Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Mensyukuri Karunia Umur

Ali Farkhan Tsani Editor : Rendi MS - 14 detik yang lalu

14 detik yang lalu

0 Views

Ali Farkhan Tsani (Dok MINA)

SEMAKIN hari kita semakin bertambah umur. Dan itu berarti semakin berkurang jatah kita hidup di dunia. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana umur kita bisa digunakan untuk amal shalih, sebagai bentuk syukur kita kepada Allah.

Untuk lebih memaknai karunia umur, berikut Khutbah Jumat: mensyukuri Karunia Umur, yang ditulis oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency).

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ

وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ،

Baca Juga: Khutbah Jumat: Pendusta Agama

صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.  أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ   اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا  يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Kaum Muslimin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, yang telah mempertemukan kita kembali dengan Sayyidul Ayyam, induknya hari dalam sepekan, yaitu hari Jumat ini. Hari Jumat juga menjadi hari ketika pahala sedekah dilipatgandakan oleh Allah, serta hari ketika doa-doa dikabulkan-Nya.

Dialah Allah Tuhan yang mengatur kehidupan dengan penuh hikmah, dan membentangkan kasih sayang-Nya tanpa batas kepada seluruh makhluk-Nya. Tak ada satu detik pun dalam hidup kita yang luput dari perhatian-Nya. Nafas yang kita hirup, nikmat iman yang kita rasakan, dan umur yang terus berjalan, semuanya adalah bukti kasih-Nya yang tiada terhingga. Maka pantaslah kita bersyukur dan terus mendekat kepada-Nya dengan penuh cinta dan penghambaan.

Shalawat teriring salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, nabi akhir zaman, pembawa cahaya kebenaran, yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Beliaulah suri teladan terbaik dalam akhlak, ibadah, perjuangan, dan kasih sayang. Semoga kita termasuk umat yang setia mengikuti sunnahnya, mencintainya sepenuh hati, dan kelak mendapat syafaatnya di hari kiamat.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Yahudi, Bani Israil dan Ahli Kitab

Selanjutnya, melalui mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada seluruh jamaah yang dimuliakan Allah agar senantiasa meningkatkan takwa kepada-Nya. Takwa adalah bekal terbaik dalam kehidupan, pelindung dari dosa, dan penuntun di jalan yang lurus.

Takwa bukan sekadar ucapan, tapi sikap hidup yang selalu merasa diawasi Allah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan sepenuh hati.

Takwa pula yang menjadi derajat kemuliaan manusia di sisi Allah, bukan harta, jabatan, atau keturunan. Sebagaimana Allah menyatakan dalam firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hijrah dalam Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Q.S. Al-Hujurat [49: 13). 

Karenanya, takwa itu menjadi wasiat abadi sebab mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Takwa merupakan kumpulan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan takwa, seorang mukmin akan mendapatkan dukungan dan pertolongan dari Allah Ta’ala.

Selanjutnya, Allah menyebutkan di dalam ayat:

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Semangat Hijrah Menuju Kebangkitan Umat dan Pembebasan Al-Aqsa

Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. An-Nahl [16]: 128).

Hadirin yang dimuliakan Allah

Salah satu karunia terbesar dari Allah kepada kita adalah umur. Setiap detik yang kita lalui, setiap hari yang bertambah, sejatinya adalah peluang untuk menambah kebaikan.

Allah berfirman dalam Surat Al-Mulk ayat 2:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hijrah dan Peradaban

ࣙالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Artinya: “yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk [67]:2)

Pada ayat ini Allah menyebut bahwa prestasi hidup dilihat bukan dengan yang paling banyak amalnya. Akan tetapi yang paling baik amalnya.

Imam Al-Maraghi menjelaskan, “Siapakah di antara kalian yang paling baik pemahamannya terhadap agama, yang paling kuat menahan diri dari mengerjakan larangan Allah dan yang paling bersegera melakukan taat kepada Allah `azza wa jalla?”. Itulah “ahsanu amala”.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Tahun Baru 1447 Hijriyah untuk Pembebasan Al-Aqsa

Para ulama menjelaskan, makna paling baik amalnya, adalah mereka yang beramal dengan paling benar dan paling ikhlas. Seperti dikatakan Imam Fudlail bin ’Iyadl, bahwa yang dimaksud dengan ”ahsanu amala” adalah ”yang paling ikhlash dan yang paling benar”.  Perbuatan tidak akan diterima hingga amal itu ikhlash dan benar. Ikhlash adalah jika amal itu ditujukan hanya untuk Allah, sedangkan benar adalah jika amal itu sesuai dengan sunnah.

Maka ukuran keberhasilan di sisi Allah siapa yang paling ikhlas amalnya, paling benar caranya, dan paling bermanfaat bagi sesama. Inilah hakikat menjadi insan prestatif, bukan hanya aktif, tapi bermakna, bukan hanya berbuat, tapi benar di mata Allah.

Insan terbaik adalah mereka yang memanfaatkan umur, ilmu, dan kekuatan untuk kebaikan. Ia menjadi solusi, bukan beban. Ia memberi manfaat, bukan menciptakan kerusakan. Inilah manusia yang layak disebut khairunnas, sebaik-baik manusia, karena hidupnya menjadi jalan kebaikan bagi orang lain.

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Muhasabah Akhir Tahun, Evaluasi Diri dan Perjuangan

Dalam kaitan umur ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam haditsnya:

خَيْرُالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ وَشَرُّالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَعَمَلُهُ.

Artinya: “Sebaik- baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amalnya dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” (H.R. Ahmad, Turmudzi dan Hakim).

Marilah kita tekadkan, hari ini harus lebih baik dari kemarin. Karena hakikat seorang mukmin adalah terus memperbaiki diri, bertumbuh dalam iman dan bertambah dalam amal. Hari kemarin adalah pelajaran, penuh hikmah, evaluasi, dan perenungan. Jadikan setiap kesalahan sebagai pijakan untuk bangkit, bukan alasan untuk menyerah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Haji Mabrur

Hari ini adalah kenyataan. Inilah waktu terbaik untuk bertindak, berkarya, dan memperbaiki. Jangan tunggu sempurna untuk mulai. Mulailah dari yang ada, kerjakan dari yang bisa, lakukan sekarang juga. Mulailah agar bisa sempurna. Waktu tidak menunggu, dan kesempatan yang baik tidak datang dua kali.

Sementara hari esok adalah harapan. Tapi harapan tidak cukup tanpa usaha hari ini. Maka kuatkan niat, perbaiki amal, kencangkan doa, dan teruslah melangkah. Karena siapa yang bersungguh-sungguh hari ini, akan menuai keberkahan esok hari.

Betapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ اَمْسِهِ فَهُوَ خَاسِرٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim AS

Artinya: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia merugi dan barang siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia dilaknat”.  (H.R. Al-Hakim).

Hadirin yang berbahagia

Dengan senantiasa beramal shalih, amal yang benar lagi ikhlas, kita berharap akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya umur kita.

Karunia hidup sebelum mati, waktu yang tak bisa diputar lagi ke belakang, adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita seorang Muslim. Bahkan lebih berharga daripada harta dunia yang kita miliki. Karena harta dunia apabila hilang maka masih bisa kita cari. Sementara waktu, umur, hidup, apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali lagi. Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang telah lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh malaikat. Baik buruk, besar kecil, semua tercatat sebagai amal kita.

Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktunya untuk selalu menambah amal kebajikan, apalagi jika kemudian malah dipenuhi dengan kemaksiatan demi kemaksiatan.

Meskipun kehidupannya serba tercukupi dan serba ada, tapi apalah artinya kalau semua itu hanya akan berakhir dengan menerima siksaan api neraka di hari akhir.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan kita di dalam ayat-Nya:

أَفَرَءَيْتَ إِن مَّتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ . ثُمَّ جَآءَهُم مَّاكَانُوا يُوعَدُونَ . مَّآ أَغْنَى عَنْهُم مَّاكَانُوا يُمَتَّعُونَ

Artinya: “Maka tentunya engkau tahu, jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Q.S. Asy-Syu’ara [26]: 205-207).

Marilah kita kerjakan amalan, yang dapat mengalirkan pahala sepanjang masa, walaupun umur telah tiada. Seperti disebukan di dalam hadits:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya:Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Karena itu, siding Jumat yang dimuliakan Allah

Marilah kita jadikan hidup ini penuh dengan prestasi-prestasi kebaikan di sisi Allah. Terlebih jika itu menyangkut juang umat, tarbiyah, dakwah dan jihad. Maka marilah kita berprestasi lebih optimal lagi, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada kita.

Betapa kaum Muslimin mengetahui hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, karena jasa karya terbaik dari usaha Imam Bukhari, Imam Muslim dan periwayat-periwayat  hadits lainnya, dengan izin Allah tentunya. Al-Aqsha dapat dibebaskan pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi, bukanlah gratis serta merta, tetapi melalui usaha-usaha luar biasa, bukan pekerjaan biasa oleh orang biasa.

Kalau kita ingin kembali menduduki posisi sebagai umat terbaik, maka layaklah kita melakukan hal-hal luar biasa, amal-amal luar biasa, ibadah, kerja, karya yang luar biasa, dalam arti semaksimal mungkin, seoptimal mungkin. Sehingga menjadi bagian dari generasi terbaik, sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ‌ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُم‌ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

Artinya: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110).

Semoga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita untuk dapat bersama, bekerja, dan beraktivitas, yang dapat menghasilkan karya-karya terbaik, prestasi terbaik, untuk keridhaan Allah dan untuk kemaslahatan manusia seluas-luasnya. Aamiin yaa Robbal ‘Aalamiin. []

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Tausiyah
Kolom
Kolom
Tausiyah
Tausiyah