Texas, 14 Shafar 1435/17 Desember 2013 (MINA) – Koboi asal Texas, Ray Allen menemukan Islam di Arab Saudi ketika ia bertugas di militer Amerika Serikat (AS) selama perang teluk pertama.
Di Texas dia tinggal sendiri, hanya bersama anjingnya serta beberapa alat berkebun dan sebuah Al-Qur’an.
Ia berjuang menjadi seorang Muslim, di mana pada saat itu semua masjid memberikan ceramah dengan bahasa Arab, ia sangat sulit memahami.
“Saya pergi ke sebuah masjid lokal dan mencoba belajar bahasa Arab,” kata Allen.
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Pertemuan pertamanya dengan Islam sekitar dua puluh tahun yang lalu di Taif, Arab Saudi ketika ia mendengar adzan untuk pertama kalinya. “Saat itu ketika di Taif saya berusia 19 tahun,” tambahnya. Menurut laporan Muslim Village dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Allen dibesarkan sebagai seorang Katolik, ia berasal dari keluarga besar dan ia satu-satunya yang beragama Islam.
“Saya ingin masuk Islam tapi tidak saat orang tua saya masih hidup, karena saya pikir itu akan menyakiti mereka,” katanya.
Dalam usia empat puluhan, Allen bersemangat mempelajari Islam setelah pernikahannya gagal dan kedua orang tuanya meninggal akibat kanker.
Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York
Allen kini menetap di Irak dan menjadi seorang penduduk biasa di daerah pegunungan yang tertutup salju di Sulaymaniyah, ibukota Kurdistan, Irak.
“Tak seorang pun di Irak percaya bahwa saya seorang Muslim,” kata Allen.
“Biasanya mereka meminta bukti saya seorang Muslim dan saya menunjukan kepada mereka bahwa saya dapat melafalkan surat Al-Fatihah,” jelasnya.
Allen memiliki mimpi menjadi seorang koboi, ia berbicara yang benar dan ringan tangan terhadap orang lain, semua itu ia dapat dari ajaran orang tuanya.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
“Saya belajar semua ini dari orang tua saya, dan kemudian menemukan prinsip-prinsip yang sama yang ada dalam Islam,” kata Allen.
Allen menetap ribuan mil jauh dari tempat asalnya, namun ia menemukan Islam dengan mudah di Irak dan menerapkannya.
“Saya piker saya memiliki banyak waktu untuk belajar Islam walau melelahkan,” katanya
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa ia senang menyebut kata Alhamdulillah dan Masya Allah dalam percakapan sehari-hari dan ia tidak bisa mengucapkan kata-kata itu di Amerika dengan semua orang. (T/P013/R2).
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Mi’raj News Agency (MINA)