Tripoli, MINA – Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) pada Sabtu (28/12) mengatakan, kemungkinan akan menutup kilang minyak terbesarnya di negara tersebut di Zawiya Barat, setelah tiga bom menghantam dekat tangki penyimpanan minyaknya di sana dalam 48 jam terakhir.
Anadolu Agency melaporkan, kilang minyak terbesar Libya itu terletak sekitar 49 kilometer (30 mil) dari ibu kota, Tripoli.
Konflik di Libya antara dua fihak yang memperebutkan kekuasaan di negara Afrika Utara itu meningkat lagi akhir-akhir ini.
Pada bulan April, pasukan Jenderal Khalifar Haftar melancarkan kampanye militer untuk merebut Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional, tetapi sejauh ini gagal mencapai kemajuan di luar pinggiran kota.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Pada 27 November, Ankara dan GNA menandatangani dua perjanjian terpisah, satu tentang kerja sama militer dan lainnya tentang batas-batas negara maritim di Mediterania Timur.
Setelah kesepakatan kerja sama militer, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan ia mungkin mempertimbangkan untuk mengirim pasukan ke Libya jika GNA mengajukan permintaan semacam itu.
Pada Kamis (26/12), Erdogan mengatakan mosi untuk dukungan militer ke Libya yang akan diajukan ke parlemen 8 atau 9 Januari karena Turki “diundang” oleh Libya.
Menteri Dalam Negeri Libya Fathi Bashagha mengatakan GNA akan secara resmi meminta bantuan militer dari Turki.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011, dua kursi kekuasaan telah muncul di Libya, satu di Libya timur didukung terutama oleh Mesir dan UEA, kedua GNA di Tripoli, yang di akui PBB dan internasional. (T/Ast/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa