Klasifikasi Manusia Menurut Al-Qur’an (bag. 1)

Oleh Ansori, wartawan MINA

Dalam al Qur’an, Allah Ta’ala membagi dalam beberapa jenis dan tingkatan. Setidaknya ada sepuluh macam kelompok manusia dalam al Qur’an antara lain sebagai berikut.

Pertama, manusia Muttaqun. Muttaqun artinya manusia yang bertakwa kepada Allah Ta’ala. Dalam al Qur’an, Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya pada surat Al-Baqarah ayat 2,

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَارَيْبَ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”

Inilah Kitab yang sempurna dan penuh keagungan, yaitu Al-Qur’an yang Kami turunkan kepada Nabi Muhammad, tidak ada keraguan padanya tentang kebenaran apa-apa yang terkandung di dalamnya, dan orang-orang yang berakal sehat tidak akan dihinggapi keraguan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah karena sangat jelas kebenarannya.

Al-Qur’an juga menjadi petunjuk yang sempurna bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima kebenaran dengan bertakwa, yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya agar terhindar dari siksa Allah. Meski petunjuk Al-Qur’an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, hanya orang-orang bertakwa saja yang siap dan mampu mengambil manfaat darinya.(Menurut tafsir Kemenag).

Kedua, manusia Mukmin. Allah Ta’ala menyebut manusia jenis kedua ini dengan nama Mukmin. Seperti dalam firman-Nya berikut ini,

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman (mukmin).”

Setelah menjelaskan sunatullah dan bagaimana kesudahan orang-orang yang melanggar sunatullah tersebut, pada ayat ini Allah memberi motivasi agar kesedihan akibat kegagalan dalam Perang Uhud tidak berkepanjangan. Dan janganlah kamu merasa lemah menghadapi musuh, dan jangan pula bersedih hati karena kekalahan dalam Perang Uhud, sebab kamu paling tinggi derajatnya di sisi Allah, jika kamu orang beriman dengan sebenar-benarnya.

Mereka adalah orang yang  beriman kepada Allah dengan meyakini semua ketentuan Allah yang dipercayai sepenuh hati, kemudian mengikrarkannya melalui lisan  dan melakukannya dengan amal perbuatan.

Ketiga, manusia Muslim. Manusia muslim ini sudah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam Qur’an surat Ali Imron ayat 102,

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Dalam tafsir Kemenag Ri dijelaskan, supaya kamu memperoleh keimanan yang kuat dan tidak goyah ketika terjadi cobaan, maka wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya sesuai kebesaran, keagungan, dan kasih sayang-Nya kepada kamu. Bukti ketakwaan tersebut adalah menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan tidak sesaat pun melupakan-Nya, serta mensyukuri nikmat-Nya tanpa sekalipun dan sekecil apa pun mengingkarinya sampai batas akhir kemampuan kamu.

Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim, berserah diri kepada Allah dengan tetap memeluk agama yang diridai, yaitu Islam. Karena tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya kematian, maka berusahalah sekuat tenaga untuk selalu berada di jalan Allah, karena Allah akan menganugerahi hamba sesuai usaha yang dilakukannya.

Keempat, manusia Muhsin. Tentang manusia muhsin ini, Allah Ta’ala sudah menyebutkannya dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 112 berikut ini,

بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَه لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَه اَجْرُه عِنْدَ رَبِّه وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

“Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”

Tidak! Mereka berdusta. Yang akan memasuki surga bukan hanya Yahudi atau Nasrani, melainkan siapa yang menyerahkan diri, tunduk, patuh, taat, ikhlas sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, beriman, membenarkan, dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka di akhirat dan mereka tidak bersedih hati. Mereka kekal dalam kenikmatan.

Mereka adalah manusia yang senantiasa melakukan perbuatan yang baik dan beribadah kepada Allah. Manusia seperti ini selalu beribadah seakan-akan ia akan mati esok hari karena didalam hatinya tidak ada rasa takut kepada apapun kecuali terhadap kemurkaan Allah.(A/RS3/P1)

bersambung…

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.