhatian, membina dengan kasih sayang, mengajari akidah dan ilmu dengan hikmah serta menasihati dengan lembut.
Maka dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsa, langkah yang penting kita lakukan adalah mempersiapkan generasi pembebas Masjidil Asqa, sebagaimana yang dilakukan ibunda Maryam dengan mengasuh dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah, beberapa hikmah dan pelajaran dari keluarga Ali Imran. Semoga kita semua dapat mempersiapkan generasi yang sholeh dan sholehah, menjadi pembebas Baitul Al Maqdis. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)