Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kompleksitas Dunia Modern dan Solusi Islam- (2)

sajadi - Kamis, 5 Januari 2023 - 08:55 WIB

Kamis, 5 Januari 2023 - 08:55 WIB

4 Views

Imam Shamsi Ali poses for a picture in New York, Thursday, Dec. 29, 2011. While Shamsi Ali plans to attend Mayor Michael Bloomberg's annual year-end interfaith breakfast, some clerics and community leaders said they will boycott the event over a surveillance program on Muslim neighborhoods, whose existence was revealed recently in a series of Associated Press articles. (AP Photo/Seth Wenig)

Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation, New York

Dunia modern yang terbangun di atas paham materialisme melahirkan ketidak puasan abadi. Manusia berlari dan berlari mencari dunia. Tapi tujuan pencarian itu semakin jauh dari mereka. Dunia memang ketika disikapi dengan cara pandang dirinya (duniawi) akan menjadi fatamorgana.

Akibatnya manusia semakin tertipu oleh dunia yang penuh tipuan (ghurur). Dan anehnya manusia takkan pernah tersadarkan hingga masanya meninggalkan dunia itu. “Mereka dijadikan tidak sadar oleh kecenderungan memperbanyak (harta) hingga mereka dipaksa barpisah dari dunia (masuk ke dalam kubur)”.

Situasi ini melahirkan kegersangan hidup tanpa akhir. Semakin banyak memilki semakin merasa kurang dan ingin lebih banyak lagi. Batin merana, menjerit mencari ketenangan. Tapi dunia yang menjadi sandaran ketenangan justeru menjadikan manusia semakin risau penuh kekhatiran (khauf).

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Di sìnilah sesungguhnya Islam hadir untuk membawa ketenangan hakiki. Islam pada dirinya dan seluruh tatanannya sebagai jalan hidup terbangun di atas dasar kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Situasi itu yang digambarkan dalam doa seorang Muslim di setiap akhir shalat: “allahumma Antas salaam, wa minkas salam, wa ilaika ya’udus salaam…”.

Islam sendiri berasal dari kata “salima” yang terdiri dari tiga huruf: siim, laam, miim. Dari kata itu kemudian terlahir tiga kata pokok utama yang relevansinya dengan agama Islam. Ketiga kata utama itu adalah: Islaam (الاسلام) silmun (السلم) dan salaam (السلام). Ketiga kata ini menggambarkan secara totalitàs Islam sebagai tuntunan hidup.

Pertama, dari “salima” tadi melahirkan kata Islaam. Kata ini terbentuk dengan tambahan alif di depan “aslama-yuslimu-islaam”. Makna literal dari kata ini adalah “berserah diri, menyerah, tunduk, patuh, dan yang semakna”.

Kata Islaam disebutkan beberapa kali dalam Al-Quran. Satu diantaranya adalah “sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah Islaam”.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Pada aspek ini Islam dimaknai sebagai pintu kebenaran. Kata Islaam (الاسلام) adalah pintu utama (main gate) untuk masuk ke dalam tatanan agama kebenaran. Sehingga yang masuk ke pintu tersebut adalah mereka yang telah mengimani. Jika belum mengimani maka seseorang itu tidak bisa dikategorikan masuk Islam.

Sehingga perintah-perintah keagamaan kepada orang-orang Islam pada gholibnya dimulai dengan seruan: “wahai orang-orang yang beriman”.

Masalahnya kemudian adalah ketika seseorang telah masuk ke pintu utama (main gate) Islam itu, seseorang tersebut belum tentu telah melaksanakan semua tuntunan (kurikulum) hidup yang digariskan oleh Islam. Itulah sebabnya Allah menyeru mereka untuk masuk ke dalam agama dengan penyebutan: SILM (lihat di bawah) secara sempurna.

Kedua, dari salima juga terlahir kata “SILM” (السلم). Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran: “wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam SILM (agama Islam) secara kaffah (sempurna)”.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Islam pada sisi “SILM” ini merupakan rincian tuntunan atau kurikulum hidup yang tercakup dalam tatanan agama Islam. Tuntunan itu terbagi kepada empat bagian yang saling terkait: akidah, ibadah, mu’amalat dan akhlak.

Akidah adalah tuntunan yang terkait dengan aspek keimanan seorang Muslim. Hanya saja aspek ini tidak nampak. Dan karenanya parlu pembuktian dalam bentuk ibadah. Namun ibadah perlu juga dibuktikan dalam relasi sosial yang disebut mu’amalat. Tapi mu’amalat itu hanya akan bernilai ketika terbangun di atas etika yang disebut akhlak.

Maka ketika orang-orang yang sudah masuk ke dalam tatanan Islam (Al-Islaam) diseru untuk masuk Islam (As-SILM) secara sempurna dimaksudkan agar mereka memastikan bahwa akidah mereka benar, ibadah mereka benar, mu’amalat mereka benar, dan akhlak mereka mulia.

Tiga, kata Salima akhirnya melahirkan kata “as-salaam” (السلام). Bahwa ketika keislaman (SILM) itu telah disempurnakan (akidah, ibadah, nu’amalat, akhlak) maka itulah yang akan melahirkan kedamaian dan ketentraman dalam hidup manusia. Karena itu, kedamaian sejati dalam pandangan Islam bukan sekedar tiadanya perang. Kedamiaan dan ketentraman hidup justeru hadir ketika Islam telah disempurnakan pada keempat aspeknya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Solusi menghadapi buasnya materialisme

Disebutkan terdahulu bahwa konsep materialisme juga melahirkan ragam konsep kehidupan untuk mendukung eksistensinya. Konsep ekonomi kapitalis misalnya dilahirkan untuk semakin memperkuat kungkungan paham materialisme dunia modern. Manusia semakin rakus, egois, bahkan buas demi memperkaya diri tanpa pertimbangan etika dan kemanusiaan.

Di sìnilah Islam kemudian hadir dengan konsep-konsep kehidupan yang terbangun di atas wawasan “mindset” positif untuk mengimbangi kecenderungan destruktif materialisme.

Satu, Islam mengajarkan bahwa kehidupan ini secara totalitàs berada di bawah satu kontrol, Allah SWT. Seperti yang digambarkan salah satunya di Surah Al-Mulk ayat 1.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Dua, bahwa semua hiruk pikuk yang terjadi dalam hidup manusia merupakan kreasi atau ciptaan Allah (alladzi khalaqal mauta wal-hayata). Dan dalam pandangan iman semua kreasi Allah pasti baik/sempurna dan membawa kebaikan.

Tiga, Islam mengajarkan bahwa tabiat kehidupan dunia itu memang identik dengan cobaan (liyabluwakum). Karennya manusia beriman mempersiapkan diri untuk teruji.

Empat, Islam mengajarkan bahwa tugas manusia dalam kehidupan adalah menjalani proses (wa quli’maluu). Dan proses itu sendiri merupakan tujuan hidup (ibadah). Karenanya manusia beriman menikmati semua proses dengan segala warna warninya.

Lima, Islam juga mengajarkan bahwa dengan iman semua pasti membawa kepada kesuksesan. Berkali-kali iman dan amalan keimanan dalam Al-Quran diakhiri dengan “la’allakum tuflihuun” (agar kalian sukses).

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Enam, Islam pada akhirnya mengajarkan bahwa tingkatan tertinggi dari cita-cita kehidupan manusia adalah “kebahagiaan ukhrawi” yang pasti dan abadi. “Maka barangsiapa yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam syurga sungguh dia telah beruntung” (Al-Imran).

Semoga di awal tahun ini kita semua semakin sadar bahwa Islam adalah ajaran keselamatan (salvation) dari ancaman kebangkrutan dunia modern yang semakin senja. Tentu yang terpenting adalah agar Umat ini kembali menguatkan keyakinan bahwa Islam adalah “rahmatan lil-alamin”… yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Insya Allah!

Selamat memasuki tahun 2023. Semoga tahun ini membawa kebaikan dan keberkahan yang lebih besar. Amin! (AK/RE1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Rekomendasi untuk Anda

Feature
Kolom
Kolom
Tausiyah