Rakhine, 14 Muharram1438/15 Oktober 2016 (MINA) – Komunitas Muslim di Myanmar mengutuk keras serangan mematikan terbaru di pos-pos polisi di Negara Bagian Rakhine, Anadolu Agency melaporkan, Sabtu (15/10).
Sekitar 40 orang, termasuk sembilan polisi, empat tentara, dan 26 terduga pelaku penyerangan, tewas menyusul serangkaian serangan yang menargetkan tiga pos polisi di kota Maungdaw dan Yathay Taung pada Ahad (9/10) pagi.
Daerah-daerah itu sebagian besar ditempati oleh warga Muslim Rohingya meskipun tidak satu pun dari para penyerang telah diidentifikasi.
Wunna Shwe, dari Sekretariat Gabungan Dewan Urusan Agama Islam Myanmar yang berbasis di Yangon, menyebut serangan kekerasan tersebut sangat tidak dapat diterima, terlepas siapa pun pelakunya.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
“Kami, Muslim Myanmar, sangat mengutuk para pelaku penyerangan,” tegasnya kepada Anadolu Agency via telepon pada Sabtu seperti dikutip MINA.
“Kami tidak akan pernah mendukung upaya-upaya seperti itu karena terorisme tidak pernah menyelesaikan masalah,” ia menambahkan.
Pemerintah Myanmar mengatakan, Jumat (14/10) malam, bahwa serangan yang menewaskan 9 polisi dilakukan oleh organisasi Aqa Mul Mujahidin, yang disebut berafiliasi dengan Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO), sebuah kelompok ekstremis bayangan yang mengambil nama Rohingya.
Kendati sebagian besar pakar meyakini keberadaan RSO hanyalah sebuah mitos, pemerintah telah mengklasifikasi organisasi itu sebagai kelompok ekstremis dan pejabat menyalahkan mereka atas serangan baru di daerah perbatasan.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Shwe Maung, mantan anggota parlemen Rohingya, mengatakan kepada Anadolu Agency pada Jumat (14/10) bahwa sesungguhnya RSO telah lama hancur.
“Pemerintah Bangladesh menumpas RSO dua dekade lalu atas permintaan pemerintah Myanmar,” ujar Shwe Maung, yang selama 2011-2016 mewakili daerah Maungdaw.
Dia menambahkan, pemerintah sejak lama menuduh atau menyalahkan RSO atas setiap masalah yang timbul di daerah itu, dalam upaya memperburuk nama Rohingya sehingga mereka bisa terus menindas komunitas Muslim itu.
“Sejak (ditumpas oleh Bangladesh), RSO telah berhenti berfungsi dan tidak ada lagi kegiatan organisasi itu yang terekam,” kata Shwe Maung via email kepada Anadolu Agency. (P022/P2)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan