Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat pada kesempatan kali ini berjudul Menjaga Harmoni Kehidupan.
Menjaga harmoni dalam kehidupan sangat lah penting, terutama pada saat sekarang ini, di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang begitu pesat.
Menjaga harmoni dalam kehidupan masyarakat menjadi kewajiban bagi semua warga, dan menjadi tanggung jawab bersama.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam
Menjaga harmoni dalam kehidupan masyarakat tidak hanya membangun harmoni sosial, tetapi juga mendatangkan pahala besar bagi pelakunya. Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita menjadikan upaya penyebaran berita yang benar sebagai bagian dari misi hidup kita.
Untuk khutbah selengkapnya, silakan simak berikut ini:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada kita. Di antara nikmat utama yang diberikan kepada manusia adalah nikmat bersaudara, hidup rukun, damai, aman dan bahagia.
Atas limpahan nikmat-nikmat tersebut, marilah kita mensyukurinya dengan terus memelihara dan meningkatkan iman dan takwa. Takwa secara umum yaitu dengan menjalankan ibadah, ikhlas hanya kepada-Nya, serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya, seraya berharap ampunan-Nya.
Kiranya, kita semua mampu menjaga keharmonisan di tengah-tengah masyarakat, mewujudkan perdamaian, menegakkan keadilan dan menghapus penjajahan di atas dunia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Menjaga Harmoni Kehidupan.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Surah An-Nisa [4] ayat ke-114, yang berbunyi:
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْواهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغآءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً (النسآء [٤]: ١١٤)
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf. atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar.” (QS An-Nisaa [4]: 114)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Ayat di atas mengajarkan, bahwa pembicaraan manusia dinilai baik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila berisi tiga hal, yaitu: menyuruh manusia bersedekah, berbuat ma’ruf dan mendamaikan sesama manusia.
Apabila ketiga hal itu bisa dilakukan, maka akan terwujud suasana harmoni di tengah-tengah kehidupan sosial bermasyarakat.
Sedekah, perbuatan ma’ruf, dan upaya perdamaian adalah tiga hal utama dalam Islam yang sangat ditekankan untuk menciptakan ketentraman dan kedamaian, baik secara individu, maupun dalam kehidupan sosial.
Ketiga perbuatan itu memiliki dimensi spiritual dan sosial yang sangat kuat, sehingga dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan masyarakat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Nilai-nilai tersebut tidak hanya mendekatkan seorang Muslim kepada Allah Ta’ala sebagai Rabbnya, tetapi juga berperan dalam membangun masyarakat yang aman dan damai.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Sedekah merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah Ta’ala yang diajarkan kepada hamba-Nya. Sedekah adalah jalan yang dapat mendekatkan hubungan antar manusia, menjadikan hati penuh cinta, dan menghilangkan rasa iri dengki.
Sedekah dapat menumbuhkan rasa empati dan solidaritas antarindividu. Ketika manusia saling peduli dan membantu, suasana saling menghormati dan menghargai akan tercipta, yang pada akhirnya membawa harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Sedekah juga dapat menjadi sarana untuk menanamkan sifat rendah hati pada orang-orang yang mampu, serta membangkitkan rasa syukur bagi yang menerimanya.
Dalam konteks masyarakat, sedekah juga membantu menjaga stabilitas sosial.
Adapun, definisi ma’ruf adalah segala perbuatan baik yang dikenal dan diakui manusia sebagai kebajikan, diterima oleh akal sehat serta ajaran agama.
Perbuatan ma’ruf meliputi semua amal saleh yang membawa kebaikan dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Al-Qur’an, kata ma’ruf sering dikaitkan dengan perintah untuk berbuat baik kepada sesama manusia, termasuk kepada keluarga, tetangga, fakir miskin dan kaum dhuafa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Perbuatan ma’ruf sebagai pangkal dari segala kebaikan, yang akan membawa manusia kepada kecintaan dan keridhaan Rabbnya, serta mewujudkan kehidupan yang tenteram, dalam suasana keakraban dan penuh kasih sayang.
Para ulama menegaskan, perbuatan ma’ruf bukan hanya diukur dari sisi niat saja, tetapi hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang penuh hikmah, kebijaksanaan, lemah lembut, dan penuh kasih sayang.
Dalam konteks kehidupan sosial, di era kemajuan teknologi informasi saat ini, membuat konten berita yang positif dan menyebarkan informasi yang benar adalah perbuatan ma’ruf yang mendatangkan manfaat besar dalam kehidupan.
Tindakan itu tidak hanya membangun harmoni sosial, tetapi juga mendatangkan pahala besar bagi pelakunya. Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita menjadikan upaya penyebaran berita yang benar sebagai bagian dari misi hidup kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Hal itu sejalan dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.(رواه مسلم)
“Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Di sisi lain, menyebarkan informasi palsu, fitnah atau berita yang tidak jelas sumber dan keasliannya, merupakan perbuatan dosa besar. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ (رواه مسلم)
“Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menyampaikan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, berhati-hati dalam menyampaikan berita dan informasi adalah wujud dari tanggung jawab moral dan sosial, sebagai insan beragama dan sebagai warga masyarakat.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Selanjutnya, mengenai perdamaian antar manusia, Imam At-Thabari Rahimahullah menjelaskan, maksud ayat إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ adalah memperbaiki hubungan antara dua pihak yang berselisih, perbedaan pendapat, maupun yang berkonflik.
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari Abu Darda’ Radhiallahu anhu, yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلِ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلَاةِ، وَالصِّيَامِ وَالصَّدَقَةِ؟ ” قَالُوا: بَلَى. قَالَ: إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ” قَالَ: وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ (رواه ابوداود)
“Maukah kalian aku beritahukan hal yang lebih utama daripada pahala puasa, salat, dan zakat?” Mereka menjawab, “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Nabi bersabda, “Mendamaikan orang-orang yang bersengketa.” Nabi Saw. bersabda pula, “Kerusakan (yang ditimbulkan oleh) orang-orang yang bersengketa adalah Al-Haliqah (yang menghabiskan segala sesuatu).” (HR Abu Dawud)
Pembicaraan untuk mendamaikan di antara manusia yang sedang berselisih dan bersengketa, adalah amalan mulia, meski hal itu terkadang harus dirahasiakan (tidak disiarkan kepada publik), bahkan jika terpaksa harus berbohong, maka hal itu diperbolehkan.
Dalam hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ: يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ، وَفِي الْحَرْبِ، وَيُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ.(رواه الترمذي)
“Tidaklah diperbolehkan berbohong kecuali dalam tiga hal: seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya (untuk menyenangkannya), berbohong sebagai strategi dalam peperangan, dan untuk mendamaikan antara manusia.” (HR. At-Tirmidzi)
Untuk dapat melaksanakan ketiga perintah di atas, maka Allah Ta’ala mensyariatkan kaum Muslimin agar hidup berjamaah. Kehidupan berjamaah menjadi salah satu dasar dalam membangun masyarakat yang harmoni.
Persatuan umat adalah wujud nyata dari ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), yang diikat dengan iman dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ciri utama kehidupan berjamaah adalah adanya kebersamaan, kerjasama, dan saling mendukung demi mendapatkan ridha dan ampunan dari Allah Ta’ala.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan, ketaatan kepada pemimpin merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Umat Islam wajib mentaati imaam selama tidak memerintahkan kepada maksiat.
Sementara Imam Al-Ghazali Rahimahullah menekankan pentingnya hidup berjamaah sebagai sarana menjaga keharmonisan masyarakat.
Semoga kita semua mampu mengamalkan kehidupan berjamaah, menjaga harmoni dalam kehidupan, menegakkan keadilan dan bersama-sama berjuang menghapus penjajahan di atas dunia. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)