Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَمَرَناَ باِلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ وَالإِبْتِعاَدِ عَنِ العاَدَاتِ الجاَهِلِيَّةِ. وَالصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٌ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا نَبِيَّ الرَحْمَةِ وَقُدْوَةَ الأُمَّةِ لِنَيْلِ السَعَادَةِ فيِ الدُنْيَا وَالآخِرَةِ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَإِيّاَيَ بِتَقْوَى اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan bershalawat kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Selanjutnya, kami sampaikan wasiat untuk diri kami khususnya dan hadirin sekalian dengan wasiat takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah:
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (QS Ali Imran/3: 102).
Ayyuhal Muslimin rahimakumullah
Ciri yang paling utama dari kita sebagai umat Islam adalah bahwa kita adalah umat yang satu.
Allah mengingatkan kita di dalam Al-Quran:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ
Artinya: “Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS Al-Mu’minun/23: 52).
Pada ayat ini Allah menjelaskan agama para Nabi dan Rasul utusan Allah itu adalah agama yang satu yaitu agama tauhid, al-Islam, yang menyembah Allah dengan mengesakan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Di dalam Tafsir Al-Quran Kementerian Agama RI dijelaskan, meskipun syariat dan peraturan-peraturan yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul berbeda-beda sesuai dengan waktu dan tempat di mana mereka diutus. Namun mengenai dasar tauhid tidak ada sedikit pun perbedaan di antara mereka. Oleh sebab itu Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam, hendaknya semua manusia menyembah dan bertakwa hanya kepada-Nya dan sekali-kali jangan menyekutukan-Nya dengan siapa pun dan sesuatu apapun.
Pada ayat lain Allah menyebutkan:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS Al-Anbiya/21: 25).
Allah menyebutkan juga pada ayat lainnya:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS Al-Baqarah/2: 132).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan di dalam sabdanya:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa agama para nabi itu sama,
الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
Artinya: Para Nabi itu ibarat saudara seibu. Ibu mereka berbeda-beda,tetapi agama mereka adalah satu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ummatul Islam yang berbahagia
Kita semua orang-orang beriman di manapun berada, yang sama-sama menyembah Allah yang Esa, adalah satu kesatuan umat yang tidak dapat dipisahkan.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Karena itu, umat Islam di Eropa, umat Islam di Afrika, umat Islam di Asia, umat Islam di Amerika, umat Islam di Australia, semuanya adalah umat yang satu. Mereka semua bertuhankan Allah yang satu, berkiblatkan Ka’bah yang satu, berpedomankan kitab yang satu, Al-Quran, serta bernabikan yang satu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Maka, ketika salah satu komunitas Muslim tertindas, terdzalimi dan teraniaya, menjadi kewajiban bagi umat Islam lainnya untuk membelanya, menolongnya dan membebaskannya dari belenggu kezaliman itu. Ini karena umat Islam adalah umat yang satu, kal jasadil wahid. Karenanya, umat Islam Rohingya, umat Islam di India, umat Islam di China, adalah umat Islam juga yang wajib kita persatukan dan persaudarakan dengan izin Allah Ta’ala.
Persatuan kita sebagai orang-orang beriman adalah faktor kekuatan terpenting dalam kehidupan. Melalui persatuan inilah kita memperoleh kemuliaan, dan melalui persatuan ini pulalah kita dapat mencapai tujuan perjuangan, serta melalui persatuan ini jualah kita dapat menjalani kehidupan yang aman dan tenteram.
Dengan persatuan umat Islam pulalah, kita menjadi umat yang tak kenal takut dan tak kenal gentar menghadapi musuh-musuh yang hendak melemahkan kita.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Persatuan umat Islam atau dalam agama disebut dengan hidup berjama’ah, merupakan secara jelas dan terang Allah wajibkan di dalam Al-Quran, di antaranya pada Surat Ali Imran ayat 103 yang menyatakan:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya: “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.“ (QS Ali Imran/3: 103).
Mengenai ayat ini, di dalam Tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa ayat ini berbicara mengenai urgensi persatuan. Di dalam penafsirannya mengambil penjelasan dari sahabat Nabi, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu yang menguraikan wajibnya bersatu dan menjaga kekompakan (jama’ah) yang merupakan perkara yang ditekankan dalam syariat Islam.
Ibnu Mas’ud berkata, “حبل الله الجماعة” artinya tali Allah itu adalah berjama’ah. Lebih jauh ia menjelaskan wajib atas kalian berjama’ah, karena sesungguhnya jama’ah merupakan tali Allah yang dengannya Allah menyampaikan perintah-Nya. Sesungguhnya sesuatu yang kalian benci di dalam jama’ah tapi tetap dalam ketaatan adalah lebih baik dibanding dengan sesuatu yang kalian benci dalam kondisi perpecahan.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Karena itu, ibadallah fi kulli makan
Marilah tidak bosan-bosannya kita tumbuhkan kesadaran di kalangan umat Islam, bahwa kita adalah satu kesatuan umat, satu saudara dan satu angggota tubuh yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Bagi kita umat Islam yang mendambakan kenikmatan surga, tidak lain jalan yang ditempuh adalah dengan berjama’ah, bil jama’ah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan di dalam sabdanya:
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بَحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ
Artinya: “Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah syurga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah, karena syaitan bersama seorang (sendirian) dan dia dari dua orang, dengan lebih jauh.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim).
Semoga Allah menjayakan kita kaum Muslimin dengan kehidupan berjama’ah. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa