Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Sri Mulyono, Mantan Preman Jadi Guru Agama

Rendi Setiawan - Ahad, 17 Juli 2022 - 12:12 WIB

Ahad, 17 Juli 2022 - 12:12 WIB

117 Views

Solo, MINA – Hidayah tak pernah salah sasaran. Mungkin kalimat itu tepat disandingkan untuk eks preman Solo, Sri Mulyono. Setelah mantap berhijrah, pria yang karib disapa Ustaz Jabrik ini menjadi seorang guru pendidikan agama Islam.

Jauh sebelum menjadi pengajar, Ustaz Jabrik pada masa mudanya cukup dikenal masyarakat di lingkungannya sebagai preman berdarah dingin. Ustaz Jabrik mengaku sudah tujuh kali keluar masuk jeruji besi.

“Saya masuk penjara tujuh kali. Di Solo saya ditahan tiga kali, Sragen satu kali, Jogja satu kali, dan dua kali di Jakarta. Kasusnya macam-macam,” ujar Ustaz Jabrik saat menerima kunjungan 20 peserta temu tokoh agama bersama Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik (BPKI-PK) Kemenag di Masjid Al Anshor, Solo, Jumat (15/7).

Pembina Komunitas Ekspreso (Eks Preman Solo) ini mengaku keinginannya berhijrah bermula saat masuk penjara yang kesekian kalinya. Niatnya berhijrah semakin menggebu ketika ibundanya mengunjunginya di penjara. Saat itu, kata dia, ibundanya tampak sedih dengan kondisi yang dialami putranya.

Baca Juga: Update Bencana Sukabumi:  Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian

“Ketika saya dipenjara, hati kecil saya berkata bahwa saya ini seorang Muslim, agama saya Islam, tapi mengapa saya melakukan kejahatan ini? Lalu, di tengah kebimbangan itu, saya juga terenyuh saat ibu saya menjenguk, beliau bilang ‘kenapa kamu jadi seperti ini?’,” kenangnya.

Ustaz Jabrik bercerita, salah satu kasus paling berat adalah ketika dirinya terlibat dalam komplotan perampok ‘Slamet Gundul’. Dia ikut andil dalam beberapa kasus perampokan bersenjata, dan sempat masuk daftar pencarian (DPO) polisi. Petualangannya terhenti saat polisi berhasil menangkapnya pada 1998 silam.

“Saya kena hukuman empat tahun penjara. Saya ditahan di Lapas Cipinang Jakarta. Di situ saya berpikir, hati kecil saya sering bertanya-tanya mengapa saya yang seorang Muslim melakukan kejahatan seperti ini?” ujarnya mengisahkan.

Ustaz Jabrik memantapkan diri berhijrah ketika mendengar kajian salah seorang ustaz di Masjid Agung Surakarta. Ustaz itu menyampaikan tausiah tentang perampok yang bertaubat dan menjadi seorang tokoh agama.

Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025

“Suatu ketika, saya berniat salat Zuhur secara berjemaah di Masjid Agung Surakarta. Saya jalan kaki sejauh kira-kira 3 kilometer dari rumah ke masjid. Usai salat, saya mendengar tausiah seorang ustaz tentang perampok yang taubat dan menjadi seorang ulama. Dari sinilah saya mulai mantap berhijrah,” katanya.

Ketika awal-awal hijrah menjadi pribadi yang lebih baik, Ustaz Jabrik menjalaninya penuh tantangan. Salah satunya justru datang dari lingkungannya sendiri.

“Misalnya ketika datang ke masjid, banyak yang masih belum percaya dengan saya. Teman-teman yang dulu bersama pun mulai menjauh, mereka bilang saya hijrahnya sudah kelewatan. Saya ini memang tidak pernah salat, tapi saat pertama kali salat usai berhijrah, hati saya rasanya tenang, damai,” kisahnya.

“Akhirnya, buah kesabaran saya menemui titik terang pada 2012. Itu terjadi ketika saya ditunjuk jadi panitia penggalangan dana pembangunan Masjid Al Anshor di Kalangan, Jagalan, Solo,” katanya menambahkan.

Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta

Ustaz Jabrik mengaku tak bosan mengajak rekan-rekannya berhijrah. Salah satu cara yang digunakan Ustaz Jabrik adalah meminta tiap anggota komunitasnya sesama mantan preman untuk membawa satu teman lain ke majlis ilmu. Lalu, orang yang dibawa itu pun akan diminta membawa satu temannya mengikuti pengajian. Begitu seterusnya.

Sebagai bekal memperdalam ilmu agama, Ustaz Jabrik memutuskan melanjutkan kuliah pada usia 46 tahun. Dia menimba ilmu di dua tempat sekaligus, yakni Sekolah Tinggi Islam Al Mukmin (STIM) Ngruki mengambil jurusan Bahasa Arab dan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 2017 dan akhirnya lulus sebagai Sarjana Pendidikan.

“Alhamdulillah selain aktif sebagai Pembina Komunitas Ekspreso, saya sekarang juga menjadi guru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Muhammadiyah Surakarta,” kata Ustaz Jabrik. (L/R2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Pendidikan dan IPTEK
Breaking News
Indonesia