Jakarta, MINA – Terkait polemik pernyataan wayang haram, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis, menyatakan, media sebagai sarana dakwah yang harus kreatif dan mengikuti perkembangan zaman yang ada.
“Media yang bisa digunakan untuk berdakwah seperti wayang, YouTube, siniar hingga pengguna metaverse (seperangkat ruang virtual),” kata Cholil dalam keterangan tertulis, Kamis (17/2).
Ia mengatakan, media dakwah itu harus kreatif dan terbarukan sesuai perkembangan zaman. Bisa berupa wayangan, Youtuban (Youtube) podcast-an sampai penggunaan metaverse.
Pernyataan Cholil tersebut menanggapi viralnya video ceramah ustaz Khalid Basalamah yang diduga menyebut wayang haram.
Baca Juga: Ponpes Al-Fatah Jambi Wisuda 39 Santri Hafidz Quran
Ia menyebut, pendakwah harus dapat membedakan esensi agama yang statis, dengan syiar agama yang dinamis.
“Harus bisa membedakan antara esensi agama yang statis dengan syiar agama yang dinamis,” ucap dia.
Ia menekankan bahwa tujuan berdakwah yakni mengajak, bukanlah menghina ataupun menginjak.
“Dakwah itu mengajak bukan mengejek apalagi menginjak,” katanya.
Baca Juga: Dr. Nur Hamidah: Perempuan Punya Peran Sentral Penentu Arah Peradaban
Sebelumnya, Ustaz Khalid Basalamah buka suara terkait permasalahan tersebut. (L/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenag: 8 Jamaah Calon Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci